Aku Sayang Kamu

86 14 0
                                    

Vandra memang harus bersiap-siap. Menyiapkan apa saja yang akan dibawa untuk besok pergi ke negara impiannya.

Korea Selatan.

Tempat yang dipilih Vandra untuk melanjutkan kuliahnya setelah belajar agar bisa masuk ke salah satu kampus di sana. Vandra benar-benar harus mewujudkan impiannya. Meski ia harus bersiap jauh dari orang tuanya, dari kakaknya, dan juga sahabatnya.

"Ra, lo beneran mau nyari suami-suami lo itu?" Deka sudah lima kali menanyakan hal itu.

"Gue kasih piring pecah lo kalau nanya itu lagi," sentak Vandra, dengan tangan yang sibuk memasukan baju ke dalam koper.

Kesal, Deka menutup koper Vandra dan menarik tangan cewek itu agar diam. Deka hampir berteriak saat beberapa menit yang lalu dengan santainya Vandra mengatakan akan melanjutkan kuliah di Korea.

"Tapi Korea itu jauh loh, Ra."

"Gue juga tahu kalau Korea itu jauh, Deka." Vandra kembali melanjutkan aktivitasnya.

Deka mendesah pelan. Masalahnya Vandra baru memberitahu tadi, kenapa tidak dari jauh-jauh hari saja. Belum lagi yang ternyata cewek itu akan berangkat besok. Mau gila saja Deka rasanya tahu hal itu.

Sudah tiga bulan lebih Vandra memutuskan untuk pindah ke rumah Deka. Dodi meminta agar Vandra tinggal di rumahnya. Dengan sedikit bujukan dari Resti dan Lula sampai akhirnya Vandra setuju dan mau pindah ke rumah Dodi.

"Sana balik ke kamar," titah Vandra tanpa menatap Deka. "Gue mau mandi, ganti baju terus tidur, deh."

Deka yang masih kesal kembali menutup koper berwarna pink itu. "Main tidur aja. Makan dulu, lo dari pagi belum makan."

Alasan awal Vandra tidak mau satu rumah dengan papanya adalah karena Deka. Bayangkan saja, orang yang tadinya kita panggil pacar, berubah menjadi saudara kembar kemudian harus tinggal satu rumah. Wah, membayangkan bagaimana dari pagi sampai malam bertemu dengan Deka terus membuatnya bergidik ngeri. Hatinya memang merelakan kenyataan itu, tapi untuk bisa tinggal satu atap Vandra harus berpikir dua kali.

Namun, setelah dibujuk oleh bunda dan mamanya membuat Vandra akhirnya luluh juga dan menerima ajakan untuk tinggal bareng. Minggu pertama ia masih merasakan aneh saat melihat Deka ada di sekelilingnya, tapi seperti yang bundanya bilang; kamu pasti akan bisa karena terbiasa.

"Ra, masa Korea, sih." Deka masih saja mengeluh dengan keputusan Vandra.

Vandra menarik koper yang sudah ia rapikan isinya. Menarik benda beroda kecil itu dan disimpan di dekat meja. "Gue udah pernah bilang sama lo, ' kan kalau gue mau ke Korea?" tanya Vandra yang dijawab anggukan kepala oleh Deka.

"Nah, itu udah tahu. Besok gue mau mulai mewujudkan harapan gue."

"Nggak usah masang muka nggak ikhlas gitu, dong." Vandra duduk di samping Deka. "Lagian nanti gue balik lagi, kok."

Setelah kata putus waktu itu, Vandra masih belum mampu membuka hati untuk orang lain. Ia masih nyaman sendiri dan lebih memilih fokus pada cita-citanya. Begitu juga Deka yang sepertinya masih enggan untuk menerima sosok pengganti Vandra di hidupnya.

Mereka berdua sedang sama-sama berusaha menyembuhkan diri sendiri dan mengembalikan kepingan hati yang retak.

"Nanti kalau lo sakit di sana siapa yang bakal jagain lo?" Deka sudah membayangkan apa saja yang akan terjadi jika Vandra sendirian di sana.

Vandra tersenyum kecil. "Gak usah khawatir. Gue bukan anak kecil lagi, kok."

Kalau dilarang pun Vandra akan tetap pergi besok. Jadi, percuma juga bukan kalau Deka berusaha meminta agar cewek yang sudah memakai baju santai itu agar tetap di Indonesia. Tidak ada hal lain selain mendoakan agar Vandra baik-baik saja selama di sana.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang