Part 15 : Sandwich (Gevano)

2.7K 340 33
                                    

Gevano terhenti begitu ia berada diluar gerbang sekolah Gavin. Ia melihat sekolah dihadapannya yang tampak normal-normal saja. Tapi jangan salah, setelah Gevano cari tahu, ternyata ini adalah sekolah dengan tingkat tawuran paling tinggi. Gevano memperhatikan sekolah itu dengan permen dimulutnya.

"Pantesan kelakuannya banyak yang kaya hewan," batin Gevano.

Puk

"Uhuk!" Gevano terbatuk saat punggungnya ditepuk dengan kencang. Dan berkat itu, permen yang sedang berada dalam mulut Gevano menjadi terpental. Gevano menatap geram pada yang menepuk punggungnya.

Mereka tentu saja Raga, Bagas, dan Fikri. Gevano mengangkat sebelah alisnya dengan penuh tanya. Mario bilang ia sudah ketahuan, tapi nampaknya Raga, Bagas, dan Fikri masih melihat Gevano sebagai Gavin. Apa maksud dari kata-kata Mario sebenarnya?

"Buang permen sembarangan, cepet pungut!" Raga menunjuk permen Gevano yang tergeletak diaspal sekolah.

Gevano menarik kaki kanannya kebelakang kemudian menendang permen itu sampai terpental jauh. Gevano menepuk bahu Raga kemudian menunjuk permen tadi seolah menyuruh Raga untuk memungutnya.

"Bocah teng–" saat Bagas hendak meninju Gevano, Gevano menahan kepalan tangan Bagas. Gevano menatap Bagas dengan tatapan datar kemudian memutar tangan Bagas dengan kuat.

"Aaaaa anjrit," Bagas berteriak kesakitan membuat banyak orang yang baru datang langsung menatap mereka, beberapa bahkan berhenti untuk sekedar 'menonton'. Gevano tidak peduli jika ia harus ketahuan hari ini. Karna Mario bilang ia sudah ketahuan. Gevano menghempaskan tangan Bagas dengan cepat.

Tin... Tin... Tin...

Sebuah mobil berwarna putih memisahkan perkelahian Bagas dan Gevano. Setelah mobil itu terparkir, seorang wanita keluar darisana. Wanita dengan tubuh tinggi dan kacamata yang bertengger dihidungnya. Tasnya pun terlihat sangat berat ditambah dengan tentengan totebag khas anak pintar disekolah.

"Kalian udah gede masa mau berantem terus kaya anak kecil? Coba kalau ada masalah itu dibicarain baik-baik!" Setelah berkata seperti itu, ia kemudian berbalik dan pergi meninggalkan lapangan. Seulas senyum terukir di bibir Gevano. Gadis pemberani, pikirnya.

"Dasha udah masuk kok gak ada yang ngasih tau gua?" tanya Raga.

"Gua juga baru tau," balas Fikri.

"Oh my god, padahal kita belum puas gangguin si bisu ini, kenapa dia harus masuk sih?" tanya Bagas.

Gevano menulis sesuatu pada secarik kertas kemudian menaruhnya kedalam genggaman Bagas. Setelah itu, Gevano pergi meninggalkan ketiga orang itu.

Bagas dengan cepat membuka lembar notes yang diberikan Gevano.

"Cowok kok doyan gibah? Udah belok?" Itulah yang ditulis Gevano, dan berhasil membuat Bagas menengok kearah Gevano dengan cepat. Gevano yang tersadar sedang ditatap membalikkan tubuhnya kemudian mengacungkan jari tengahnya.

"Bocah sialan," umpat Bagas. Fikri dan Raga merebut kertas itu dan membacanya bersama-sama. Setelah itu, merekapun mengumpat bersamaan.

***

Gevano duduk dibangkunya masih dengan senyuman. Ia kemudian melihat kearah bangku depan dan ternyata ada gadis tadi disana. Rupanya mereka satu kelas. Ia sedang mencatat sesuatu dibukunya. Benar-benar anak rajin ya? Apa dia suka menolong anak-anak yang lemah? Namun satu hal yang Gevano bingungkan. Kenapa kemarin gadis itu tidak sekolah?

"Dashaaa, I Miss You," Zhia memeluk Dasha. Gevano berpikir keras. Bagaimana bisa Dasha yang pemberani berteman dengan Zhia yang manja dan menye-menye? Gevano menggelengkan kepalanya.

SWEET REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang