P A R T 6 💸 Rumah Sakit

79 28 174
                                    

Dilarang Plagiat 😬

☆☆☆ VOTE ☆☆☆

Author POV

Farrel dan Fanya menuju rumah sakit dengan menggunakan taksi. Motor Farrel tetap berada di TKP -Tempat Kejadian Perkara- karena kondisi Fanya tidak memungkinkan untuk menaiki kendaraan beroda dua tersebut. Lagipula, dia sudah menyuruh anak buahnya untuk mengatasi sisa dari kejadian itu.

Fanya duduk diatas pangkuan Farrel dengan posisi menyamping, dia tidak ingin jauh dari jangkauan Farrel, walaupun disebelah Farrel sekalipun.

Farrel juga tidak merasa keberatan sama sekali, karena menjaga dan melindungi Fanya adalah salah satu tugas dari seorang lelaki terhadap gadisnya.

Ya, Farrel menyebut Fanya sebagai miliknya.

"Istirahat yang tenang, Nya. Gue gak akan kemana - mana, gue akan tetap disini sama lo. Masih ada waktu untuk lo tidur sebelum sampai di rumah sakit, berhenti nangis, okay?" tutur Farrel dengan tangan kanan menepuk pelan punggung Fanya, kemudian mengecup singkat pelipis Fanya.

Fanya mulai berhenti terisak, "Farrel, makasih udah nolongin dan nyelametin gue dari mereka." Ujar Fanya lirih, tangan kanan Fanya menyentuh dada Farrel pelan.

Farrel menunduk guna menatap Fanya, "Udah kewajiban gue, gue gak butuh kata terimakasih, yang gue butuhin lo cepat membaik."

Melihat luka - luka di sekujur tubuh Fanya, rasanya gejolak amarah Farrel belum tuntas, dia segera meraih handphonenya dan mengetikkan sebuah pesan singkat.

To : Anthropos Skia
Bawa ketiga bajingan tadi ke dark place!

Keadaan taksi senyap, tidak lama setelah percakapan mereka, Fanya jatuh tertidur, Farrel sendiri menyandarkan tubuhnya guna merilekskan badannya yang kaku sambil memejamkan matanya.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di rumah sakit.

"Permisi den, sudah sampai." kata bapak supir taksi kepada Farrel.

Farrel membuka matanya, "Baiklah, terima kasih, Pak. Kembaliannya ambil saja, sebagai tips." Farrel memberikan uang seratus ribu sebanyak 5 lembar, lalu keluar dari dalam taksi.

"Suster! Tolong periksa pacar saya segera!" seru Farrel kepada salah satu suster yang menghampirinya.

"Mari tuan, rebahkan nona ini diatas brangkar, saya akan segera membawanya ke ruang rawat intensif agar segera ditangani dokter."

Tanpa kata, Farrel meletakan Fanya dengan perlahan, agar Fanya tidak terbangun.

Farrel membantu para perawat mendorong brangkar Fanya ke ruang rawat.

"Cepet sembuh, Sayang." gumam Farrel disamping telinga Fanya sebelum Fanya masuk ke dalam ruangan unyuk diperiksa.

Farrel menunggu Fanya di kursi tunggu depan kamar rawat Fanya. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya dokter keluar.

"Bagaimana, dok?" tanya Farrel tenang.

"Keadaan pasien stabil, tidak ada luka dalam, tetapi luka luarnya pun harus dirawat sebaik mungkin agar tidak terjadi infeksi. Setelah infusnya habis, pasien bisa pulang ke rumah. Saya akan meresepkan obat untuk pasien, anda bisa menebusnya di tempat pengambilan obat sesuai instruksi suster. Kalau begitu, saya pamit undur diri." jelas dokter laki - laki tersebut dengan sopan.

"Baik, terimakasih." jawab Farrel singkat.

Begitu dokter berlalu, Farrel pun masuk ke ruang rawat Fanya, dan duduk di kursi samping brangkar.

FANREL (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang