12

7 0 0
                                    

Bissmillah
Happy Reading

Aroma khas buku baru itu mulai menguar saat Fatimah baru saja membuka pintu. Kakinya terus mengayun menuju rak rak yang menyimpan buku yang Fatimah cari. Matanya menelisik satu persatu buku yang berjajar rapi itu. Dirinya pun sesekali mengambilnya untuk membaca buku bagian belakangnya sekilas.

Setelah menemukan apa yang dia cari, Fatimah berjalan menuju kasir dengan 3 buku yang ada di tangannya.

Selesai melakukan pembayaran, Fatimah berlalu keluar toko dengan menenteng paper bag di tangannya. Saat baru saja keluar dari toko, Fatimah baru menyadari jika di depan toko buku ini ada sebuah gereja yang cukup besar.

Namun, netranya terhenti pada sosok cowok yang sangat dia kenali. Cowok itu baru saja keluar dari gereja dengan pakaian rapi tak lupa kalung rosario yang melekat di lehernya.

Fatimah terpaku menatap objek di depannya. Tanpa di duga cowok itu menyadari keberadaan Fatimah yang tengah mengamatinya hingga keduanya saling pandang sebelum akhirnya Fatimah memutuskan untuk berlalu pergi.

"Fatimah!" Panggil cowok itu dengan berlari ke arah Fatimah. Fatimah hanya diam di tempat tanpa ada niatan untuk berbalik.

"Maaf," ucapnya lirih namun masih dapat di dengar Fatimah. Fatimah membalikkan badannya menghadap cowok itu sepenuhnya.

"Maaf untuk apa?" Tanyanya setenang mungkin. Cowok itu menunduk sebelum kembali mengangkat wajahnya menatap Fatimah.

"Maaf gw nggak bilang sama lo. Gw nggak bermaksud bohongin lo Fatimah," ucap cowok itu pelan. Fatimah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Jadi ini alasannya kenapa kamu nggak pernah jawab salam dan nggak ikut shalat." Fatimah mengangguk samar dengan senyum pahit yang menghiasi wajahnya.

"Lo kecewa? Marah sama gw?" Fatimah menatap sekilas cowok itu sebelum kembali mengalihkan pandangannya.

"Emang kenapa aku harus kecewa Han? Aku nggak berhak marah sama kamu." Farhan. Ya cowok itu adalah Farhan. Cowok yang akhir akhir ini sering muncul di perjalanan hidupnya. Cowok yang selalu Fatimah ceritakan pada Inna.Dan kenyataan apa ini?Mengapa rasanya sakit sekali?

"Maaf Fatim, gw seharusnya bilang dari awal sama lo," ucap Farhan dengan kepala menunduk.

"Udahlah Han, lagi pula aku juga nggak berhak tau. Itu privasi kamu." Percayalah, jauh di lubuk hati Fatimah dia kecewa. Mungkin memang benar, dia telah menaruh rasa pada Farhan.

"Yaudah kalau aku pamit dulu. Assalamu- eh maaf. Permisi Farhan." Fatimah berlalu meninggalkan Farhan yang masih mematung di tempat.

Gw suka sama lo Fatim.

***
Setibanya di rumah Fatimah langsung masuk kamar dan tak lupa untuk mengunci pintu. Dirinya sedang ingin sendiri dulu untuk saat ini.

Ya Rabb kenapa hamba merasa kecewa setelah mengetahui kebenarannya. Fatimah duduk di meja belajarnya dengan kepala yang ditumpukan pada lipatan tangan.

Drrtttt drrtt
Dering ponsel itu membuat Fatimah mengangkat kepalanya dan meraih benda pipih yang ada di sampingnya. Rupanya sahabatnya yang menelponnya.

"Assalamualaikum Na. Ada apa?" Tanya Fatimah dengan nada lesu.

"Waalaikumussalam. Lo kenapa kok kayak lemes gitu?"

"Kamu kenapa nggak bilang sama aku kalau Farhan nonmuslim?" Tanya Fatimah sambil menghembuskan napas pelan.

"Kemarin sehabis seminar gw udah mau bilang sama lo. Tapi waktu itu keburu nyokap lo nelpon. Lo kecewa ya Fat?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang