______________________________________
Matahari transit melewati meredian langit tepat di atas kepala pada siang hari tepat jam dua belas siang di khatulistiwa pada ekuinoks. Siang ini, sinar dan suhu panasnya tak begitu terang dan menyengat kulit. Sebab langsung mendapat perlawanan dari angin sejuk di musim gugur. Di tambah oleh gumpalan awan yang menutupi pendarnya.
Di dalam kantor Presiden Direktur perusahaan utama P.N corporation Park Jimin Daepyonim sudah ke sepuluh kalinya memeriksa penunjuk waktu bermerek Hublot mahal yang melingkari pergelangan tangan kirinya.
Sudah waktunya jam makan siang seharusnya benda tipis pintar berlogo apel yang telah berkurang satu gigitan itu bergetar dan menampilkan panel notifikasi pesan bertulis 'Heerin message'.
Sayangnya benda itu masih tenang bersemayam dalam laci meja kerjanya bergeming. Di kondisi seperti inilah dengusan kecil dan seringaian khas tuan CEO Park Jimin mulai menghiasi wajah.
Kursi kerja hitam yang menjadi alas duduk bersandarnya ikut terputar ke samping enam puluh derajat mengikuti gerakan tubuhnya menatap kaca lebar jendela.
Agaknya ada hal penting yang terlupakan. Pria berjas biru dongker itu membelah rambut pirang yang mulanya tersisir rapi kepinggir menjadi terburai seksi. Mengulum bibirnya yang sensual sebentar untuk menyapukan lidah basah agar birai kenyal menawan itu tetap lembab.
Ternyata hanya ekspetasi belaka, gadis itu akan memohon belas kasihnya untuk memerintahkan pelayan mengantarkan senampan makanan ke kamar. Jimin baru ingat jika gadis cantik yang beberapa hari ini sah menjadi istrinya itu berharga diri tinggi dan berkepribadian teguh.
Menyerah dengan mudah atau memohon untuk hal yang tidak begitu mendesak bukanlah sifat Heerin. Contoh gampangnya adalah seperti kemarin. Saat tangan Heerin yang tertusuk jarum infus dicengkeram kasar oleh Jimin dan menyebabkan darahnya masuk ke selang infus.
Percayalah yang membuat Heerin memohon bukanlah semata-mata karena rasa sakit. Untuk gadis yang lumayan paham tentang ilmu kesehatan-flebitis adalah sebuah momok berupa penyakit yang sangat mungkin menjangkit jika darahnya yang masuk selang infus membeku.
Rematan tangan Jimin kemarin benar-benar membuat Heerin takut jika tangannya menjadi iritasi lalu mengalami peradangan pembuluh darah. Tentu saja Heerin menolak resiko bengkak dan infeksi karena hanya akan lebih merepotkan dirinya sendiri.
Gadis manis kepala batu itu lumayan mengusik pikiran dan membuat Jimin mulai merasa sedikit muak. Beruntunglah, suara ketukan pintu dari luar berhasil menghentikan lamunannya.
"Masuk!" perintah pria itu tidak berminat.
Jimin melirik pintu dari ujung mata menunggu sosok pengetuk memasuki ruangan. Wajah datarnya kini berubah menjadi antusias saat tahu presensi pria yang datang di balik punggung sekretaris Oh Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN
Fanfiction[ON HOLD] [MARRIAGE LIFE] [MATURE] [BAHASA BAKU, DESKRIPSI DETAIL] Berapa banyak kepalsuan yang sedang di sembunyikan dalam-dalam. Semua sedang memakai topengnya masing-masing. Shin Heerin dengan topeng bahagianya, Jimin dengan topeng terbusuknya...