Bab 4

36 7 4
                                    

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??

"Tak ada yang namanya tantangan itu mudah"

4. Misi meluluhkan calon kakak Ipar

●●●

"Shenina? Kakaknya Shanum? Ngigo lo?"

Komentar kurang ajar Gara membuat Aldio berdecak kesal, "kalo bisa, gue juga ngarepnya gitu. Tapi faktanya, Shenina Arumi Andarani, Shanum Bella Andarani, Lo gak bego kan?"

Gara mengangguk meski ragu. Kaget juga saat Aldio memberitahu, Shenina yang notabene teman sekelas mereka yang juga 'sedikit' istimewa ternyata saudari perempuan Shanum Bella. Tapi, jangankan dia, Gara yakin semua orang akan terkejut jika mendengar fakta itu.

Shenina itu kebalikan Shanum. Dari segi berat badan, warna kulit, intinya segala hal. Wajah mereka saja tak ada mirip-miripnya.

Lalu, Aldio bilang mereka saudara?

Salah nggak sih kalo Gara berfikir Aldio berhalusinasi?

"Kalo iya, emang kenapa sih?" Sandy heran sendiri. Teman-temannya ini memang selalu melebarkan masalah kecil. Childish! "Gak ganggu lo juga, kan dia nya? Shenina santai aja tuh paspasan sama lo."

" lo gak ngerti met! Pembully elo jadi pacar adek lo, menurut kacamata ngana, reaksi lo bakal gimana?"

"Ya gak gue restuin lah!" Regan menyambar. "Enak aja dia!"

"Nah itu! Itu masalahnya sekarang. Lo pikir gimana kabarnya hubungan gue sama Shanum? Berat man!"

"Lo juga sih, Pake acara ikut ngebully orang, karma has no menu bro! Sekarang makan tuh kurma rasa empedu."

Aldio berdesis, "sialan lo, Gar!"

"Santai ajalah," Sandy menenangkan. "Gue yakin Shenina gak bakal bawa masalah pribadi kehubungan adeknya. Dia gak se childish itu menurut gue."

"Itu menurut lo. Kalo menurut gue sih, dia bakal ngancem Shanum mutusin Aldio. Kalo gak putus, Shanum auto dipecat jadi adek."

"Lo kok jadi tai banget hari ini, Gar?"

Gara tergelak melihat keputusasaan Aldio. cowok itu memang teman tak layak guna. Andai punya waktu, Aldio pasti mencari dukun santet terbaik guna memusnahkannya.

Sayang, mbah Darwis gak bisa.

°°°

Hari ini Aldio benar-benar merasa serba salah. Ikut-ikutan membully Shenina tak lagi ia lakukan. Sebagai gantinya, ia memilih cabut pelajaran karena Shenina terus-terusan menatapnya dengan raut tak terbaca.

"Dalem ati, Shenina pasti ngomong gini. 'Dasar gak tau diri! Udah ngebully gue, malah sok-sokan jadi pacar adek gue. Gak ada akhlak!' "

"Lo ngomong sekali lagi gue santet beneran Gar!"

"Terus dia wanti-wanti adeknya supaya gak terlalu percaya sama lo. 'Dia gak buli kakak lagi gara-gara jadi pacar kamu. Gak usah percaya dia, ntar kalo putus juga ngebuli lagi.' Asli dah, gue tau banget isi pikiran nya Shenina."

"Gue liatin aja lo dari tadi. Makin ngelunjak, kayaknya."

"Ngomong-ngomong, Shanum cantik juga, ya? Gue daftar gak papa kali, Al? Kayaknya, lo gak bakal tahan lama kalo bergantung restu Shenina."

"Anjing Gara! Sialan! Sini lo!"

Sandy dan Regan hanya bisa terkekeh geli. Menyaksikan betapa kekanak-kanakan nya kedua temannya itu yang kini berguling-gulingan diantara semak semak belakang sekolah.

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang