1.1 [Jimin Side]

3K 273 58
                                    

Berawal dari pesan masuk dari info penggunaan T money milikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berawal dari pesan masuk dari info penggunaan T money milikku. Sudah lama sekali, sejak dua tahun lalu kartu pembayaran itu bersemayam dalam laci kamar, bahkan mungkin sudah berdebu karena lama tak tersentuh. Tapi sore tadi tiba-tiba aku dikejutkan oleh pemberitahuan tentang penggunaannya untuk membayar taxi menuju Haneul park. Padahal saat itu aku berada dalam kantor, penat dengan berkas-berkas perusahaan yang tak kunjung habis terselesaikan.

Belum usai mataku bergetar beserta dadaku yang sesak melihat notifikasi mengejutkan itu, pengawalku yang bodoh ternyata masih punya nyali untuk menelepon. Mengadu bahwasannya Heerin hilang di supermarket.

Baiklah! sudah jelas tersangka pengguna T money.

Saat itu duniaku terasa runtuh, pening merambat cepat menjalar di kepala, darahku mendidih seketika. Aku tak bertanya lagi setelahnya, kakiku hanya spontan berlari tergesa menuju garasi, melesatkan mobil untuk mencari istriku ke Haneul park.

Saat itu jantungku berdebar hebat, mataku sudah memanas pun dadaku akibat rasa khawatir jika terjadi hal buruk pada wanita terkasihku. Tidak! Tidak boleh ada hal buruk padanya. Tidak ada hal yang yang lebih utama dari Shin Heerin, dialah prioritasku, yang teratas dan nomer satu.

Pikiranku berkecamuk, bercampur dengan amarah yang melonjak. Bagaimana bisa ada pengawal setolol itu? harusnya mengkonfirmasikan dulu padaku sebelum bertindak. Memeriksa lebih jeli sebelum memenuhi permintaan Heerin, gadis itu terlalu pintar untuk disepelekan.

Benar!

Terlalu pintar untuk ku sepelekan, Heerin yang ku anggap polos dan naif. Ternyata dia tidak selugu itu, aku benar-benar telah salah menilai. Kini semua kenyataan terpampang jelas di depan mataku yang sehat. Tubuhku kini sudah berada di jalan yang sama dengannya. Melihat hujan jatuh di atas kepalanya, membasahi tubuhnya, hujan yang sama yang membasahi mobilku.

Jarak kami cukup jauh, di perempatan jalan yang luas. Dia di seberang dan aku berada tepat di bawah lampu lalu lintas yang sialnya sedang menyala merah. Mengharuskan mobilku tetap dalam posisi diam. Diam agar tidak melesat cepat untuk menabrak seorang pria jangkung yang sedang mencium istriku di sana. Padahal aku sangat ingin untuk membunuh pria itu sekarang juga.

Terkadang marah adalah buah dari hati yang terkoyak, sakit akan kekecewaan. Kebanyakan orang menganggap buruknya sikap adalah kobrobrokan mutlak. Mereka buta akan suatu hal, bahwa orang yang menggigit sebetulnya mereka sedang terluka.

Hancur! Bagian rapuh dalam diriku hancur, serpihannya bahkan lebur, lenyap bersama badai luka. Wanita yang selama ini ku puja-puja nyatanya telah menghianatiku. Bibir ranum yang ku kira hanya milikku ternyata juga milik pria lain. Berani-beraninya dia memberikannya pada pria yang bukan suaminya seperti wanita rendahan. Menjijikkan!

Entahlah siapa pria keparat yang mencium istriku di sana. Hujan menjadikan pandanganku mengabur, terlebih pria itu hanya terlihat bagian tubuh belakangnya saja. Dan otakku jadi memproduksi banyak pertanyaan, apakah Heerin mengenalnya sejak lama? Apa Heerin mencintai pria itu? Lihatlah tubuhnya sama sekali tak berontak seperti saat ku sentuh. Bahkan matanya yang indah itu memejam, seperti sangat menikmati setiap sentuhan, Ya Tuhan!

JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang