P A R T 2 💸 Drop Out (DO)

86 23 130
                                    

Dilarang Plagiat 😬

--- VOTE ---

Fanya POV

Malam semakin larut, aku sudah memakirkan motor sport merahku di garasi rumah. Setelahnya, aku berjalan menuju pintu masuk, didalam keadaan sudah senyap, penerangan pun remang - remang yang hanya berasal dari lampu meja. Para ART (Asisten Rumah Tangga) sudah berada di paviliun belakang, sedangkan orang tuaku, entahlah mereka dimana. Akupun tidak mengetahuinya. Yang aku tahu, mereka selalu mengejar sumber materi, uang.

Menjadi anak tunggal tidaklah enak. Tanpa teman serumah, terutama tanpa orang tua yang mendampingi, semuanya ku lakukan sendiri. Dan, aku membenci kata sendiri.

Kemewahan dan kemegahan ini, bagiku tidak ada artinya. Semuanya tampak mengenaskan. Aku hanya membutuhkan perhatian orang tuaku. Tapi sayang, entah kapan aku mendapatkannya.

Jiwa bebas dan sifat kerasku hanya sebuah alibi dan topeng. Aku tidak akan membiarkan orang asing mengetahui keadaan keluargaku yang sebenarnya. Ah ya, aku merasa kata keluarga tidaklah pantas, tetapi 'orang-orang bermarga Bimantara'.

Sekarang aku sudah berada di kamar tidurku, aku membersihkan diri, dan melakulan rutinitas sebagai perempuan yaitu skincare routin. Setelah semuanya beres, aku membaringkan tubuhku diatas ranjang queen size.

"Ya Allah, Fanya berharap jika esok nanti ataupun kelak, keluarga ini akan berlaku layaknya sebuah keluarga. Aamiin."

Sesudah aku memanjatkan do'a pada sang maha kuasa, pikiranku melayang pada acara balap liar yang telah aku ikuti tadi. Lebih tepatnya memikirkan ucapan Farrel.

"Semoga aja ucapan cowok itu hanya bualan," Gumamku menatap langit kamar, kemudian memiringkan tubuhku kearah kanan sesuai sunah nabi dan memeluk guling kesayanganku, mataku terpejam dan akupun larut dalam mimpi.

》》》 ¤¤¤ 《《《

Farrel POV

Sebenarnya akupun bingung, kenapa tiba - tiba aku bersikap seperti itu. Seperti ada yang mendorongku untuk mengatakan itu. Perasaan tertarikku untuk gadis itu ada, aku tertarik karena keberanian dia dalam menantangku.

Dia begitu menantang untuk ku taklukan, netra matanya yang cokelat hazel berpendar indah di tengah cahaya malam. Namun, aku dapat melihat kepedihan didalam netra itu, walaupun dia berusaha menyembunyikannya dari semua orang.

Apakah jiwa pahlawanku mendadak bangkit? Aku ingin melindunginya, menjaganya, tapi aku tidak tahu ini perasaan apa?

Seseorang pernah berkata, "Ikutilah suara hatimu, sejatinya kejujuran ada padanya. Hati yang akan menuntunmu ke suatu jalan yang kamu nantikan selama ini."

Baiklah, aku akan mengikuti apa yang dikatakan hatiku.

Sekarang sudah dini hari, aku berusaha memejamkan mata dan tidur.

Sayup - sayup aku mendengar suara, "ikutlah." Mungkinkah ini mimpi? Mataku seakan direkat kuat oleh lem.

Aku berjalan sesuai tuntunan suara itu, dan aku melihat seorang nenek tua dengan kulit mengkeriput namun rona cantik pada wajahnya masih bersemayam. Aku mendekatinya.

"Jagalah gadis itu untukku, jangan biarkan dia sendiri, lindungilah dia, jangan menyakitinya, atau aku akan membawanya bersamaku. Ingat baik - baik ucapanku ini, kau akan selalu ku awasi. Pergilah."

FANREL (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang