Babak Baru

230 63 85
                                    

"Kenapa lagi, sih?" Vandra terus mencoba menghubungi Deka yang sejak pulang sekolah tiba-tiba terlihat berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa lagi, sih?" Vandra terus mencoba menghubungi Deka yang sejak pulang sekolah tiba-tiba terlihat berbeda.

Vandra mengangkat ponselnya tinggi, merebahkan tubuhnya di kasur sambil memandangi layar datar di tangannya. Sedangkan otaknya terus berpikir apa yang salah darinya sehingga Deka tiba-tiba mencuekinya.

Dasar cowok aneh, batin Vandra kesal. Tanda panggilan tersambung terdengar sejak tadi yang tidak pernah dijawab meski ini sudah kali ke lima.

"Aduh, Bunda, wajah kembaran Kim Ji Won. Sakit!" pekik Vandra saat ponselnya mengenai hidung.

Vandra bangun dan melempar ponselnya. "Ah, ponsel kampret, kamu," ringisnya sambil mengusap hidungnya. Kakinya bergegas menuju cermin untuk melihat keadaan hidungnya. "Nggak apa-apa, masih mirip Lee Sung Kyung."

"Semoga Deka, semoga Deka." Vandra memutar tubuhnya ketika mendengar ponselnya berdering.

"Udah puas ngobrol sama Kak Derilnya?" Vandra menganga saat suara ketus Deka menyapanya.

"Apa sih, kok tiba-tiba Kak Deril?" tanya Vandra bingung.

"Tahu pikir aja sendiri," kata Deka masih dengan nada ketusnya.

"Heh bolot, gue gak bakal tahu apa masalahnya kalau lo gak kasih tahu gue," sentak Vandra. "Jelasin sama gue kenapa?"

Terdengar suara helaan napas dari sana. Vandra diam mendengarkan. Lama-lama ia jadi kesal kalau Deka seperti ini terus. Masa nggak ada angin, nggak ada hujan tiba-tiba ketus.

"Gue nggak suka lihat Kak Deril deket-deket sama lo," bisiknya nyaris tidak terdengar.

Bibir Vandra berkedut menahan senyum. Jadi gara-gara Deril?

"Lagian gue sama Kak Deril cuma ngobrol biasa, kok," balas Vandra dengan tawa di akhirnya. "Lo cemburu?"

"Nggak. Gue cuma gak suka."

"Sama aja, pinter," kekeh Vandra.

Deka berdeham sebentar sebelum akhirnya berkata, "ya udah maafin gue kalau gitu."

Lah, minta maaf. Vandra menggaruk kepalanya merasa aneh. Ada apa dengan  manusia satu itu.

"Gue mau ke rumah lo sekarang, ya."

"Heh, mau ngapain?" Vandra terlonjak dari posisi duduknya. "Ka, nggak usah ke sini udah malam. Dih, Heh!" teriaknya saat mengetahui Deka memutuskan panggilannya secara sepihak.

"Hih, kebiasaan banget."

Mana Vandra tahu kalau Deka bisa cemburu hanya karena melihatnya sedang mengobrol dengan Deril.

Tadi, saat Vandra keluar kelas ternyata ada Deril yang sedang menunggunya. Dengan tangan yang terlipat di dada sambil bersandar pada tembok. Ia kira cowok itu bukan sedang menunggunya. Jadi, Vandra melewati Deril begitu saja. Namun belum lima langkah kakinya melewati Deril, tangannya diraih oleh Deril.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang