6

49 47 47
                                    

Hari ini di panti akan dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin oleh seorang dokter yang memberikan pelayanan gratis kepada anak panti. Seorang cowok dengan setelan kemaja rapi dibalut dengan jas putih khas dokter itu sudah berada di antara anak anak panti.

“Anak anak ini namanya dokter Abian. Dokter Abian itu yang akan menggantikan dokter Irvan,” ucap Nila pada anak anak panti.

“Assalamualaikum anak anak,” sapa Abian ramah.

“Waalaikumussalam dokter.”

“Doktel Abian ganteng banget,” ucap bocah cilik yang bernama Feli dengan muka polosnya itu.

“Kayak aku kan,” sahut Niko narsis.

“Apaan sih Niko. Gantengan doktel Abian lah!” 

“Eh udah dong. Kalian ini hobinya berantem terus,” ucap Nila membuat mereka terdiam.

“Yaudah dok dimulai aja pemeriksaannya. Nanti ada keponakan ibu yang akan bantuin dokter biar dokter nggak kerepotan ngurus anak anak,” ucap Nila membuat Abian mengangguk paham.

“Assalamualaikum,” ucap seorang gadis yang baru saja memasuki panti.

“Waalaikumussalam. Nah ini dia orangnya dok,” ucap Nila membuat dokter Abian menoleh ke arah keduanya.

“Fatimah?”

“Kak Abian?”

Keduanya terkejut menatap satu sama lain membuat Nila kebingungan sendiri.

“Kalian udah kenal?” Tanya Nila membuyarkan keterkejutan mereka.

“Tetangga komplek bi,” ucap Fatimah membuat Nila mengangguk paham.

“Yaudah, Fatimah kamu bantuin dokter Abian ya. Saya tinggal dulu ya dok,” ucap Nila pada keduanya sebelum akhirnya berlalu meninggalkan mereka.

“Jadi Kak Abian yang sering meriksa anak anak?” Tanya Fatimah pada Abian.

“Baru pertama kali.  Saya disuruh gantiin dokter yang sebelumnya karena beliau pindah kerja,” ucap Abian membuat Fatimah mengangguk paham.

“Doktel, jadi ini peliksanya kapan?” Tanya Feli sambil menggaruk pipinya yang gatal.

“Feli mau di periksa dulu?” Tawar Fatimah.

“Mau mau,” ucap Feli antusias.

“Wah semangat banget ini. Nanti buat yang semangat diperiksa dokter kasih hadiah,” ucap Abian pada anak anak.

“Niko mau dok.”

“Ikut ikut aja kamu Niko,” ucap Feli membuat Niko menjulurkan lidah ke arahnya.

“Udah udah, ayo baris dulu yang rapi. Nanti biar dokter Abian meriksanya gampang,” ucap Fatimah sambil mengarahkan anak anak agar berbaris dengan rapi.

Setelah anak anak panti berbaris dengan rapi, Abian mulai memeriksa mereka satu persatu di bantu oleh Fatimah.

"Hai doktel Abian," sapa Feli saat dirinya akan diperiksa Abian.

"Hai, ini namanya Feli ya?" Tanya Abian membuat Feli mengangguk dengan semangat.

"Dokter periksa dulu ya." Abian mulai memeriksa Feli yang sudah berbaring.

"Coba buka mulutnya," ucap dokter Abian membuat Feli membuka mulutnya dengan lebar.

"Feli sering makan coklat ya?" Tanya Abian setelah selesai memeriksa Feli.

"Iya doktel. Enak banget tau, sering dibawain sama bang Falhan."

"Boleh makan coklat, tapi jangan sering sering ya Feli. Nanti giginya bolong loh," ucap Abian pada Feli.

"Dengelin tuh Peli," ucap Niko membuat Feli mendelik sebal.

"Niko juga nggak boleh keseringan makan coklat," ucap Fatimah yang berada di sebelah Niko.

***
Sebuah mobil berwarna hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah SMA.

"Kiran masuk dulu ya pa," ucap Kirana sambil mencium punggung tangan Dio yang duduk di sebelahnya.

"Belajar yang bener. Jangan pacar pacaran," ucap Dio memeringati.

Kirana yang mendapati itu hanya bisa mengangguk kaku dan senyum tipis yang dipaksakan.

Maaf pa.

"Yaudah, assalamualaikum. Papa hati hati." Kiran membuka pintu mobil kemudian keluar dan melambaikan tangan kepada Dio.

Setelah membalas lambaian tangan Kiran, kini mobil Dio sudah melaju meninggalkan Kiran. 

"Dor!" Seorang cowok menepuk pundak Kiran dari belakang membuat sang empunya terlonjak kaget.

"Viko! Ish ngeselin banget sih," omel Kirana pada cowok yang dipanggil Viko itu. Masih ingatkan sama Viko? Pacarnya Kirana.

"Kamu sih ngapain berdiri sendirian di luar?" Tanya Viko pada Kirana.

"Aku takut Vik," ucap Kirana menunduk.

"Takut kenapa sih hm?"

"Papa kalau tau gimana?" Tanya Kirana menatap Viko yang sedari tadi menatap ke arahnya.

"Papa kamu nggak akan tau asalkan kamu nggak cerita. Kamu tenang aja ya. Lagian kenapa sih kalau pacaran?"

"Vik, kamu tahu kan keluarga aku gimana. Mereka selalu ngelarang aku pacaran karena di agama aku nggak dibolehin."

"Berarti kamu nakal ya," goda Viko membuat Kirana mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ini juga gara gara kamu!" Sahut Kirana tak terima sambil memukul lengan Viko.

Sementara Viko malah tertawa kecil mendapati respon Kirana.

***
Di dalam kamar yang bernuansa putih itu, seorang cowok tengah berbaring telentang dengan sarung yang masih melekat di badannya.

"Dia udah ada calon belum ya?" Tanya nya pada diri sendiri.

"Eh, astagfirullah Abian. Kok malah jadi mikirin dia sih," ucapnya saat tersadar dari lamunannya.

"Abian," ucapan dari luar sana membuat Abian bangkit dari posisinya. Dia kemudian berjalan menuju pintu untuk membukanya.

"Kenapa ma?" Tanya Abian saat mendapati mamanya itu berdiri di depan pintu.

"Ini tolong anterin ke rumahnya Fatimah ya. Oleh oleh dari papa," ucap Fina sambil menyodorkan sebuah paper bag pada Abian.

"Oke ma, nanti Abian anterin habis ganti baju." Setelah mendapati itu, Fina kemudian berlalu.

Tak butuh waktu lama Abian keluar dengan pakain casualnya tak lupa menenteng paper bag tadi. Tanpa basa basi dia langsung bergegas ke rumah Fatimah dengan jalan kaki. Masih ingat kan kalau rumah mereka berdekatan?

Tok tok tok

"Assalamualaikum," ucap Abian setelah sampai di rumah Fatimah.

Tak tunggu waktu lama, pintu terbuka menampilkan Fatimah dengan baju tidur panjang serta kerudung instan.

"Eh Kak Abian, ayo masuk dulu," ucap Fatimah.

"Nggak usah, di sini aja. Saya mau ngasih ini, oleh oleh dari papa," ucap Abian sambil menyodorkan paper bag yang sedari tadi di tenteng.

"Oh makasih ya kak." Fatimah menerima paper bag itu dari tangan Abian.

"Nggak mau duduk dulu?" Tawar Fatimah.

"Mau langsung pulang aja. Assalamualaikum," pamit Abian.

"Waalaikumussalam, hati hati kak."

"Oh iya, satu lagi." Abian kembali berbalik badan menghadap Fatimah.

"Iya?" 

"Ee... nggak jadi. Saya pamit, assalamualaikum." Abian pergi meninggalkan Fatimah dengan langkah sedikit tergesa.

"Waalaikumussalam," ucap Fatimah pelan. Fatimah yang melihatnya pun merasa bingung dan keheranan. 

"Kak Abian kenapa sih?"

                             °•~~~~~~~~~~~•°
TBC
Jangan lupa vote and comment
Thank you

FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang