Bab 25

127 6 0
                                    


Baca Author note dibawah cerita ya girls, ada hal penting yang ingin aku sampaikan:)

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??

"Akan ada fase dimana kita disebut sebagai kenangan"

25. Dan disinilah kita

●●●

"Tangan lo ngapa gemetar njir?!"

Suara tawa tertahan memenuhi kamar Alga pagi ini. Sang empunya rumah, yang sedang menggigil gugup hanya bisa menyungging senyum seraya mengutuk mati-matian kelima orang didalam ruangan.

"Gue takut dia pingsan pas akad." Regan berbisik. Namun suaranya terlalu keras hingga didengar seisi ruangan.

Sekarang gelak tawa Aldio terdengar kian keras. Cowok itu puas sekali melihat Alga memucat saat detik-detik akad nikah semakin dekat.

"Gue justru takut dia kabur." Celetuk Gara. "Atau yang paling parah, malah nyebut nama Shanum."

Tawa Aldio mati. Mendengkus kecil, Aldio memilih pergi dari sana.

"Lo sih!" Sandy menoyor kepala Gara gemas. "Udah tau Aldio hari ini pms, masih aja."

"Nggak sengaja gue, suer!" Gara bersumpah dia hanya bergurau.

Pagi ini acara akad nikah Shenina dan Alga. Dilaksanakan dirumah Alga atas saran kedua orangtua cowok itu. Alasannya sederhana, nenek Alga yang sudah sepuh tidak bisa lagi dibawa kesana kemari. Sedangkan bagi sang nenek, pernikahan sang cucu semaya wayang tentu menjadi hal yang paling indah untuk disaksikan.

Shenina beserta keluarga setuju. Menikah bukan soal dimana dan bagaimana, tapi siapa yang menjalaninya.

Asal itu Alga, gadis itu sama sekali tak keberatan. Walaupun harus menikah ditengah jalan.

Becanda.

Aldio menghembus napas sembari menyaksikan tamu-tamu yang mulai berdatangan. Pukul setengah delapan, acaranya sakral sekitar satu jam lagi.

Ah, Alga beruntung karna sebentar lagi akan menjadi suami. Membangun rumah tangga diusia muda tentu tak mudah. Tapi pada mereka berdua, Aldio percaya semua akan baik-baik saja. Sebelum kemudian ingatannya melayang ada ucapan terkutuk Gara,

Bagaimana jika Alga benar-benar salah sebut nama?

Tentu pernikahannya tidak akan sah.

Bodoh sekali Aldio yang langsung merajuk begini.

Aldio menyimpan senyum dalam hati. Menertawai diri sendiri karna lebih panik dari calon mempelai. Diantara berisik suara tamu undangan, dia mendengar tawa familiar yang berasal dari sudut ruangan. Dia menoleh secepat mungkin, dan terpaku pada sosok bergaun putih tulang lurus yang tampak anggun memadu pakaian nya bersama selendang putih. Bukan sekedar hiasan kepala, selendang itu benar-benar dikenakan Shanum secara sempurna.

Cantik.

Aldio memujinya tulus. Shanum benar-benar cantik mengenakan hijab dengan setelan sederhana.

Cewek itu sibuk mengobrol dengan beberapa orang yang tidak Aldio kenali dan sesekali tergelak kecil. Wajahnya kentara sekali bahagia. Dan Aldio cukup tau diri untuk tidak merusak moment itu dengan mendekat kesana.

Shanumnya sudah sembuh.

Mereka berhasil.

Benar-benar berhasil.

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang