1.8

888 97 42
                                    

Ini panjang banget 7k words lebih, banyak typo juga ntar siangan Rin benerin. Publish dulu aja ya.

_____

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa orang senang beberkan senyum cuma-cuma dengan sederet tema kesopanan, penuturan lembut nan manis serta loyalitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa orang senang beberkan senyum cuma-cuma dengan sederet tema kesopanan, penuturan lembut nan manis serta loyalitas. Beberapa yang lain justru apatis, gemar tempel raut dingin, irit bicara bahkan hobi sekali lontarkan kalimat sarkas. Siapa yang akan dianggap baik? Tentu dia sang penampil segala bentuk hal istimewa perihal adab baik.

Segumpal pertanyaan mengganjal di balik kening, seakan itu adalah gejolak nyata yang merusak hari-hari Heerin selama sepekan ini. Merusak malam yang harusnya ia lewati dengan renyap untuk pelepasan lelah. Namun malamnya justru diganggu oleh pertikaian antara logika dan perasaan. Segalanya masih berkaitan dengan konfigurasi yang sama, sampai Heerin bosan sekali nama itu terus menempel di dinding-dinding pikirannya. Lekat, sulit dilepas. Jimin, Jimin, dan Jimin.

Bagaimanapun seharusnya Heerin selalu percaya dengan matanya. Sesuai dengan akumulasi dari tindakan Jimin selama ini, apapun perihal nama itu selalu terhimpun dalam segala aspek buruk. Namun ucapan diam-diam Jimin malam itu seperti menghancurkan citra buruk yang tersemat. Penuturan itu rajin sekali datang bertamu, mengetuk-ngetuk pintu hatinya secara beruntun. Serajin itu pula Heerin menutupnya rapat-rapat. Dengan tegas ia menolak memercayai perkataan yang belum teridentifikasi jelas perihal kebenarannya.

JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang