Udara malam hari ini terasa sangat dingin. Semilir angin seakan meniup niup ujung gamis seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam masjid. Namanya Fatimah, gadis sholehah yang sedikit bar bar.
"Dingin banget malam ini," ucap Fatimah sambil mengeratkan cardigan panjang yang dikenakannya.
Karena hari semakin malam dan langit pun juga mendung, Fatimah memutuskan untuk bergegas pulang. Saat dirinya hendak menyebrang, tiba tiba ada suara deru motor yang melaju kencang dari arah kanan dia berdiri.
Tanpa ada kesempatan untuk menghindar, tiba tiba motor itu sudah berhenti tepat 1 cm di tempatnya berdiri. Dengan posisi montor yang terangkat di bagian belakang karena berhenti mendadak.
"Heh lo tuh kalau jalan pakai mata dong," ucap cowok yang baru saja turun dari motor ninja nya itu.
"Sembarangan kalau ngomong. Kamu tuh yang harusnya hati hati. Naik motor ngebut ngebutan. Kalau aku ketabrak gimana?" balas Fatimah tak terima.
"Ketabrak yaudah gw tinggalin," ucap cowok itu kelewat santai.
"Ngeselin banget sih jadi orang. Dasar cowok nggak waras," ucap Fatimah kesal, dirinya kemudian berlalu pergi meninggalkan cowok tadi.
Belum jauh dari posisinya beranjak, tiba tiba ada preman yang berusaha untuk merebut tas milik Fatimah. Fatimah jelas kaget, tapi dia berusaha untuk mempertahankan tasnya.
"TOLONGG ADA JAMBRETTT!!" Teriak Fatimah masih dengan posisi mempertahankan tas miliknya.
Cowok yang sempat bertengkar dengan Fatimah tadi menoleh saat mendengar suara teriakan itu. Tanpa basa basi dia pun segera menghampiri Fatimah dan menendang preman tadi hingga cekalan di tas Fatimah terlepas.
"Wah mau jadi pahlawan lo?" Tanya preman itu pada cowok tadi dengan remeh.
"Nggak usah banyak omong lo. Cabut dari sini sebelum gw hajar," ucap cowok itu dengan penuh penegasan.
Tapi tanpa di duga, preman tadi malah mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya. Fatimah yang melihat itu pun gemetar ketakutan.
"Lo mundur ke belakang dulu," ucap cowok itu pada Fatimah yang berada di sampingnya. Fatimah hanya diam menurut.
Dan akhirnya terjadilah baku hantam di antara keduanya. Cowok itu berusaha untuk menepis setiap kali preman itu mengarahkan pisau kepadanya. Awalnya dia bisa menghindar dengan baik sampai akhirnya dia terkena sayatan pisau di lengan kirinya.
Darah segar pun mulai mengalir membasahi lengannya. Fatimah yang melihat itu meringis merasa ngilu dan takut menjadi satu.
Dengan tangan yang masih mengeluarkan darah, cowok itu masih berusaha untuk menumbangkan lawannya. Dengan tendangan kuat di lengan preman itu, akhirnya pisau yang sempat dia pegang jatuh ke bawah. Tanpa banyak basa basi cowok itu langsung mengambil pisau tadi dan menghajar preman itu sampai jatuh tersungkur ke aspal.
"Lo pergi atau mau lebih dari ini?" Cowok itu berjongkok dengan pisau yang dia arahkan ke preman tadi.
"A-ampun bang." Preman tadi berlari dengan langkah tertatih tatih meninggalkan Fatimah dan cowok itu.
"Lo nggak papa?" Tanya cowok itu pada Fatimah yang masih gemetar ketakutan.
Fatimah menatap cowok itu sekilas kemudian beralih pada lengan cowok itu yang masih berdarah.
"Itu tangan kamu?" Tanya Fatimah merasa nyeri menatap tangan yang berlumuran darah.
"Santai. Nggak papa kok ini," ucap cowok itu membuat Fatimah melolot sempurna.
"Nggak papa gimana. Itu jelas jelas tangan kamu berdarah. Nih pakai dulu, biar darahnya nggak keluar terus," ucap Fatimah sambil menyodorkan sebuah hijab berwarna putih yang kebetulan ada di dalam tasnya.
"Nanti hijab lo kotor dong," ucap cowok itu membuat Fatimah mendengus malas.
"Udahlah nggak papa. Lagian aku masih ada di rumah. Yang penting itu tangan kamu dulu," ucapnya sambil menyodorkan hijabnya lagi.
Dengan ragu, cowok itu mengambil hijab milik Fatimah dan dia lilitkan di lengannya yang berdarah tadi.
"Nanti kalau udah sampai rumah lukanya langsung dibersihin biar nggak infeksi habis itu jangan lupa diobatin juga," ucap Fatimah membuat Farhan mengangguk singkat.
"Thanks," ucapnya pada Fatimah.
"Aku yang harusnya makasih. Gara gara nolongin aku, kamu jadi luka gitu. Maaf dan makasih ya," ucap Fatimah tak enak.
"It's okey, santai aja. Btw nama lo siapa? Gw Farhan," ucap cowok yang bernama Farhan itu sambil mengulurkan tangannya pada Fatimah.
"Fatimah," balas Fatimah sambil menangkupkan tangannya di depan dada. Farhan yang mendapati itu pun langsung menarik tangannya yang mengudara dengan canggung.
Drtttt drtttt
Dering ponsel dari tas Fatimah itu, membuat Fatimah beralih mengambil ponselnya.Bunda is calling
Itulah nama yang tertera saat Fatimah membuka ponselnya."Assalamualaikum bun," ucap Fatimah membuka pembicaraan.
"Waalaikumussalam kak. Kakak dimana kok belum pulang? Kakak nggak papa kan?" Tanya Indah, bunda Fatimah dari sebrang sana.
"Fatimah nggak papa kok bun. Ini bentar lagi mau pulang. Maaf ya udah bikin bunda khawatir," balas Fatimah membuat Indah menghela nafas lega.
"Mau bunda suruh ayah jemput aja?" Tawar Indah pada Fatimah.
"Nggak usah bun, kasian ayah kan baru pulang kerja. Fatimah aman kok."
"Yaudah kalau gitu kamu hati hati ya. Bunda tutup ya assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Lo yakin mau pulang sendiri?" Tanya Farhan yang sedari tadi menatapnya. Fatimah hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Karena gw baik hati. Ayo deh gw anterin. Dari pada lo dijahatin lagi kan nanti," ucap Farhan pada Fatimah.
"Makasih ya, tapi beneran nggak usah."
"Terus lo mau naik apa? Jam segini udah nggak ada angkutan umum yang lewat."
"Jalan kaki," balas Fatimah.
"Emang rumah lo deket dari sini?" Tanya Farhan memastikan.
"Nggak terlalu jauh lah dari sini. Yaudah aku pulang dulu ya. Sekali lagi makasih," ucap Fatimah kemudian berlalu meninggalkan Farhan yang masih berdiam di tempat.
"Tuh cewek gila ya. Bisa bisanya milih jalan kaki daripada gw anterin. Eh tapi kalau nanti dia digangguin preman lagi gimana?" Farhan akhirnya memutuskan untuk mengikuti Fatimah untuk memastikan dia aman.
Fatimah yang mendengar deru motor di dekatnya pun menoleh.
"Kamu ngapain? Ngikutin aku?" Tanya Fatimah saat mendapati Farhan.
"GR banget sih. Gw juga mau pulang," ucap Farhan membuat Fatimah memincing tak percaya.
"Terus ngapain pelan pelan jalannya? Tadi aja kebut kebutan," tanya Fatimah.
"Ya-ya suka suka gw lah. Emang kenapa? Nggak boleh?"
"Terserah deh. Udah sana buruan jalan."
"Kenapa masih diam? Ngikutin aku kan?" Tanya Fatimah saat tak mendapati Farhan beranjak dari posisinya.
"Dih nggak ya. Ini juga mau jalan," ucap Farhan kemudian mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Farhan menatap kaca spionnya yang menampakkan Fatimah. Dirinya hanya ingin memastikan Fatimah tidak diganggu lagi.
Tak lama setelah melihat Fatimah belok di komplek, Farhan memutuskan untuk pulang. Dia rasa Fatimah sudah aman.
***
"Dari mana aja kamu jam segini baru pulang?" Suara bariton itu menyambut Farhan yang baru saja pulang.
"Ada urusan," balas Farhan sambil berlalu tanpa mengindahkan keberadaan orang itu.
"Papa belum selesai bicara Farhan. Kamu kalau nggak bener ngurus kantor, papa bakal... ."
"Iya Farhan paham," balas Farhan cepat, memotong perkataan papanya.
•~~~~~~•
Assalamualaikum semua
InsyaAllah ini akan jadi cerita pertamaku
Semoga suka ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith
Teen FictionFatimah, gadis muslimah yang terjebak pada kisah cinta beda agama, Farhan namanya. Awalnya Fatimah mengira mereka sama, namun saat mengetahui yang sebenarnya dia merasa kecewa. Bukan tanpa alasan Fatimah merasa demikian, Farhan selalu mendekati Fati...