[Selesai] [+15]
Kamu cuma butuh aku, bukan memprioritaskan aku. Nyatanya kamu memprioritaskan aku karena kamu butuh. Padahal, harusnya cinta yang tulus itu adalah ketika kamu sangat membutuhkan aku karena kamu memprioritaskan aku.
Start : Feb 2021
E...
Jeno memandang papan huruf di panggung sambutan dengan mata takjub. Akhirnya, apa yang menjadi beban pikirannya beberapa bulan terakhir sudah memasuki hari-hari perlombaan.
Meski embun pagi masih terasa menusuk-nusuk tulang, Jeno dan anggota tim logistik lainnya tetap bergerak semangat menyusun segala atribut untuk diisi ke taman fakultas sebelum jam 8 pagi menyapa.
Divisi logistik;
Nama lainnya adalah divisi perlengkapan, atau bisa dibilang divisi kuli. Divisi ini beranggotakan 6 orang dengan hanya ada satu perempuan di dalamnya. Walaupun gerakan dari divisi ini didominasi angkut mengangkut barang namun perempuan tetap diperlukan karena terkait pembuatan laporan yang terstruktur dengan rapi.
"Lo pada udah sarapan, belom?" Yuda, sosok kepala dari divisi tersebut bersuara ke arah para anggotanya yang berpencar disekitaran taman fakultas.
Lima orang anggotanya menoleh, dan mereka mendapati mahasiswa kimia angkatan 2015 itu sedang mengangkat tinggi-tinggi plastik berisikan beberapa bungkus nasi ke arah mereka.
"Sini, sarapan dulu."
Waktu itu jam baru menunjukkan pukul setengah 6 pagi waktu bagian barat. Karena merasa waktu untuk ke jam 8 itu masih sangat banyak jadi mereka semua turut menghampiri Yuda dan membuat lingkaran dekat lorong sekre fakultas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yuda Pratama, cowok tinggi berbadan L-men yang bikin orang-orang takut saat pertama kali bertemu ini aslinya justru superrr ramah dan pengertian. Enggak seintimidasi penampilannya, cowok itu aslinya lebih sering haha-hihi. Jeno diam-diam sangat kagum dengan sosok itu. Kagum dalam artian 'Bang Yuda pinter banget nyembunyiin stressnya.'
Beberapa bulan terakhir Jeno banyak menghabiskan waktunya dengan Yuda. Mencari tempat cetak banner termurah, survei booth untuk lomba kewirausahaan, tawar-menawar sewa panggung untuk opening dan closing, sampai rebutan sofa perpustakaan kampus sama logistik acara fakultas tetangga pun sudah ia lalui bersama Yuda. Dan dari waktu-waktu inilah Jeno jadi lebih mengenal siapa itu sosok 'Yuda Pratama'.
Kepala divisinya ini orangnya 'nggak enak'an.
Tipe orang yang sulit memilih.
Prinsip hidupnya , 'Kalau bisa handle semua, kenapa harus milih satu buat di handle?'
"Bang Yud, katanya anak futsal minta dicariin tambahan bangku buat tim dipinggir lapangan." Ditengah-tengah sarapan, Rezki –salah satu anggota logistik lainnya bersuara ke arah Yuda.
"Oh, bangku yang kayak apa mereka mintanya?" Yuda menanggapi dengan santai.
"Gak ngomong bangku yang kayak apanya. Bebas aja sih kayaknya orang cuma buat duduk."