Bab 24

37 2 0
                                    

Aku berharap banget, rasa yang pengen aku sampein dari cerita ini bisa sampe kekalian. Jadi, kalo misalnya rasanya nyampe, kalian bisa kasi apresiasi dgn vote. Dan kalo nggak, dibaca aja udh. We respect each other guys! May you??

"Kita pasti sembuh"

24. Selesai

●●●

Aldio kebingungan sekarang. Perasaannya kacau dan dia berantakan. Ini bahkan lebih buruk dari pertemuannya dengan Shanum di Australia beberapa bulan lalu.

Saat Shanum melewatinya begitu saja.

Saat Shanum memasang wajah seolah tak mengenalnya.

Rasanya, semua itu lebih baik dari keadaan mereka sekarang.

"Woi! Anjir! Sejak kapan lo pulang?! Kok gak ngabarin gue?!"

Aldio tersentak kecil saat seruan keras diiringi tepukan bahu menyapanya tiba-tiba. Dia menoleh, dan Alga adalah sosok yang ia lihat.

"Kapan lo pulang?" Alga mengambil tempat didepan Aldio. Situasi ini membuatnya dejavu, persis dua tahun lalu.

"Belum lama." Aldio menyahut singkat.

"Sekolah lo gimana? Belum selesaikan?"

Aldio menggeleng pelan, "Gue milih lanjut disini aja. Capek dinegara orang, gak betah."

"Pacar lo?"

Kali ini Aldio diam. Tangan cowok itu bergerak menyesap minuman dingin yang tadi ia pesan. "Gak ada, Ga. Gue gak punya pacar."

Alga tertawa. "Aldio gak punya pacar, hoax terbesar tahun ini."

"Ya kalo beneran gak punya gimana? Masih hoax juga?"

Tawa Alga terhenti, "Beneran?!" Cowok itu mengerjap tak percaya.

"Hmm .."

"Serius lo?"

"Hm ..."

"Kok bisa?" Alga tau dia tak berhak bertanya. Itu urusan Aldio, tapi salahkan dirinya yang terlanjur penasaran. "Maksud gue, lo bela-belain ninggalin Shanum demi dia, dan sekarang udah bubar, kenapa?"

"Karma kali." Aldio berujar cuek. "Atau mungkin takdir. Ntahlah, gue udah ga peduli."

Alga memperhatikan teman SMA nya itu lama. Meski tak mengenal Aldio sejak kecil seperti Regan, Sandy atau Gara, tapi perasaannya terlalu peka. "Lo kenapa bro?" Seperti biasa, Alga selalu tau ada yang tidak beres.

Aldio mengangkat alis, "Cewek lo gak cerita?"

"Belum."

Aldio menghela napas. Apa yang seharusnya ia ceritakan? Tentang dia yang akhirnya sadar akan kesalahan, atau tentang Shanum yang lagi-lagi terluka karna ulahnya?

"Gue gak ngerti harus mulai dari mana." Ujarnya. "Banyak banget yang terjadi, dan gue pikir untuk cerita salah satunya pun gue bingung."

"Kalo gitu cerita semuanya, Al. Gue sanggup dengerin, sebanyak apapun itu."

"Gue yang gak sanggup cerita goblok!" Tukas Aldio seraya terkekeh kecil, "Bahas yang lain aja. Tentang lo sama Shenina, mungkin. Katanya lo udah pacaran sama dia dari SMA."

Alga mencebikkan bibir. Menyandarkan punggung pada sandaran kursi, kemudian melipat kedua tangannya didepan dada. "Well, gue ketemu Shenina pas SMA."

"Gue udah tau soal itu, Ga. Lo pikir gue sekolah dimana?"

Alga terkekeh, "Permulaan, Al. Kan biasanya gitu tuh."

You Never Ask (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang