Part 17 : Syarat? (Gevano)

2.3K 322 55
                                    

Aury memutar-mutar ponselnya diatas meja kedai saat Gevano sedang bercerita tentang Gavin. Gevano bahkan menceritakannya sejak mereka masih kecil dan harus berpisah karna perceraian orang tua. Wajah Aury terlihat serius dan mendengarkannya dengan seksama.

"Dan setelah akhirnya gue bisa ketemu lagi dengan Gavin malam itu, Gavin–" Gevano menggantung kalimatnya membuat Aury mengernyit penasaran.

"Gavin kenapa?" tanya Aury dengan suara bergetar. Ia benar-benar tak sabar mendengarnya.

"Gavin masukin dirinya ke danau dan akhirnya koma," balas Gevano. Aury menunduk, air matanya mulai turun. Gevano mengulurkan tangan hendak mengusap bahu Aury, tapi Aury menepisnya.

"Lo jahat! Kenapa lo gak ngasih tau gue sejak awal?" tanya Aury. Pandangan Aury terhadap Gevano berubah. Tidak seperti biasanya yang penuh keceriaan dan senyuman, kini wajah Aury tampak penuh amarah. Gevano sedikit terluka, beginikah ia dipandang sebagai Gevano?

"Gue–" Gevano tak mampu melanjutkan kata-katanya. Memang benar ia yang salah.

"Minta maaf," final Gevano, ia tak tahu harus bagaimana lagi.

Bu Sima kemudian datang dengan dua cangkir susu hangat dan meletakannya di hadapan Gevano dan Aury.

"Nak Aury, mungkin nak Gevano punya alasan tersendiri melakukan hal ini," ucap bu Sima sambil mengusap rambut Aury dengan penuh sayang. Aury sendiri langsung memeluk bu Sima untuk mepas isak tangisnya. Gevano menggeleng sambil tersenyum. Saat sedang seperti ini, ia terlihat tak ada bedanya dengan Gavin.

"Saya egois nek, karna amarah saya milih buat dendam ke orang-orang yang nyakitin Gavin. Padahal kalau gini apa bedanya saya sama mereka?" Gevano tertunduk dengan wajah penuh penyesalan.

"Ry, mungkin besok gue gak akan kesekolah lagi," ucap Gevano. Membuat Aury melepaskan pelukannya pada bu Sima.

"L-Lo cow...wok kan? Hiks... S-selesain hiks... ap-pa yh-yang udah lo mu...lai!" Ucap Aury. Namun hal itu terdengar sedikit tidak keren karna ia mengucapkannya sambil terisak. Gevano yang sedang menyesali perbuatannya malah terkekeh melihat Aury yang seperti itu.

"Ry," panggil Gevano, Aury menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Lo jelek kalau nangis," Gevano menahan tawanya, membuat Aury tambah emosi.

Byur

Aury menyiram Gevano dengan secangkir susu hangat tadi. Membuat Gevano terbelalak tak percaya. Rasanya seperti flashback saat dimana ada wanita yang menyatakan cintanya pada Gevano dan dengan mudahnya Gevano menolak.

"Emang siapa juga yang mau tampil cantik depan lo?" tanya Aury dengan galak.

"Eh udah-udah jangan bertengkar, kalian ini kaya anak kecil aja," bu Sima menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nek, Aury pamit pulang," Aury menyalami tangan bu Sima.

"Nek, Gevano juga pulang," Gevano juga menyalami tangan bu Sima.

Setelah itu mereka keluar dari kedai dan Gevano terus membuntuti Aury, sampai Aury berhenti.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Aury, Gevano mengernyit.

"Lah? Kan tadi lo janji nganterin balik," balas Gevano, Aury memajukan bibirnya dengan kesal.

"Tawaran itu berlaku buat Gavin Arich Adisatya," balas Aury sambil memasuki mobilnya dan langsung menguncinya tanpa membiarkan Gevano masuk. Aury mulai menjalankan mobilnya.

"HEH GAK GUE RESTUIN JADI ADEK IPAR YA LO." Teriakan Gevano mampu membuat mobil Aury berhenti. Aury membuka kaca mobilnya kemudian menyembulkan kepalanya dari sana.

SWEET REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang