Part 21 : Pengakuan

2.4K 304 46
                                    

Aury dan Rila masuk keruang rawat inap Gavin. Mereka melihat Gevano dan Gavin yang tengah tertidur. Gevano benar-benar tertidur disebelah Gavin. Ya, dia merebahkan dirinya diatas ranjang Gavin juga. Tangannya bahkan memeluk Gavin dengan erat. Hal ini membuat Rila dan Aury menggeleng-gelengkan kepala mereka.

"Vano?" panggil Rila sambil menggoyang-goyangkan tubuh Gevano, Gevano sendiri hanya mengerang kecil.

"Lima menit lagi Vano mandi bunda," ucap Gevano, dan sepertinya ia mengigau. Hal ini membuat Aury terkekeh.

"Bangun Gevano! Gak kasian apa sama Gavin kesempitan," kesal Aury sambil menggoyangkan lengan Gevano. Gevano langsung terperanjat dan duduk. Gavin yang terkejut pun langsung ikut terbangun.

Gevano mengucek matanya kemudian mengedarkan pandangannya.

"Kebiasaan deh kamu tuh, kalau tidur gak sadar bodi, tau udah gede, kasurnya sempit masih aja tidur berdua sama Gavin," Rila menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ih bunda mah, Gevano juga ini disuruh Gavin kali," kesal Gevano sambil turun dari ranjang Gavin. Gavin sendiri hanya tersenyum lebar.

"Jam berapa sih? Pusing banget," Gevano melirik jam tangannya 17:00. Gevano berdecak malas. Karna itu tandanya, ia harus pergi kerumah papanya.

"Gavin, gua mau anter Aury dulu," ucap Gevano. Aury menggeleng.

"Gak usah, gue pulang sendiri aja, mending lo nginep aja, lagian besok kan sabtu, libur sekolah," ucap Aury sambil mengambil tasnya.

"Duh, udah baik, cantik, Gavin emang pinter ya cari cewek," kekeh Rila. Aury bersemu malu. Gavin sendiri hanya tersenyum lebar.

"Gevano mana nih ceweknya?" tanya Rila setengah meledek membuat Gevano mencibir.

"Gevano kalau mau punya cewek tinggal tunjuk bunda." Mendengar kata-kata Gevano ini, membuat seisi ruangan tertawa. Ya tentu saja Gevano juga ikut tertawa walaupun hatinya terluka.

"Yaudah, Aury pulang ya bunda," Aury menyalami tangan Rila, Rila mengangguk.

"Hati-hati dijalan ya, anak bunda," pesan Rila, Aury mengangguk.

"Pasti," balas Aury.

"Bye Gavin, sehat yaa." Kedua pipi tirus Gavin dicubit Aury membuat Gavin setengah cemberut dan Aury bertambah gemas melihatnya.

"Bye kakak ipar!" bisik Aury ditelinga Gevano kemudian melambaikan tangannya dan keluar dari sana. Gevano mendelik setelah mendengar hal itu.

"Dia mengatakan apa?" tanya Gavin, Gevano mengedikkan bahunya.

"Dia bilang gua ganteng," balas Gevano sambil menjulurkan lidahnya.

"Jangan ngada-ngada Gevano!" Rila menjitak kepala Gevano membuat sang empunya meringis.

"Bunda ada urusan kerja. Karna Gevano ada disini, Gavin gak apa-apa kan kalau sama Gevano dulu?" tanya Rila, Gavin mengangguk dua kali.

"Aman bunda, serahkan semuanya pada si sulung," ucap Gevano dengan bangga.

"Ah bunda jadi gak tenang, kamu sulung tapi kan kelakuannya kaya bungsu," ucapan Rila itu membuat Gevano berdecak.

"Terserah bunda deh, udah buruan takut kliennya nunggu," ucap Gevano, Rila tertawa sambil mengusap pucuk kepala kedua putranya itu.

"Bunda berangkat ya, ganteng-ganteng, Assalamualaikum," setelah mengatakan itu, Rila hilang dibalik pintu.

"Waalaikumsalam," balas Gevano.

"Yess bunda ga ada," Gevano mengayun-ayunkan tangannya membuat kening Gavin berkerut.

"Gua mau minta lo buat cerita tentang sesuatu," ucap Gevano, kerutan kening Gavin bertambah dalam.

SWEET REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang