0.4

3.9K 375 145
                                    

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

Untuk melompat dari gendongan Jimin seperti kelinci yang melompat dari dekapan manusia yang akan menyembelihnya, Heerin sudah tidak punya tenaga.

Ia hanya bisa berontak dengan menendangkan kakinya lemah di udara. Sebisa mungkin tubuhnya terus bergerak mengelak seperti tidak ingin di sentuh sambil berteriak serak, "Turunkan aku Berengsek!"

Semakin gadisnya meronta memberontak semakin Jimin menahan tubuh Heerin dengan kuat dan menarik sudut bibir tebalnya kesamping seperti merasa semakin terhibur.

Dan Heerin semakin merasa muak, menatapnya nyalang penuh kebencian, "Turun?" Jimin terkekeh seperti meremehkan, "Jangan bodoh, untuk berdiri saja kau tak mampu sweety pie." ucap Jimin.

Jujur saja panggilan 'sweety pie' terasa sangat menjijikkan di telinga Heerin, Heerin benci, "Ku beri tahu, bertindaklah sedikit cerdas." Jimin berucap ketika satu tungkai jenjangnya menapak memasuki ruangan dapur luas nan mewah miliknya.

Mendengar ucapan itu, gerakan tubuh Heerin berangsur menjadi lebih tenang, "Pergunakanlah setiap kesempatan yang kau miliki dengan baik." tuturnya lagi.

Seorang pelayan yang sudah berdiri sejak tadi di depan meja makan menarikkan sebuah kursi. Jimin mendudukkan gadisnya pelan, Heerin spontan memegang pinggiran meja dengan kedua tangan, agar tubuh lemahnya tidak terjatuh saat tangan Jimin benar-benar terlepas dari tubuhnya.

Namun, tatapan sengit Heerin tak kunjung berakhir. Bola mata jelaganya bergerak mengikuti tubuh pria yang ia benci mengitari meja hingga duduk di hadapannya yang terhalang meja kayu.

Heerin mendengus tipis saat melihat Jimin menoleh pada pelayan di sampingnya dan berkata, "Naikkan suhu pemanas ruangan dan ambilkan selimut!" pelayan mengangguk patuh sebelum pergi menjalankan perintah.

Seorang pelayan lain datang membawa satu mangkuk penuh sup krim ayam dan satu cangkir besar susu stroberi hangat. Pelayan itu menyingkir setelah menyodorkannya di atas meja.

"Makanlah! isi perutmu dulu agar tenagamu pulih kembali—aku yakin jiwa liar the Hades ada dalam dirimu. Kau sangat ingin membalasku dan Booram noona bukan? Untuk itu kau harus kuat dan sehat dulu sebelum kau bisa balas dendam."

Heerin mendengus, iris matanya berotasi ketika wajahnya berpaling kesisi kiri. Muak, namun bibirnya tak bisa berhenti bergetar karena menggigil kedinginan.

Tapi kali ini Heerin setengah meng-iyakan penuturan Jimin. Benar juga, terus bersikap keras kepala dan menyia-nyiakan kesempatan memang tindakan bodoh. Apalagi sampai menyulitkan diri sendiri, seperti hari ini. Membiarkan perutnya kelaparan seharian padahal ia punya kesempatan untuk makan.

Baiklah, Heerin setuju walau ia juga menyanggah pada bagian 'balas dendam', karena gadis itu bukan tipe manusia pendendam.

Setidaknya Heerin harus bertahan hidup untuk bisa menghadapi pria di depannya, pria berengsek yang bagi Heerin sangat licik. Tidak menjawab apapun, perutnya sudah mengeluh lapar. Pun ia tengah kedinginan, sup hangat menggiurkan di depannya terlihat seperti dapat menghangatkan badan.

JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang