Pagi ini, lagi-lagi Jimin mendominasi ruang pikir di kepalanya secara utuh. Heerin mengerti, muntah tiap pagi tanpa kunjung mendapat kesembuhan sudah pasti menimbulkan tanya yang berderap di kepala Jimin. Di pagi yang masih gelap tadi pria itu bilang bahwa akan menyuruh seorang dokter ke rumah untuk memeriksanya. Heerin jelas mencari-cari banyak alasan untuk menolak. Sudah seminggu semenjak Jimin memergokinya muntah pagi itu, Jimin jadi bangun pagi buta tiap hari. Membuntutinya ke kamar mandi, ikut jongkok di belakang punggungnya, mengikatkan rambutnya, sesekali lelaki itu juga mengurut tengkuknya dengan lembut, lantas menungguinya sampai kegiatan muntahnya selesai. Heerin jadi mengaitkan satu demi satu perlakuan manis yang Jimin bungkus dengan sarkas serta sikap berengsek selama ini. Dari semua kompilasi tersebut, proposisi Jimin malam itu mengarah pada kebenaran.
Meski begitu, Heerin masih kesulitan untuk beradaptasi dengan atsmosfer baru dalam dirinya. Ada rasa aneh dalam kalbunya yang terus berdesir namun tak henti beradu dengan hipotesis yang berdasar pada benci. Tak jauh dari drama peluk-peluk di pinggir jalan minggu lalu setelah Jimin ribut dengan Taehyung. Ada penyesalan yang belum juga urung, Heerin sendiri tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba melakukan itu. Peristiwa tersebut sudah berlalu tertumpuk waktu namun rasa malunya masih menetap dalam ingatan hingga sekarang. Terlebih pelukan itu menjadi awal terbitnya pelukan-pelukan tak senonoh lain sesampainya di rumah.
Hukuman yang Jimin bicarakan bukan gertakan semata, lelaki itu benar-benar merealisasikannya di atas ranjang. Belum sempat Heerin mengganti baju keluar dengan piyama atau sekadar mencuci wajah, tangan atau kakinya, Jimin sudah mendorongnya sampai terbaring di atas kasur. Menyerbunya dengan ciuman bertubi-tubi, seakan bibir tebal sensual itu diutus untuk menunjukkan bagaimana pesonanya sanggup menyulap ocehan penolakan Heerin menjadi desahan. Belum lagi sentuhan demi sentuhan ditubuhnya seusai ditelanjangi dengan gebu nafsu tak terkendali. Heerin tak sedikitpun heran sebab Jimin kerap bermain panas. Tiap gerak sentuhannya seperti menuntut Heerin untuk menyebut namanya dalam lenguhan tak berdaya. Jimin selalu pandai membawanya terbang mengarungi sensasi kenikmatan, memainkan semua organ sentitifnya sampai Heerin kuwalahan tahan-tahan teriakan saat Jimin terus menumbuk kewanitaannya dan membawanya ikut serta pada klimaks dalam waktu yang sama.
Dan gilanya, pagi ini bibir sensual itu seperti tercetak menjadi berjuta-juta potret yang terus melayang-layang dalam kepalanya, begitu menggiurkan untuk disentuh. Ujung jemari Heerin gatal sekali ingin merasakan detail tekstur dan lekuk filtrumnya. Keinginan itu lebih dari tidak waras. Heerin sendiri betul-betul tidak mengerti mengapa calon bayi dalam perutnya terus menginginkan hal yang aneh-aneh. Semakin ditekan semakin keinginan itu menyembul keluar seperti bola yang dipaksa tenggelam dalam kolam.
Di atas kasur tempatnya berbaring Heerin bergerak gelisah, tubuhnya tidak bisa diam untuk berubah posisi, dari miring ke kanan beralih ke kiri lalu ke kanan lagi, terus begitu dan berulang-ulang. Terlepas dari keinginan anehnya tadi, rasa mual masih setia aduk-aduk perutnya pagi ini dan pagi-pagi yang kemarin. Ditambah suhu dingin yang merangkulnya lebih erat ketimbang suhu hangat pemanas ruangan. Dering telepon di atas nakas mengganggu hening, Heerin meraba meja mencoba menjeremba gagang telepon dalam posisi tetap berbaring. Suara bibi Nam Hyesul kepala pelayan yang Heerin suruh beli test pack beberapa minggu lalu. Wanita tua itu hanya meminta izin masuk kamar. Tak lama setelah Heerin mengizinkannya masuk, bibi Nam datang bersama satu pelayan muda yang membawa nampan berisi satu poci jahe panas beserta cucing, beberapa hot pack dan manisan buah persik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN
Fanfiction[ON HOLD] [MARRIAGE LIFE] [MATURE] [BAHASA BAKU, DESKRIPSI DETAIL] Berapa banyak kepalsuan yang sedang di sembunyikan dalam-dalam. Semua sedang memakai topengnya masing-masing. Shin Heerin dengan topeng bahagianya, Jimin dengan topeng terbusuknya...