🌌🌌🌌
"Njun! Minta shampoo, dong!" Pinta Yangyang saat membuka pintu kamar kos Renjun begitu saja.
"Lu segitu miskinnya sampai shampoo aja gak mampu beli?"
"Anjir, tega banget lu! Gue mager beli makanya minta! Dimana shampoonya?!"
"Ya di kamar mandilah. Gak mungkin juga gue bawa-bawa ke kasur," jawab Renjun yang masih sibuk membongkar-bongkar lemarinya.
"Mau kemana? Lu diusir dari kosan?" Tanya Yangyang saat melihat tumpukan baju di atas ranjang.
"Gak usah banyak tanya. Oh kebetulan ada lu disini, tolong pilihin baju yang bagus dong buat besok."
"Emang mau ngapain?"
"Makan siang bareng si kembar."
"Lah, biasanya juga kalau jalan sama mereka pake baju asal-asalan kenapa sekarang harus bagus?"
"Beda situasi. Gue gak boleh pake baju asal-asalan."
"Kenapa, sih? Jadi segini doang pertemanan kita? Lu mau main rahasia-rahasiaan sama gue?"
Renjun menoleh sekilas pada Yangyang kemudian kembali beralih bercermin dan mencoba-coba pakaian lain. "Bukan gitu, gue gak mau dibilang lebay apalagi nanti diketawain sama elu."
"Emang kenapa sih, eummm??? Ayo dong bilang~"
"Gue itu kayaknya lagi dideketin sama ayahnya si kembar," ujar Renjun dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh penghuni kos yang lain.
"HAH?! LU LAGI DIDEKETIN SUGAR DADDY?!" Pekik Yangyang.
"WHAT?! RENJUN BENERAN SAMA DUDA TRILIUNER?!" Sahut Haechan yang tiba-tiba masuk ke kamar setelah mendengar teriakan Yangyang.
Renjun rasanya ingin menangis saja karena mulut toa para sahabatnya. Untung aja di kosan kayaknya hanya ada mereka bertiga jadi gak akan ada yang denger lagi.
"Bangsat! Bangsat! Gak usah teriak bisa gak?!" Protes Renjun sambil melempari mereka berdua dengan baju-baju yang ada.
"Adaw! Iya, iya!" Jawab Haechan sambil menahan serangan baju yang bertubi-tubi.
"Jadi gimana, Njun? Kenapa bisa lu dideketin sama ayah si kembar?" Tanya Yangyang.
Renjun berhenti melempari pakaiannya lalu duduk di karpet berbulu. Haechan dan Yangyang mengikuti sang pemilik kamar kemudian mereka duduk melingkar.
"Jadi waktu itu udah jadwal rutin gue buat ngeramal nasib si kembar. Nah sewaktu beres ngeramal mereka, Chenle tiba-tiba minta tolong buat ramalin kisah asmara ayahnya. Setelah gue kasih tahu, mereka kayak seneng gitu kalau ada peluang punya mamah baru. Terus gak tahu ide darimana, Chenle tiba-tiba nanya ke gue mau gak jadi mamah barunya."
"Anjrit! Lu beneran udah dapet lampu hijau dari anak-anaknya. Gas ajalah, Njun!" Seru Haechan menggebu-gebu.
Yangyang menatap Renjun penuh rasa penasaran. "Terus-terus gimana? Kenapa elu bisa kenal sama Si Om?"
"Lu ngomong kek gitu kesannya gue kayak lagi deket sama om-om tua bangka, ya," ujar Renjun.
"Lah, emang lu lagi deket sama om-om, 'kan? Siapa bilang lagi deket sama bayi?" Tanya Haechan.
"Tapi 'kan Om Jeno masih keliatan muda. Gak kayak om-om yang ada di TV. Dia aja keliatan lebih muda dari Kak Mark."
"Asyu! Gebetan gue jangan dibawa-bawa!" Protes Haechan.
"Ih anjir, malah berantem. Lanjut dulu ceritanya, Njun," pinta Yangyang menengahi perdebatan mereka berdua yang akan mulai jambak-jambakan lagi.
Renjun menatap sinis Haechan kemudian beralih melihat Yangyang. "Ya udah, gue mau ikutin alurnya aja dulu. Kebetulan horoskop Om Jeno itu Taurus dan gue horoskopnya Aries. Pembawaan sifat Taurus yang tenang dan stabil bisa nyeimbangin sosok Aries yang berapi-api. Gue yakin sih Om Jeno pasti bisa lebih sabar buat meredam emosi gue yang kadang masih labil."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
FanficJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...