Epilog

816 51 32
                                    

Terakhir nih😌

Typo bertebaran!

Happy reading-!!

*****

Seorang pria menghentikan laju motornya, di sebuah rumah yang lumayan besar. Ia melepas helm serta turun dari motor, lalu melangkah menuju pintu.

"Kok sepi ya? Apa gak ada orang?" gumam pria itu menatap sekitar yang tampak sepi.

Kemudian pria itu memencet bel yang ada di dekat pintu. Selang beberapa menit, ada seorang wanita paruh baya yang membuka pintu bercat putih tersebut.

"Maaf, cari siapa ya?" tanya wanita itu sambil mengamati pria muda di hadapannya. "Den Glend, ya?"

"Iya, Bi, saya Glend. Aletta nya ada?" tanya Glend pada wanita yang ia ketahui adalah ART di rumah Aletta.

"Memangnya, Den Glend gak tau ya?"

Kening Glend berkerut bingung. "Tau apa ya, Bi?"

"Non Aletta kan hari ini berangkat ke London, Den," tukas Bi Ira.

"A–apa, Bi? Aletta ke London?" tanya Glend tak percaya.

"Iya, Den. Tadi Non Aletta dianter sama Nyonya, Tuan dan Den Varo."

Tubuh Glend mendadak kaku, seperti tersambar petir di siang bolong. Pria itu merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Baru saja ia ingin berusaha mendekati Aletta dan mengambil kembali hatinya, tapi fakta yang baru saja ia dengar sukses membuatnya goyah.

"Bibi gak bohong, kan?" Glend berharap jika wanita paruh baya di hadapannya ini berbohong. Ia tidak yakin jika Aletta pergi meninggalkannya begitu saja.

"Bener, Den, Bibi gak bohong."

Glend berusaha menahan sesak di dadanya. "Mereka barusan pergi, Bi?"

"Sudah dari tadi, Den, sekitar 1 jam yang lalu."

Glend langsung lari ke arah motornya,  dengan terburu-buru ia mengenakan helm dan melaju sekencang mungkin.

"Den Glend, hati-hati!" teriak Bi Ira.

_°_°_

Glend memarkirkan asal motornya di depan pintu masuk bandara. Ia tidak peduli jika keberadaan motornya mengganggu orang lain, yang ia pedulikan adalah Aletta.

Pria berjaket coklat tua tersebut, berlari ke sana kemari mencari gadisnya. "Aletta kamu di mana? Aku mohon jangan pergi."

Glend hampir pasrah karena tidak menemukan Aletta di setiap sudut bandara, tapi ia yakin jika Aletta belum pergi meninggalkannya.

"Gue yakin Aletta belum pergi!" Glend berlari ke arah pemesanan tiket atau pengumuman keberangkatan pesawat, untuk memastikan feelingnya.

"Permisi, Mbak." Glend mengatur nafasnya yang tersengal karena terus-terusan berlari.

"Iya, Mas, ada yang bisa saya bantu?" tanya Karyawan perempuan tersebut.

"Saya mau tanya, pesawat menuju bandara Internasional Heathrow London, sudah berangkat belum?" tanya Glend dengan perasaan kacau.

"Sebentar ya, Mas. Saya cek dulu," ucap karyawan perempuan itu memeriksa jadwal penerbangan hari ini. "First Class Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA32 ke bandara Internasional Heathrow London, sudah berangkat jam 10.20 tadi, atau sekitar 20 menit yang lalu."

Tubuh Glend hampir tumbang, jika pria dewasa di sebelahnya tidak menahan tubuhnya.

"Mas gak kenapa-napa?" tanya pria dewasa itu.

Glend menggeleng linglung, pria itu menepuk pelan tangan pria dewasa di sampingnya sebagai ucapan terimakasih. Lalu pergi begitu saja, meninggalkan karyawan perempuan serta pria dewasa itu yang menatapnya khawatir.

"Ka–kamu beneran pergi, Al? Kamu tega ninggalin aku?" batin Glend seraya menggeleng tak percaya.

Glend berusaha mengendarai motornya, meskipun beberapa penjaga juga orang-orang di sana melarangnya, lantaran kondisi Glend yang tak memungkinkan untuk berkendara. Tapi pria itu tak mengindahkan perkataan mereka sama sekali.

"Arghh! Aletta!! Kenapa kamu pergi ninggalin aku? Kenapa, al? Kenapa?!" teriak Glend di balik helm miliknya. Pria itu mengendarai motor denga kecepatan di atas rata-rata. Membuat beberapa orang mengumpat karena ulahnya.

"Kamu jahat, Al! Kamu jahat!" teriak Glend.

Pria itu terlalu fokus pada perasaannya saat ini, sampai tidak mengetahui bahwa ada mobil box besar yang melaju kencang dari sebelah kanan.

Bruak!

Tubuh serta motor Glend terpelanting cukup jauh, bahkan Glend tergeletak dengan posisi tiarap. Pria itu tidak dapat mengelak kecelakaan yang menimpanya, karena saat itu yang ia rasakan hanya kekecewaan.

"A–aletta," gumam Glend yang kesadarannya mulai menghilang.

Perlahan-lahan, ingatan Glend tentang masa kecilnya mulai bermunculan. Ia ingat saat dirinya dan Aletta bermain dulu, bahkan ia ingat saat Aletta harus pergi meninggalkannya.

"Maaf, aku harus pergi," ucap anak perempuan yang diperkirakan berusia enam tahun.

"Pergi? Kamu mau pergi? Kemana?" tanya anak laki-laki yang seumuran dengan anak perempuan itu. Ia menatap lekat wajah anak perempuan di hadapannya.

"Aku harus ikut papa dan mama pindah ke London," ucap anak perempuan tersebut dengan suara tercekat karena menahan tangis.

"kamu mau ninggalin aku? Kalau kamu pergi, terus aku sama siapa? Siapa yang bakal jadi teman sekaligus sahabat aku? Siapa yang bakal main sama aku? Aku kan cuma punya kamu," ucap anak laki-laki itu dengan perasaan sedih.

"Ma–maafin aku," lirihnya. Gadis kecil tersebut mulai menangis.

"Jangan menangis!" ujar anak laki-laki itu seraya menghapus air mata yang jatuh di pipi chubby anak perempuan itu.

"Kamu harus janji, kalau kamu gak akan pernah lupain aku!" ucap anak perempuan itu sambil menatap anak laki-laki bernetra hitam itu.

"Aku janji kalau aku gak akan pernah lupain kamu! Oh iya, kamu pakai ini ya. Anggap aja ini kenang-kenangan dari aku," ujarnya sambil memasangkan kalung di leher anak perempuan tersebut.

Anak perempuan tersebut menatap kalung di lehernya, kalung berbandul bintang yang sederhana tapi terlihat cantik. Lalu ia mendongak menatap manik hitam di hadapannya.

"Jaga kalung itu baik-baik! Kalau kamu kangen sama aku, kamu bisa tatap kalung itu. Aku yakin, suatu saat nanti kamu pasti bakal balik lagi kesini," ucapnya sambil mengelus rambut anak perempuan di hadapannya.

"Aku janji bakal jaga kalung ini baik-baik! Aku harus pergi sekarang, maaf ...."

"Pergilah! Jaga dirimu baik-baik, ya!" Anak laki-laki itu tampak murung, tapi ia harus merelakan sahabatnya pergi.

"kamu juga! Dah ... Glend." Anak perempuan tersebut melambaikan tangannya, begitupun dengan anak laki-laki itu, Meskipun dia tidak ikhlas jika harus ditinggal oleh anak perempuan tersebut.

"Ma–maafin aku, Al ...," bisik Glend sebelum pria itu memejamkan matanya.

Semua orang yang melihat kecelakaan Glend, langsung berusaha menghubungi polisi serta mobil ambulans, untuk membawa Glend ke rumah sakit terdekat.

*****

Feelnya dapet gak? Gak nge-gantung kan, ya?🙈

Kira-kira Glendnya masih hidup atau udah meninggal?🤣

Sudah ya, ceritanya cukup sampai disini. Dan untuk bonchap, nanti ku pikir² dulu ya😌

Sampai ketemu di cerita baru😽

Follow ig ku ya : @nianurae25

GLETTA  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang