Bab 5

57 7 0
                                    

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??

"Bagian terpenting dari sebuah hubungan adalah komunikasi"

5. Misi Meluluhkan kakak Ipar 2

Nb: part ini lumayan panjang(versi aku) karena ... tau deh! Haha

●●●

"Shenina, Aldio mau ngomong sama lo." Regan menggedikkan dagu mengkode Shenina untuk mengikutinya.

Meski tampak ogah-ogahan Shenina memilih akur dan bergerak. Wajahnya Kentara sekali tak suka ketika menemukan Aldio dan kedua sahabatnya dibawah pohon mangga samping kelas mereka.

"Mau ngomong apa? Cepetan. Buat lo gue gak punya banyak waktu." Ketusnya saat Aldio baru akan membuka mulut.

"Tuhkan!" Gara terkikik, "dia gak bakal mau maafin lo bro. Udahlah, Shanum buat gue aja."

"Kata Mbah Seto dia mau nyoba nyantet orang, Lo gak mau kan jadi bahan percobaan?" Aldio merapatkan gigi.

Gara menggeleng keras. Mundur selangkah memberi Aldio ruang menyelesaikan masalahnya.

"Shen, gue-"

"Shenina. Shen cuma buat Shanum."

Aldio mengangguk ragu, "o-oke. Shenina, gue mau minta maaf yang sebesar-besarnya sama lo. Gue tau lo pasti marah banget sama gue, sangat sangat membenci gue, dan gue juga bakal maklumin itu karna gue emang pantes nerima. Tapi hari ini gue cuma pengen lo tau, dalem hati gue gak pernah ada niat buat nyakitin lo..."

"Bacooottt..." samar-samar, Aldio mendengar Gara menyahut.

"Gue cuma ... apa ya, iseng mungkin. Gue cuma ... ya begitulah pokonya. Gak ada maksud nyakitin apalagi bully lo. Jadi gue mohon sama lo, izinin gue pacarin Shanum. Izinin gue bahagiain dia ..." saat Aldio mengatakan itu, Shenina terlihat  mencetuskan tawa meremehkan. Meski Shanum sudah bilang Shenina baik-baik saja dengan hubungan mereka, Aldio tau gadis itu punya agenda tersembunyi.

Shenina itu cerdas.

Hanya itu persamaannya dengan Shanum.

"Shenina, " Aldio memanggil hati-hati, "lo mau kan maafin gue? Kata Shanum lo gak bakal ikut campur soal hubungan gue sama dia, gue pengen percaya itu. Tapi sayangnya susah banget. Gue yakin lo pasti pernah sekali aja kesel sama gue. Iya, kan?"

Tanpa diduga, Shenina mengangguk. Terkadang Aldio heran, dengan pipi chubby dan tubuh lumayan gempal yang dimiliki, kenapa Shenina harus punya alis dan sorot mata yang tegas dan garang?

Kayak ... gak sinkron aja gitu.

"Serius?" Aldio berbinar.

Lagi, Shenina mengangguk.

"Kok segampang itu sih, Nin?!" manusia laknat bernama Sagara Putra Santoso protes tak terima.
"Harusnya lo testing dulu si jamet! Suruh ngapain kek, minta duit kek ...,"

"Diem anjing! Gonggong mulu lo dari tadi. Lo sirik kenapa sih? Iri? Mau punya pacar kayak Shanum juga? Bilang! Biar--"

"Aldio." Shenina memotong ucapan Aldio dengan nada datar.

"Iya, kakak ipar?"

"Tentang lo sama Shanum," jeda. Shenina sengaja menjeda kalimatnya dengan helaan napas bosan dan tak berminat. "Gue sama sekali gak peduli."

Lalu gadis itu pergi. Meninggalkan Aldio yang hanya bisa melongo dengan tatapan tak percaya.

"Dia beneran kakaknya Shanum?" Regan sampai harus mengeluarkan permen tangkai yang sejak tadi ia emut melihat tingkah Shenina.

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang