33 - Tamparan

364 112 26
                                    

Hollaaa
Ada yang kangen gak sama GLETTA? atau sama aku?😂

Happy reading!!

*****

Glend menatap Aletta yang berlari menaiki tangga. Kenapa Aletta pergi saat dirinya datang? Apa Aletta tidak menyukai kedatangannya? Glend merasa bingung dengan sikap Aletta seharian ini, terkesan menghindarinya.

"Masuk, Glend."

Ucapan Varo menyadarkan Glend dari lamunannya. Glend mengangguk lalu melangkah masuk.

"Tante." Glend mencium tangan Daniah sopan.

"Eh, Glend." Daniah tersenyum mengelus kepala Glend.

"Duduk, Glend. Tante buatin minum dulu ya." Daniah langsung bangun dari duduknya.

Glend mendudukkan tubuhnya. "Gak usah repot-repot, Tante. Glend cuma mau ketemu Aletta bentar kok," tolak Glend halus.

"Udah, gapapa. Tunggu ya!" Wanita paruh baya itu pergi ke dapur membuatkan minum untuk Glend.

"Aletta ada di kamar, samperin aja," ucap Varo saat melihat Glend yang memandang sekitar.

"Emang boleh, Bang?" tanya Glend ragu.

"Boleh aja, asal jangan macem-macem." Varo mendudukkan tubuhnya di sofa single.

Glend mengangguk lalu bertanya, "Kamar Aletta yang mana, Bang?"

"Pintu warna putih," jawabnya. Varo kembali menonton film di hadapannya.

Glend langsung menaiki tangga dengan buru-buru. Saat sampai di depan kamar gadisnya, Glend langsung mengetuknya dengan tidak sabaran.

"By, buka pintunya," ucap Glend di depan pintu. "aku mau ngomong sama kamu, By."

Tidak ada sahutan dari dalam. Glend tidak menyerah, ia kembali mengetuk pintu kamar dan terus memanggil nama Aletta. Usaha Glend tidak sia-sia, buktinya Aletta membuka pintu dan menampilkan wajah datarnya.

"By, kamu kenapa sih block nomor aku? Kamu juga kenapa gak mau angkat telpon aku? Aku buat salah ya, By?" cerca Glend. Glend mengingat-ingat perkataan dan perbuatannya, dia tidak membuat salah kecuali kejadian minggu lalu.

Glend juga berpikir kemarin malam Aletta pulang dengan siapa? Apa yang membuat sikap gadis itu berubah? Tidak mungkin kan Aletta marah dan menghindarinya tanpa sebab.

Aletta menatap tajam sekaligus kecewa ke arah Glend.

Tanpa menjawab pertanyaan Glend, gadis tersebut menutup kembali pintu kamarnya. Tapi, Glend langsung menahannya agar pintu tersebut tidak tertutup.

"By, jawab dulu!" Glend mendorong pintu tersebut. Tenaga Aletta tak sebanding dengan tenaga Glend, mengakibatkan Glend berhasil masuk ke kamarnya.

"Keluar!" teriak Aletta marah. Gadis itu berusaha mendorong Glend keluar dari kamarnya. Glend tidak bergerak seinci pun saat Aletta mendorongnya.

Alih-alih pergi, Glend malah membawa Aletta ke dalam pelukannya.

"Lepas!" Aletta memberontak di pelukan Glend.

"Enggak, By! Kamu harus tenang." Glend semakin mengeratkan pelukannya.

"Diam, Aletta!" bentak Glend karena Aletta tidak berhenti memberontak.

Aletta tidak mempedulikan bentakan Glend. Gadis itu terus merancau dan memberontak, membuat Glend membungkam mulut Aletta dengan bibirnya. Aletta membelalakkan mata kaget. Tersadar dari keterkejutannya, gadis tersebut mendorong kasar tubuh Glend lalu menamparnya dengan keras.

Plak!

Glend memegang pipi kirinya yang terasa panas. Lalu menatap nyalang gadis di hadapannya.

"Lancang kamu, Glend!" teriak Aletta dengan nafas memburu. Gadis tersebut berusaha mengontrol amarahnya.

"Kenapa kamu tampar aku, Aletta? Salah kalau aku cium pacar sendiri, hah?!" tanya Glend tajam.

"Salah besar, Glend! Kamu berani cium wanita lain di depanku, dan sekarang ... sekarang kamu dengan lancangnya cium aku sembarangan!" serunya. Aletta berusaha menahan bendungan di matanya agar tidak jatuh.

Glend mematung seketika. Apa Aletta melihat apa yang ia dan Anes lalukan kemarin malam?

"Kamu salah paham, Aletta! Itu semua gak seperti yang kamu liat," sanggah Glend. Pria berhoodie hitam tersebut mencoba meraih tangan Aletta.

"Salah paham kamu bilang?! Semua yang aku liat selalu kamu bilang salah, Glend. Aku liat dengan jelas! Aku liat kamu sama Anes bercumbu mesra. Aku liat dengan mata kepala aku sendiri, Glend!" raung Aletta. Bendungan di matanya tidak bisa lagi di cegah, Aletta menangis tersedu-sedu.

Gadis tersebut menepis kasar tangan Glend yang menggapainya. "Aku gak salah liat, Glend!" lirih Aletta.

Glend merasa bersalah pada Aletta. Ia tidak tega melihat gadisnya menangis lirih seperti itu. Ia akui jika dirinya salah, tapi Aletta tidak mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.

Glend kembali memeluk Aletta tanpa mempedulikan penolakkan dari Aletta. Yang ia inginkan hanya Aletta kembali tenang dan mau memaafkan kesalahnnya.

"Maafin aku, By," bisik Glend pelan.

"Aku benci kamu, Glend!" Aletta memukuli dada Glend, sesekali gadis tersebut memberontak.

"Aku cinta sama kamu," gumam Glend mencium kening Aletta.

Setelah tangisnya sedikit reda, Aletta langsung mendorong tubuh Glend menjauh. "Pergi, Glend!"

"Enggak, aku mau disini! Aku minta maaf, By. Ini semua cuma kesalahpahaman aja!" terang Glend.

"Terserah kamu mau ngomong apa, aku gak peduli." Aletta enggan menatap Glend.

"Dengerin penjelasan aku dulu, Al!" pinta Glend frustasi.

Aletta mendudukkan tubuhnya di kasur. Memejamkan matanya lalu menghela nafas panjang. Hatinya jauh lebih sakit saat Glend tidak mau jujur, ketimbang saat ia melihat Glend bercumbu.

"Maafin aku." Glend berlutut di hadapan Aletta. Menggenggam erat tangan Aletta sebelum ditepis sang empu.

Jangankan membalas ucapan Glend, menatapnya pun enggan. Sekecewa itu kah Aletta padanya? Sesakit itu kah hatinya melihat kejadian kemarin? pikir Glend.

"Aletta?" Aletta langsung menghapus air matanya saat mendengar suara sang abang.

"Ma--masuk, Bang." Varo langsung masuk kamar adiknya.

"Bunda manggil kalian untuk makan siang." Varo menatap bingung Glend dan Aletta. Kenapa Glend berlutut di hadapan adiknya? Dan kenapa Aletta mengusap pipinya berkali-kali? Oh, apa ia menangis?

"Kamu nangis, Dek?" tanya Varo mendekat. Membuat Glend dan Aletta tersentak sebentar.

"Enggak kok, Bang. Cuma kelilipan aja," kilah Aletta.

"Yaudah, gih kalian turun. Di tungguin bunda," ucap Varo meninggalkan kedua remaja tersebut.

Aletta menghela nafas guna menetralkan perasaannya. Lalu berdiri dan melangkah keluar kamar meninggalkan Glend sendirian.

Glend menatap sendu Aletta lalu mengikuti langkah gadis tersebut.

****

Satu kata untuk part kali ini?

Satu kata untuk Glend?

Satu kata untuk Aletta?

Semoga feelnya dapet ya, maaf klo makin kesini makin berantakan:(

Votmen ya dong, biar aku mood nulis😌

Tbc.

GLETTA  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang