***
Aku terdiam duduk di depan cafe. Sudah satu setengah jam berlalu, dan yang ku lakukan hanyalah terus melamun sambil menunggu hujan reda.
"Kamu belum-"
Sebelum orang itu menyelesaikan ucapannya, aku langsung menutup muka ku dengan totebag. Takut jika orang itu berbuat jahat kepadaku.
"Tolong jangan sakiti saya. Saya benar-benar tidak punya uang." Ucap ku memohon kepada orang tersebut. Aku yakin kalau ia adalah seorang preman dilihat dari celananya yang sudah bolong-bolong.
Orang itu menoyor kepalaku.
"Apakah aku akan disandera? Diculik? Bagaimana ini??" Teriak ku dalam hati.
"Aku Yongjin, bodoh!"
Sedikit demi sedikit aku mengintipnya dari totebag ku. Memastikan jika ia benar-benar seorang Lee Yongjin.
"Bwaa!!"
"KAMJAGIYA!!"
Yongjin tertawa puas dan menggeplak pundak ku dengan santainya sampai berbunyi plak!
"Cari mati?" Sinis ku dengan tajam.
"Ampun, nona." Cengirnya tanpa rasa bersalah.
Aku hanya memutar bola mataku malas.
"Lagian ngapain kamu masih disini?" Tanya nya.
"Anda tidak lihat itu langit mengeluarkan air yang bernama hujan?" Geramku.
"Terus kenapa kalau hujan?"
Ingin rasanya diri ini menabok, tapi di sisi jalan juga banyak orang yang sedang berteduh.
Kan gak lucu kalau nanti dikiranya aku lagi KDRT sama suami. Mana muka Yongjin udah kaya om-om pedofil.
Aku menghembuskan nafas kasar, "Udah lah, Jin. Mending kamu diem aja daripada bikin aku emosi."
"Oh.. gak bawa payung?"
Anjirr loading lama banget ini orang. Apa iya semua orang ganteng efeknya jadi suka ngebug?
"Ne."
"Kamu juga ngapain disini?" Tanya ku.
"Habis beli pembalut di minimarket sebelah."
Aku membelalakkan mata tak percaya, "Jangan-jangan kamu..."
"Apaan?"
"Kalau malem berevolusi jadi Yingjin?"
Ia menggeplak badanku sampai aku sedikit terhuyung, "PABOYA!!"
Tanpa disadari kami berdua tertawa bersama hanya karena hal sereceh itu.
"Atau jangan-jangan..."
"Apa lagi?"
Aku mengambil sedikit jarak darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Hated
Teen Fiction"Tidak apa, kamu sudah melakukan yang terbaik." Kalimat sederhana yang belum pernah aku dengar selama hidupku. Dituntut untuk menjadi lebih, namun minim dengan apresiasi. Hingga pada akhirnya aku mencoba untuk meninggalkan semua kenangan buruk ku da...