Tears in love are the most painful thing in life _ love psychology
______________________________________
Kehidupan macam apa yang telah di suguhkan oleh yang maha kuasa? Kepada dirinya yang kini tengah menatap foto masa kecil di album yang telah usang, menyentuhnya penuh rasa sakit. Ingin meneteskan air mata sial yang terpendam dalam, kerap membuatnya risih selalu menggenangi pelupuk acap kali ia memikirkan. Namun benci untuk menumpahkannya karena dirasa itu sebuah kelemahan.Tampak seorang lelaki kecil yang baru bisa berjalan dengan lancar dalam potret hitam putih yang tepinya telah terkikis ngengat lembab. Berdiri berjajar dengan teman-teman yang usianya beragam—di panti asuhan. Sebelum dirinya menjadi CEO angkuh perusahaan pertambangan terbesar di kota ternama di negara maju seperti sekarang. Masih sangat polos dengan senyuman jujur tanpa mengerti tentang dunia yang penuh dengan kepalsuan.
Park Jimin, mendengus penat memejamkan kelopak matanya yang sipit. Tidak ada senyuman pongah dan seringaian menyeramkan seperti yang kerap ia tampilkan, hanya ada kehancuran kala ia mendekam sendirian, seperti sekarang. Duduk di kursi kerja beroda menghadap album foto jaman dulu yang terbuka di atas meja kerja dalam kantor.
Isi pikirannya melalang buana kembali ke masa lalu saat di panti asuhan. Ketika dirinya sudah tumbuh berusia tujuh tahun masih dengan kepolosan yang murni. Namun ceria dan tawanya yang dulu sudah hilang, berganti dengan wajah muram dengan jiwa bersimbah sedih dan ketakutan karena menjadi korban buli.
Jimin hancur, ia disisihkan, dicerca, direndahkan bahkan harga dirinya diinjak-injak dengan kekerasan fisik oleh teman-temannya. Tidak ada uluran tangan yang sanggup menolong, bahkan pengurus panti. Mereka hanya menganggap pembulian hanyalah kewajaran anak-anak di usianya.
Kemudian suatu hari datang seorang malaikat penyelamat, manusia yang untuk pertama kali mengulurkan tangan dan menariknya dari liang keterpurukan, Park Hyubin mengadobsinya.
Ia di rawat dan di besarkan dengan cinta dan kasih sayang. Ia tumbuh dengan gelimangan harta beserta kemewahahan tanpa kekurangan. Setelah kemudian senyumannya seperti saat dalam potret itu kembali mengembang dari waktu ke waktu, sampai akhirnya senyumannya menjadi kebahagiaan yang utuh.
Kini, Jimin membalikkan selembar kertas album tebal usang itu, lalu menatap gambar dirinya yang masih remaja berseragam tanpa senyuman sama sekali. Dan disandingkan dengan potret tunggal seorang gadis remaja cantik yang tampak lugu. Di situlah air matanya jatuh, tepat saat jemari mungilnya menyentuh sebuah potret gadis cantik berkepang dua berseragam SMP dengan senyuman tulus dengan mata berbinar polos.
Sengguknya pecah dengan isak yang berusaha ditahan kuat, namun air mata tetap jatuh berlinang. Sakit, ini teramat sakit. Foto itulah yang di tunjukkan oleh sang ayah angkatnya, tuan Hyubin pertama kali malam hari setelah pesta ulang tahunnya di adakan. Sejak saat itu Jimin mengerti bahwa kebahagian itu tidak gratis, bahwa ada alasan untuk mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN
Fanfiction[ON HOLD] [MARRIAGE LIFE] [MATURE] [BAHASA BAKU, DESKRIPSI DETAIL] Berapa banyak kepalsuan yang sedang di sembunyikan dalam-dalam. Semua sedang memakai topengnya masing-masing. Shin Heerin dengan topeng bahagianya, Jimin dengan topeng terbusuknya...