"Hey Gavin, sini lo!" Raga melambaikan tangannya. Gavin tidak bisa menolak. Karna percuma, jika Gavin menolak ia akan mendapat perlakuan yang sangat kasar. Pulang sekolah begini, Gavin sebenarnya ingin cepat sampai kerumahnya. Namun, karna Raga memintanya datang ke kantin, Gavin tidak bisa menolak.
"Duduk sini, gabung sama kita," Bagas menepuk bangku disebelahnya. Dengan sedikit takut, Gavin langsung mengambil posisi duduk disebelah Bagas.
"Gua liat kemaren ada cewek cantik datang ke kedai lo, bagi dong kontaknya," Raga menyeringai sambil menatap Gavin dengan tajam. Gavin menggeleng, kemudian ia mengeluarkan note dari saku untuk menuliskan sesuatu.
"Aku tidak punya nomornya," balas Gavin, hal ini membuat raut wajah Raga menjadi marah.
"Cek handphonenya," Raga memberi kode pada Fikri, Fikri mengangguk.
Tiba-tiba saja Gavin teringat riwayat panggilan dari Aury kemarin. Dengan cepat, Gavin menangkis tangan Fikri yang mencoba untuk mengambil handphonenya. Gavin tidak akan membiarkan mereka menjadikan gadis sebaik dan selembut Aury sebagai "korban" mereka.
"Kayanya ada nomornya tuh," Bagas menyeringai melihat reaksi Gavin.
"Rebut," ucap Raga, tak peduli dengan kedua temannya yang sedang berusaha merebut ponsel Gavin, Raga melanjutkan makannya dengan santai.
"Udah berani lo hah?" Fikri menyudutkan Gavin ditembok. Tangannya menekan nampan kantin di tenggorokan Gavin, membuat Gavin merasa sangat sakit dibagian tenggorokan.
"Dasar bisu gak berguna!" Bagas memukul-mukul belakang kepala Gavin dengan keras. Membuat Gavin semakin tertekan.
"Sini nomornya selagi gua masih baik-baik," Fikri menadahkan tangannya, dan Gavin menggeleng sambil mengerutkan keningnya. Mencari cara, agar ia bisa melindungi privasi Aury. Tapi tenaga Fikri dan Bagas terlalu besar untuk Gavin lawan.
Prak
Semua mata menuju kearah hempasan keras. Sebuah ponsel tergeletak tak berdaya dan setengah hancur di lantai kantin. Ya, demi melindungi seorang wanita, Gavin membanting ponselnya. Padahal ponsel itu sengaja Gavin jaga selama ini agar ia tidak ganti ponsel, tapi hari ini dengan sengaja ia merusaknya.
"BISU BANGSAT!"
Trang
Sebuah mangkuk stainless yang menjadi tempat sambal, menghantam kepala Gavin dengan sangat keras. Membuat sambalnya terpercik dibaju Gavin dan ada sedikit percikan yang mengenai mata juga, membuatnya meringis perih sambil mengucek matanya.
"Lo pikir dia milik lo? Lo sekarang udah mulai so berkuasa soal cewek, iya?" Tanya Raga sambil terus menghantamkan mangkuk stainless itu pada kepala Gavin.
"Jangan ngarep, lo cuma sampah. Lo cuma seorang bisu yang bawa kesialan, tau?" Terakhir, Raga membanting kepala Gavin ketembok membuat kepala Gavin terasa sangat berdenyut.
"Ayo balik, mau muntah kalau lama-lama liat nih orang cacat," Raga menendang tulang kering Gavin yang setelah itu pergi diikuti Fikri dan Bagas.
Karna mata Gavin sudah mulai terbuka, ia langsung memungut ponselnya dan menatap ponselnya dengan miris. Tidak ada yang peduli dengan Gavin sama sekali. Murid-murid laknat itu hanya melihat Gavin sekilas kemudian berbisik-bisik, tak satupun peduli pada kondisinya.
***
Gavin yang baru pulang sekolah tersenyum manis melihat Aryan, papanya, yang tengah tertidur diatas sofa. Gavin meletakkan ponselnya diatas meja kemudian memasuki kamarnya untuk mengambil selimut.
Pintu kamar Gavin dibuka dan ditutup tanpa suara, Gavin benar-benar tak ingin tidur papanya terganggu. Buru-buru Gavin meraih selimutnya dan menariknya hendak ia gunakan untuk menyelimuti papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET REVENGE
Fiksi RemajaEPISODE MASIH LENGKAP Gevano dan Gavin adalah sepasang anak kembar. Gevano selalu melindungi Gavin yang sering ditertawakan karna tunawicara, tapi mereka harus terpisahkan karna perceraian kedua orangtua. Setelah mereka berpisah, Gavin mengalami bul...