IPS 3 dan Murid Barunya

1.3K 227 442
                                    

Suara tangis terdengar samar dari sebuah kamar yang tepat di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangis terdengar samar dari sebuah kamar yang tepat di sebelahnya. Merasa penasaran, kakinya terus melangkah mendekati sumber suara. Menyentuh gagang pintu berwarna putih dan membukanya perlahan.

Gelap.

Hanya ada satu sumber pencahayaan di kamar yang berasal dari sebuah benda yang sedang dalam pangkuan seorang gadis berambut sebahu yang acak-acakan.

Kali ini gadis itu tidak menangis. Ia justru cekikikan dan bahagia. Jadi ngeri sendiri cowok itu melihatnya.

"Gak boleh, oh tidak bisa, jangan!" Gadis itu berseru membuat yang sedang memerhatikannya kaget.

"Drama korea lagi, kan?"

Yang ditanya malah kembali menangis.

"Lovandra Adeeva!"

Merasa namanya dipanggil membuat gadis itu mengangkat kepala. "Kak Rian ngapain berdiri disitu?"

"Kakak laporin sama Bunda kalau tiap malam kamu nonton drama korea terus."

Gadis yang biasa dipanggil Vandra itu seketika menutup laptop di pangkuannya. "Cih, dasar tukang ngadu."

"Sana balik ke kamar." Vandra menyimpan laptopnya di nakas. "Aku mau tidur."

Rian menurut dan keluar meninggalkan adiknya, sedangkan Vandra mulai memejamkan matanya untuk menjemput oppa-oppa kesukaannya dalam dunia mimpi.

><

Matahari menyapa bumi. Sinarnya menghangatkan dari angin yang membelai kulit. Seolah enggan membuka mata dan memulai hari, Vandra justru semakin menggelamkan dirinya di balik selimut dan guling lepek kesayangannya.

"Vandra bangun!" itu suara kakaknya, Rian.

Vandra yang masih setengah sadar hanya menggumam dan mengucek pelan matanya. Sungguh ia ingin kembali tidur dan berdiam diri di kasur ditemani bantal dan guling. Namun, apalah daya itu tidak bisa ia lakukan. Hari ini ia akan memulai hari baru setelah minggu dan senin, tanggal merah, libur dan berdiam diri di rumah.

"Vandra!" suara Rian kembali terdengar.

"Iya," balasnya setengah ogah-ogahan. "Hih, alarm gue kalah sama suara Kak Rian."

Vandra turun dari kasurnya dan berjalan untuk membuka pintu. "Udah bangun." Vandra sengaja melewati Rian dan membentangkan tangannya sehingga mengenai tubuh Rian.

"Sabar, gak boleh marah." Rian mengelus dada. "Orang sabar disayang pacar."

"Kakak 'kan, gak punya pacar," sambar Vandra tepat sasaran.

"Heh, sini kamu!" Rian mengejar Vandra yang berlari untuk bersembunyi di balik badan Lula, bundanya.

"Masih pagi sayang, jangan berantem." Lula tertawa dengan tangan yang membawa lap. "Nanti siang aja dilanjut berantemnya. Mending sekarang kalian siap-siap mau sekolah."

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang