Pulang

264 95 109
                                    

Menurut Vandra, Deka itu tidak terlalu tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menurut Vandra, Deka itu tidak terlalu tampan. Biasa saja terlihat di matanya. Bahkan Vandra mengakui kalau antara Deka dan Kavin jauh lebih tampan Kavin.

Tapi kenapa seorang Sena yang jadi primadona sekolah malah tergila-gila pada Deka. Bukan pada Deril atau Caka yang jelas-jelas lebih segalanya dari Deka dan terang-terangan mencintai Sena.

Sedari tadi Vandra terus mengawasi gerak-gerik Sena yang sedang duduk mepet pada Deka. Bakso favoritnya terabaikan karena lebih tertarik melihat Deka dan Sena di meja yang tidak jauh dari tempatnya.

"Ulet keket masih berani nempelin Deka ternyata," celetuk Gretha yang duduk tepat di sebelah Vandra.

Vandra ingin mengabaikannya. Membiarkan Sena sesuka hantinya menempeli Deka. Sialnya ia tidak bisa. Matanya terus bergerak mencari keberadaan Deka sejak masuk ke kantin dan berakhir menemukan Deka sedang duduk dengan Sena.

"Cemburu? Lo beneran jadian sama Deka kayaknya." Benar. Gretha masih belum percaya sampai hari ini.

"Ck, bodo amat gue gak peduli," kata Vandra mengalihkan pandangannya.

Sedangkan Gretha tertawa pelan melihat kelakuan sahabatnya. Meski Gretha tidak percaya, melihat tatapan tidak suka yang Vandra layangkan membuat ia sedikit percaya kalau dua orang itu benar-benar pacaran.

Suara kursi yang bergesekan dengan lantai membuat Gretha tersentak. Ia menatap Vandra yang tiba-tiba berdiri.

"Gue mau ke sana dulu."

"Loh, heh, Vandra!" Gretha tidak menyangka kalau Vandra benar-benar cemburu.

Vandra berjalan cepat menuju tempat Deka dan teman-temannya sedang duduk. Ah, dengan Sena juga yang sekarang semakin kurang ajar menggandeng tangan Deka.

"Tempat masih banyak, Kak," ketus Vandra tepat di belakang Deka dan Sena. "Bisa jauhan dikit dari Deka?"

Sena langsung melepaskan tangannya. Menoleh ke sumber suara dan melihat Vandra yang sedang melipat tangannya di dada.

"Mau ngapain lo ke sini?"

"Mau ketemu sama pacar gue, lah," jawab Vandra percaya diri. "Minggir." Vandra menjauhkan Sena dari Deka dan duduk di antara keduanya.

"Asik pawangnya datang," celetuk Bram tertawa.

"Apa lo?" Vandra menatap tajam Deka.

"Ayo berantem, aku gak suka ya lihat kalian damai." Kavin, salah satu contoh teman yang minim akhlak.

Sedangkan Deka yang masih merasa terkejut dengan kedatangan Vandra yang tiba-tiba hanya bisa menatap cewek di sebelahnya dengan bingung.

"Lo ngapain pake ke sini segala, sih?" Sena memandang Vandra sinis. "Pergi sana. Ngerusak suasana aja."

Mendengar itu membuat Vandra langsung menoleh. "Mending Kak Sena yang pergi. Aku ke sini mau ketemu sama Deka, pacar aku," kata Vandra penuh penekanan.

Deka mengira jika tidak ada salah satu di antara dua cewek itu yang mengalah dan pergi pasti akan ada adu mulut lebih lama lagi. Jadi, tanpa mengindahkan tatapan Vandra, ia segera saja meraih tangan cewek yang hari ini entah kenapa terlihat sangat cantik itu untuk berdiri.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang