Vote, juseyo~
🌌🌌🌌
Astrologi
Sekilas tentang kata di atas, jadi astrologi adalah ilmu yang dasarnya mempelajari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, planet, bintang dan bulan. Para ahli astrologi percaya bahwa posisi benda-benda langit ini memengaruhi kehidupan manusia dan peristiwa masa depan. Namun ramalan ini tidak memiliki dasar metode ilmiah, tetapi hanya sebatas dari legenda.
Dan Huang Renjun, pemuda yang hidup di era digital saat ini masih memegang paham astrologi di dalam kehidupannya. Memang tidak sedikit yang kerap kali mengejeknya karena percaya terhadap ramalan yang tidak berdasar menurut sains namun tidak sedikit juga yang kerap meminta bantuannya untuk meramal nasib mereka berdasarkan horoskop dan faktor-faktor pendamping lainnya.
Seperti sekarang, Renjun yang baru saja selesai kelas langsung pergi ke gedung fakultas manajemen untuk menemui kliennya. Kali ini yang menjadi klien Renjun adalah salah satu teman baiknya sendiri yang berusia lebih muda dua tahun darinya.
Saat berjalan masuk ke dalam gedung, Renjun merasa jika ponselnya bergetar karena ada panggilan suara yang masuk. Dia menggeser tombol berwarna hijau kemudian menempelkan ponsel ke telinganya.
"Kenapa, Le?"
"Kak Njun udah dimana? Aku sama Jisung di kantin ya, Kak."
"Oh, okay. Kakak juga baru masuk gedung, nih. Tunggu bentar, ya."
"Siap, Kak. Byebye~"
"Bye~" jawab Renjun kemudian menutup sambungan teleponnya. Dia segera bergegas menuju kantin anak-anak manajemen dan tak butuh waktu lama ia langsung dapat mengenali kedua adik-adikannya itu.
"Halo Jwi dan Lele~" sapa Renjun sambil duduk di sebelah Chenle. Jisung yang berada di depannya sedang makan mie ayam hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Hai, Kak! Abis ini ada kelas lagi?" Tanya Chenle.
"Engga, Kakak langsung pulang. Jadi, mau langsung mulai aja, nih?"
"Terserah Kak Njun. Kalau Kakak mau makan dulu juga gapapa kok," jawab Chenle sambil menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.
"Langsung aja, deh. Kakak mau tidur soalnya, hehehe."
"Oke! Mulai dari Jwi aja, Kak!" Pinta Chenle sambil menunjuk sang kembaran.
"Hah?! Kok aku?! Ya, kamu lah! Kamu 'kan lebih tua!" Protes Jisung tak terima.
Chenle menaruh jari telunjuk di bibirnya sendiri. "Sstt udah diem aja, kamu lanjutin aja tuh makan mie ayamnya sambil dengerin Kak Njun. Iya 'kan, Kak?"
Renjun hanya tertawa dan mengangguk menyetujui saran Chenle. "Iya, santai aja, Jwi. Kayak baru pertama kali Kakak ramal aja."
"Hehehe. Oke, deh."
"Sebentar, Kakak lihat dulu, ya," ujar Renjun sambil mengeluarkan grafik astrologi dari dalam tasnya untuk melihat peruntungan Jisung selama seminggu ke depan.
"Hmm dari apa yang Kakak lihat, saat ini bisa jadi waktu yang tepat buat kamu mengambil langkah ke depan. Kamu tahu apa hal yang ingin dicapai jadi kamu yakin bisa mencapai hal itu. Kalau kurang konsentrasi, sebaiknya kamu perbanyak makan makanan berwarna dan sayuran hijau biar ada asupan yang baik buat otak," ucap Renjun sambil menopangkan dagu menatap Jisung.
"Wah, syukurlah," ucap Jisung sambil bernapas lega. "Aku sempet takut bakal ada hal buruk karena kena sial mulu dari kemarin."
Chenle tertawa nyaring mendengar penuturan Jisung. "HAHAHAHAHA! BETUL! DIA KENA SIAL TERUS!"
"Hey, ramalan dari Kakak jangan kalian pakai sebagai acuan. Kakak ngasih tahu ramalan gini biar kalian lebih waspada aja," ujar Renjun mewanti-wanti mereka berdua. Dia tidak mau orang yang bertanya ramalan padanya malah menyalahartikan dan benar-benar percaya seratus persen karena pada dasarnya nasib setiap orang dapat berubah jika orang itu berusaha.
"Siap, Kakak manis~" jawab Chenle. "Sekarang bagian aku dong, Kak!"
"Chenle ya, dari apa yang Kakak liat barusan kamu itu lagi ngerasa lelah dan butuh istirahat akhir-akhir ini. Mungkin kamu juga sempet sakit kepala? Nah intinya, kamu juga harus inget buat istirahat dan jangan paksain tubuh kamu buat ngerjain sesuatu kalau emang capek."
"Ah, aku emang sempet sakit kepala dua hari yang lalu. Oh iya, aku bisa minta tolong ramal satu orang lagi, Kak?"
"Hm? Siapa?"
"Ayah kita!" Seru Chenle sambil merentangkan tangannya.
"Tumben banget. Ya udah, apa horoskop Ayah kalian?"
"Taurus, Kak," jawab Jisung kemudian menegak susu coklat dinginnya.
"Kak, aku boleh minta ramal lebih spesifik gak?" Pinta Chenle.
"Boleh. Kamu mau tahu dalam hal apa?"
"Asmara."
Renjun terkekeh geli. "Jangan-jangan Ayah kalian mau nikah lagi, ya?"
"Malah sebaliknya, Kak. Ayah gak mau nikah lagi katanya. Dia bilang gak mau ngegantiin posisi Mamah dari hatinya padahal 'kan kalau nikah lagi bukan berarti ngelupain sosok Mamah," ujar Chenle membuat Renjun jadi ikut sedih. Dia tahu jika anak kembar ini sudah tidak memiliki sosok ibu dari kecil. Karena ibunya meninggal saat melahirkan mereka berdua. Mereka hanya diasuh oleh nenek dan kakek dari pihak ayahnya saja.
"Iya. Kadang aku juga kasihan ngelihat Ayah kayak gak keurus gitu. Dia hanya sibuk cari uang buat menuhin kebutuhan kita tapi masih bisa sempet buat ngehabisin waktu bareng kita kalau senggang," sahut Jisung menambahkan.
"Jadi, tolong lihat baik-baik ya, Kak," ucap Chenle menatap Renjun penuh harap.
"Iya, iya. Sebentar."
Renjun melihat dengan seksama grafik astrologi yang selalu dibawanya. Dia mengetuk-ngetuk dagu sambil mengangguk-anggukkan kepala. Tak lama kemudian, dia pun menegakkan tubuhnya dan menatap Chenle serta Jisung secara bergantian.
"Langsung aja, ya? Dari kemandirian yang Ayah kalian punya itu bisa jadi faktor kalau Ayah kalian emang gak merasa butuh pendamping saat ini. Malah kalau nanti Ayah kalian terburu-buru buat cari pendamping bisa aja gagal," ujar Renjun dan langsung mendengar suara helaan napas dari Jisung dan Chenle. Mereka kayaknya udah putus asa banget denger ramalan asmara ayahnya.
"Tapi kalian gak usah khawatir dulu, bisa aja Ayah kalian jatuh cinta dengan seseorang dalam waktu singkat. Hanya sewaktu mereka mau menjalani hubungan mungkin butuh waktu agak lama untuk membangun komitmen, saling percaya dan juga kesiapan mental. Apalagi bisa dibilang Ayah kalian sempet mengalami kegagalan dalam berumah tangga dan punya sedikit trauma ditinggalkan pendampingnya."
Jisung menganggukkan kepala mengerti. "Jadi masih ada harapan buat kita punya mamah baru?"
"Mungkin. Kakak juga gak bisa pastiin karena itu semua balik lagi ke Ayah kalian. Mau atau engga cariin mamah baru."
Chenle lagi-lagi menghela napas dan menyandarkan kepalanya di pundak Renjun. "Kalau Kak Njun yang jadi mamah kita aja gimana?"
Renjun malah melongo mendengar penuturan Chenle. "Hah?"
🌌🌌🌌
Okee okee, ini book yang bakal aku pub duluan! Aku lanjut lagi hari Rabu, soalnya mau nyelesaiin dulu 4 chap lagi hehehe. Setelah itu, aku bakal daily update jadi kalian gak perlu nunggu lama.
Semoga suka, ya. Ramein juga pokoknya biar aku semangat!!! Thankyou, bestie 💕
-Auva✨
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
FanfictionJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...