❇️ 7 ❇️

7K 1.2K 357
                                    

🌌🌌🌌

"Mantan gebetan!"

Renjun yang sedang berjalan di koridor langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar suara seseorang memanggil. Biarpun belum melihat dia sudah tahu siapa orang itu.

"Apa, Ric?"

"Ayo kita ke hanamasa!"

"Ngapain?"

"Gue mau ngasih pajak jadian."

"What?! Lu udah jadian sama Hyunjin?!"

Eric mengangguk senang. "Iya! Dia ternyata udah ngegebet gue dari maba. Gila gak tuh? Dia tadinya mau deketin gue cuma waktu itu dia tahu kalau gue suka sama lu jadinya diurungkan lagi niatnya."

"Anjir! Cepet banget! Huaaaaa gue ikut seneng~" pekik Renjun dan memeluk Eric sekilas.

"Gue juga mau ngucapin makasih sama lu. Berkat ramalan lu, gue jadi ada semangat buat nyapa Hyunjin duluan."

"Gak perlu berterimakasih. Ini emang udah takdir kalian berdua aja. Tapi maaf banget, gue hari ini ada kerkom terus pulang dari sana gue udah ada janji makan siang bareng orang lain. Kalau lain waktu penawarannya masih berlaku, gak?"

"Masihlah. Kabarin aja ya kalau udah gak sibuk, gue pasti selalu ada waktu luang kok buat elu," jawab Eric.

"Aww! Thankyou, Eric! Semoga langgeng sama Hyunjin!"

"Hahaha, makasih juga. Ya udah, gue mau nyamperin Hyunjin dulu, ya."

"Iya, deh. Bedalah yang udah punya bucin mah," ucap Renjun.

"Hehehe makanya elu juga cari dong. Masa kalah sama gue?"

"Kapan-kapan aja gue mah. Ya udah, sana pergi nanti Hyunjin keburu nunggu."

"Oke! Bye, mantan gebetan!"

"Bye, juga!" Seru Renjun sambil membalas lambaian tangan Eric. Setelahnya, Renjun pun kembali berjalan untuk menuju perpustakaan, dimana teman-teman sekelompoknya sudah menunggu.

Sementara Renjun kerja kelompok dulu, di lain tempat tepatnya di sebuah gedung perusahaan yang sangat besar terdapat satu orang yang daritadi sibuk mengecek jam. Dia terlihat sangat gelisah, senang, dan gugup di saat yang bersamaan.

"Ngapain, sih?" Tanya sekretarisnya jengah melihat kelakuan si CEO.

"Gapapa."

"Lu kayak gini jadi ngingetin gue sewaktu kita masih kuliah. Jaman-jaman elu yang mau kencan pertama kali sama mendiang istri lu."

"Hah? Emangnya iya?" Tanya Jeno, si orang yang daritadi bikin sekretarisnya bingung.

"Iya. Jangan-jangan analisa gue bener? Lu sekarang lagi deket sama seseorang, ya?"

Jeno mengetuk-ngetuk mejanya. "Hm... Iya."

"Siapa?" Tanya Jaemin. Dialah sekretaris Jeno yang sudah saling kenal sejak mereka SD.

"Katingnya si kembar."

Mata Jaemin terbelalak. "Lah?! Masih kuliah dong?!"

"Iya, semester 5. Namanya Huang Renjun."

"Kalau cocoklogi gue bener, dia itu yang tukang ramal, 'kan?"

"Ya. Anaknya manis banget, Jaem. Lucu, kecil, gemesin pokoknya gue langsung suka aja gitu waktu pertama kali liat dia," jawab Jeno sambil senyam-senyum dan membuat Jaemin langsung meringis geli. Menurutnya, Jeno kali ini bahkan lebih terlihat bucin dibanding saat dengan mendiang istrinya.

[✓] Astrologer || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang