11. Her Mind

401 73 4
                                    

                  

"Hayyin, tolong dipercepat."

"Iya pak."

                

Di penghujung semester genap masa kelas 10, materi pelajaran yang paling dimusuhi Kinan adalah pelajaran olahraga.

Saat siswa lain khususnya anak laki-laki sangat senang dengan pelajaran di lapangan ini, Kinan malah benci karena dia lemah saat berlari. Saat itu sedang ambil nilai lari 1,2 km dan Kinan sudah di overlap oleh banyak teman-temannya.

Teman-temannya sudah tau dari awal semester kalau Kinan ini larinya lambat dan diam-diam mereka paling menghindar sekelompok dengan Kinan pada saat materi estafet.

          

"Nan lu pucet banget anjir. Udah sih bilang aja kalau lo lemah jantung." Salah satu teman perempuan Kinan berbicara.

"Asal ngomong lo gue lemah jantung. Gue cuma enggak kuat lari."

"Yeu. Kata bapak gue itu lemah jantung."

"sok tau berarti bapak lo."

"Bapak gue dokter njir."

          

Kinan memilih abai dan membiarkan temannya itu lari lebih cepat darinya. 1,2 km itu sama dengan mengelilingi lapangan sekolahnya 20 kali dan ini sudah memasuki putaran Kinan yang ke enam belas.

Kinan enggak lemah jantung, Kinan cuma enggak kuat lari.

Kinan udah pernah periksa ke dokter dan dokter bilang Kinan enggak kuat lari bukan karena jantungnya lemah, melainkan karena Kinan keseringan rebahan di bawah AC. Jadi fisiknya selalu kaget kalau harus kerja panas dengan durasi panjang.

Dokter bilang masalah itu bisa di atasi kalau Kinan mau rutin lari pagi setiap hari supaya tubuhnya menyesuaikan. Tapi ya, apa sih yang bisa dipaksakan ke anak bungsu kesayangan papa? Pulang dari konsul dokter aja Kinan rebahan lagi di kamarnya. Seakan omongan dokter cuma dongeng tidur siang.

Dan Kinan baru akan merutuki sifat malasnya waktu ujian mata pelajaran olahraga tiba. Dia sering berakhir dengan kesulitan bernapas, kepalanya berkunang-kunang dan kakinya kelelahan.

                   

"Lah lah Nan... Kinan..."

              

Entah apa yang dirasa, Kinan juga tidak tau. Tiba-tiba tubuhnya linglung ke samping dan penglihatannya mengabur.

             

"EHH ANJIR INI SI KINAN PINGSANNNN"

             

Kinan masih bisa mendengar teriakan itu. Dia masih sadar, namun badannya seperti mati rasa dan matanya terasa sulit untuk dibuka.

Kinan pun masih bisa merasakan saat tangan besar seseorang membawanya pergi dari lapangan. Kinan tau ada orang yang sangat tergesa-gesa mengiringinya hingga aroma obat-obatan menyeruak keseluruh indera penciumannya.

Tubuh Kinan mulai terasa membaik sewaktu aroma minyak kayu putih menghidu disekitar hidungnya. Pelan-pelan matanya mau membuka dan dia mendapati salah satu teman perempuannya yang menjadi sosok pemegang minyak kayu putih itu menatapnya khawatir.

Namun bukan itu pusat perhatian yang membuat Kinan mau membuka mata sedikit lebih lama. Sebab Kinan justru sedang terfokus pada seseorang yang berdiri di ambang pintu UKS dengan pandangan sendu kearahnya.

[✔️] PRIORITY || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang