😬 Jangan Plagiat 😬
☆☆☆ VOTE ☆☆☆
Author POV
"Ade ape nih? Tumben banget lo ngomongin sesuatu di lingkungan sekolah," tanya Vano.
"Bener tuh, biasanya juga nunggu balik," timpal Urvil.
Erlang dan Betrand memasuki area rooftop dengan kedua tangan penuh akan bungkus makanan.
"Nih punya lo," Betrand nenyodorkan pesanan Urvil.
"Widih, perut gue makin konser! Thanks ya atas traktirannya, Bet!" ujar Urvil dengan mata berbinar menatap makanan.
"Balikin duit gue woy! Gaada traktiran buat temen syaiton kayak lo." Erlang berseru tidak terima.
"Gue sih gak masalah, duit Erlang ini." tandas Betrand tak acuh.
"Sialan lo kampret!" Semprot Erlang menggaplok kepala Betrand kencang.
"Uhuk-uhuk, lo kalau mau bu-bunuh gue bilang bangsat! huh," maki Betrand mengusap air mata di sudut matanya. Dia sedang makan bubur dengan sambal merah lalu kesedak, panas-perih terasa menyiksa di tenggorokan dan hidungnya.
"Lang duduk. Kalian abisin dulu makanannya, baru gue mulai pembahasan." sela Farrel menenangkan keadaan.
"Gue cuman bawain ini buat lo," tutur Erlang kepada Farrel.
"Thanks." jawab Farrel seraya sedikit menganglat botol minuman di tangannya.
"Yoi man."
Semuanya khidmat dalam menikmati hidangan, tidak ada satupun suara yang terdengar kecuali suara gesekan kresek, dan kerupuk.
Kebiasaan Farrel di rumah terbawa hingga ke teman-temannya, Farrel akan merasa risih apabila ada orang yang sedang makan sambil berbicara.
"Minggu ini gue bakal duel," ucap Farrel setelah semuanya selesai mengisi perut.
"Gue bakal bikin agenda khusus buat persiapan," balas Vano.
"Gue cuman pesen, jangan lengah, kita gak tahu Prostrum bikin rencana apa nanti. Well, you know what i mean." ingat Betrand.
"Buat cari tahu, gue bisa hack sistem pertahanan mereka." tutur Erlang.
"Gak perlu. kita gak perlu mengacaukan rencana mereka," tolak Farrel tegas.
"Dahlah, kebiasaan lo!" ketus Urvil kesal.
"Untuk mengatasi sekumpulan macan, maka pemburu harus memasuki kawasannya. Dalam menjinakkan bom, maka kita harus menyentuhnya kemudian dengan 'ini' kita bisa menyelesaikannya." jelas Farrel dengan serius serta telunjuk kiri mengetuk dua kali pelipis seolah menunjuk otak.
"Tapi bisa jadi kita yang akan han-," Urvil kembali menentang.
"Resiko. Hanya seorang pengecut yang tidak mau menanggung akibat dari perbuatannya." potong Farrel cepat.
Kemudian suasana rooftop hening, hanya suara hembusan angin yang mengisi.
"Biarkan mereka berencana, kita hanya perlu ikuti permainan dengan cara menjadi bidaknya."
"Bidak yang bukan sembarang bidak," lanjut Farrel.
Vano, Betrand, Erlang, dan Urvil berusaha memahami perkataan Farrel. Walau mereka tahu bahwa Farrel sulit untuk ditebak dalam segi apapun.
"Saat ini kalian cukup mengawasi pergerakan mereka, mencari tahu aturan mainnya." Seringai Farrel dengan tatapan menyorot lurus ke depan, menatap langit cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANREL (On Going)
General Fiction--- FOLLOW, VOTE, DAN KOMENT --- ~~~ SEMANGAT KALIAN, SEMANGATKU JUGA ~~~ Cover By @nonatemola Revisi Setelah Tamat 📣 INI KARYA IMAJINASI AKU SENDIRI, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA TOKOH, LATAR, WAKTU, DAN SEBAGAINYA. ITU MERUPAKAN UNSUR KETIDAKSENGA...