42 - Prom Night (Part 1)

334 68 21
                                    

Up lagi, yuhuu🙌

Makin sepi aja emm🙃

Happy reading!!

*****

Gadis cantik dengan dress merah cery yang melekat indah di tubuh rampingnya, berjalan berdampingan dengan pria yang mengenakan kemeja putih, tuxedo dan celana navy—Aletta dan Haidar.

Menjadi sorotan para anak murid yang lainnya, kala keduanya datang bersamaan. Aletta bahkan terlihat memeluk erat lengan Haidar, karena malam ini gadis cantik tersebut mengenakan heels lumayan tinggi.

Malam ini adalah malam puncak bagi SMA Alaskar, khususnya kelas 12 IPA–IPS. Malam yang selalu dinanti-nantikan, yaitu acara Prom Night. Bisa dianggap ini adalah pertemuaan dan acara terakhir bagi mereka.

"Kenapa pada liatin kita ya, Dar?" bisik Aletta meringis malu.

"Mungkin karena malam ini lo keliatan lebih cantik, Al," jawab Haidar tersenyum menggoda.

"Apaan sih!" Aletta tersenyum kecil, berusaha menutupi malunya.

"Serius, Al, lo—"

"Aletta."

Aletta dan Haidar langsung menatap pria di hadapan keduanya. Pria itu mengenakan kemeja putih, setelan jas hitam, serta dasi yang melekat di lehernya—Glend william Alvaro.

Aletta membuang pandangannya. "Kita ke sana yuk, Dar!"

"Al, aku mau ngomong sama kamu," ucap Glend menatap sendu Aletta. Sedari tadi ia menunggu kedatangan gadis di hadapannya itu, ia sedikit cemburu kala melihat Aletta datang bersama Haidar. Tapi rasa itu langsung Glend tepis, karena pria itu yakin bahwa Haidar tidak akan merebut miliknya.

"Ayok, Dar!" Aletta berusaha untuk tidak mengacuhkan Glend. Gadis itu menunduk, berharapa Haidar membawanya menjauh dari Glend.

"Glend, gue sama Aletta ke sana dulu ya," ucap Haidar kala Aletta yang tanpa sadar meremas lengan kemejanya. Sebenarnya ia merasa tak enak dengan Glend, tapi ia juga tidak mau jika Aletta harus menangis lagi.

"Gue mau ngobrol sebentar sama Aletta, bentar aja." Glend menatap Haidar dan Aletta bergantian.

"Al, mungkin Glend mau ngomong penting sama lo. Kasih dia kesempatan buat ngomong berdua sama lo, Al," ucap Haidar.

Aletta mengangguk pelan, setelah melihat anggukan serta senyuman kecil dari Haidar.

"Ayok, Al," ajak Glend tersenyum senang. Bahkan pria itu mengulurkan tangannya, bermaksud mengandeng Aletta. Tapi yang ingin digandeng malah langsung pergi meninggalkan dirinya dan juga Haidar. Hal itu membuat Glend menghela nafas panjang.

Haidar menepuk pundak Glend, bermaksud menyemangati pria itu. Glend menatap Haidar sambil tersenyum kecut sebelum ia pergi mengikuti Aletta.

"Kasian Glend," gumam Haidar pelan. "semoga masalah mereka cepet selesai."

"Udah dateng aja lo, Dar," ucap Veri yang tiba-tiba datang bersama Felice. Di belakang keduanya ada Keano yang merengut kesal.

"Eh, kalian dari tadi datengnya?" tanya Haidar.

"Lumayan." Veri mengelus tangan Felice yang memeluk lengannya, bermaksud pamer pada Haidar.

Haidar yang memahaminya hanya tersenyum kecil, lalu menatap Keano. "Kenapa lo, No?"

"Kesel gue, Dar, masa gue dateng ke sini sendiri sih gak ada gandengan. Gue pengin kaya si Veri juga, kemana-mana bawa gandengan," tukas Keano merengek seperti anak kecil.

Haidar meringis geli mendengar nada bicara Keano. "Kenapa lo gak bawa pacar lo ke sini, No?"

"Lo ngejek gue, heh? Lo kan tau gue gak punya pacar," ucap Keano memanyunkan bibirnya.

Haidar menyengir pelan. "Oh iya, gue lupa."

"Lo gandengan aja tuh sama si Haidar, dia kan jomblo juga," saran Varo menahan tawa. Saran yang bagus bukan?

"Sorry yee, gue kagak belok!" ucap Keano sinis. Cowok sama cowok bergandengan layaknya kekasih? Ihh menggelikan, pikir Keano.

Haidar mendelik tak terima. "Meskipun gue jomblo, bukan berarti gue mau gandengan sama si Keano. Sekalipun di dunia ini gak ada cewek!"

"Udah ah, gue ke sana dulu ya. Bye para jomblo," pamit Veri tertawa sambil menarik pelan tangan Felice menjauhi kedua temannya.

"Sialan. Awas aja lu ya, nanti gue pamer pacar yang lebih cakep dan lebih bohay daripada pacar lo!" teriak Keano kesal.

Haidar menepuk pelan pipi Kenao. "Sadar anak muda, mimpi mu terlalu tinggi."

Keano menepis tangan Haidar dari pipinya. "Iss, ngeselin lo."

_°_°_

"Mau ngomong apa?" tanya Aletta to the point. Saat ini keduanya berada di dekat tangga menuju lantai dua. Suasana di sana lumayan sepi, tempat yang pas untuk keduanya berbicara empat mata.

Glend menatap wajah cantik di hadapannya. "Aku minta maaf, Al."

"Aku—"

"Aku tau aku salah, aku udah buat kamu kecewa sekaligus sakit hati. Saat itu aku gak tau harus milih siapa, Al, aku bener-bener gak mau kehilangan keduanya. Aku akui kalau aku egois," ucap Glend menunduk. Ia bersalah, dan ia menyesali perbuatannya itu. "maaf, Al, maafin aku."

"Cuma maaf kan yang kamu butuhin dari aku? Oke ... aku maafin kamu." Aletta langsung berbalik tanpa menatap Glend sama sekali, berniat meninggalkan pria tersebut.

Glend langsung menahan tangan Aletta, saat gadis itu akan pergi. "Aku mau memperbaiki hubungan kita, Al."

"Hubungan yang mana? Hubungan yang pernah hancur karena keegoisan kamu?" tanya Aletta tanpa membalikkan tubuhnya.

Perkataan Aletta memang benar adanya, tapi kenapa hati Glend merasa sakit mendengar pernyataan itu? "Iya, Al."

"Hubungan itu udah terlanjur hancur dan udah gak pantes untuk diperbaiki," ucap Aletta menahan sesak di dadanya. "sebentar lagi kamu bakal punya kehidupan yang baru, Glend. Kamu harus bisa lupain aku, hubungan kita, maupun kenangan kita dulu."

Glend menggeleng meskipun Aletta tidak melihatnya. "Enggak, Al, aku gak akan lupain semua itu. Aku gak akan lupain masa-masa kita bersama, apalagi lupain kamu."

Aletta menunduk kala air matanya mulai jatuh. "Kamu harus bisa, Glend!"

Aletta melepas pengangan Glend di tangannya, lalu mulai melangkah secara perlahan. Tapi langkahnya terhenti, kala mendengar pengakuan Glend.

"Aku sama Anes batal tunangan, Al," ucap Glend menahan tangisnya. "dia udah bohongin aku, Al, dia udah ngaku-ngaku jadi diri kamu. Dia penipu, dia bukan Nana yang selama ini aku cari."

Aletta langsung mematung di tempat. Jadi selama ini Glend mencarinya? Selama ini bukan dirinya saja yang mencari sahabat kecilnya itu, tapi Glend juga?

Glend berderap mendekati Aletta, lalu memeluk gadis itu dari belakang. Menempelkan pipinya pada pipi Aletta. "Aku mohon, aku mohon jangan pergi lagi, Na."

Aletta memejamkan matanya, berusaha menahan isak tangisnya yang hampir pecah.

Glend menenggelamkan wajahnya pada pundak Aletta. "Aku mencintaimu ... Nana."

"A–aku juga mencintaimu, Alva," batin Aletta sesak.

*****

Typo bertebaran!

Jangan sampe Keano sama Haidar belok, duhh bisa berabe nih🙈😭

Jadi gimana? Aletta sama Glend mu baikan atau mau udahan?🙈😆

Votmennya di tunggu yawww😉💗

Tbc.

GLETTA  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang