🌌🌌🌌
"PAPI! AYAH! MANA ADIK KITA!?" Sambut Chenle saat melihat kedua orang tuanya masuk ke rumah.
"Adik kalian lagi siapin mental dulu buat ngehadepin kakak-kakaknya," jawab Jeno sambil melepas kacamata hitamnya.
Chenle mengerucutkan bibirnya sambil memeluk Renjun. "Emang iya, Pi? Berarti udah ada dong dedeknya?"
"Belum ada Lele~ Sabar yaa," ujar Renjun sambil tersenyum dan mengacak rambut Chenle.
"Ayah mana oleh-olehnya?" Tanya Jisung sambil mengobrak-abrik koper.
Jeno menghela napasnya melihat tingkah sok tahu anaknya itu. "Oleh-oleh ada di koper warna biru bukan yang hitam. Makanya kalau mau nyari tuh nanya dulu."
"IH AKU JUGA MAU OLEH-OLEH!" Pekik Chenle sambil berlari menuju koper. Ia ikut memilih-milih dan duduk di lantai.
"Ambil secukupnya aja. Kalian juga harus ngasih buat sahabatnya Renjun." Si kembar hanya menganggukkan kepala mendengar perintah Jeno. Lagian mereka juga gak seserakah itu kok. Kalau masih mau barang yang lain, mereka bisa beli sendiri nanti di tempatnya langsung.
"Oh iya, Ayah sama Papi udah tahu belum kalau dua hari yang lalu Kak Ayang udah dilamar sama Om Nana?" Tanya Jisung.
"Tahu kok. Kak Jaem soalnya sempet curhat dulu waktu mau lamar Ayang," jawab Renjun sambil terkekeh geli. Mengingat bagaimana lesu dan galaunya seorang Na Jaemin lewat video call saat akan melamar Yangyang.
Jeno melihat wajah Renjun tampak ceria saat berbicara soal Jaemin pun mendengus kecil. "Kamu kenapa bahagia banget nyeritain Jaemin?"
"Eh?" Renjun menoleh untuk melihat Jeno yang sepertinya cemburu. "Aku cuma masih kebayang aja muka melasnya Kak Jaem. Mas Jeno cemburu, yaa?" Goda Renjun sambil menoel hidung sang suami.
Jisung dan Chenle menatap Jeno dengan tatapan mengejek. "Udah deh Ayah gak usah sok-sokan cemburu gitu. Malu sama umur, ah. Lagian masa cemburunya sama Om Nana yang jelas-jelas mau nikahin Kak Ayang? Kalau mau cemburu tuh sama Kak Roti, yang udah pasti masih bujang dan single," ucap Chenle sambil tertawa ngakak.
"Bener. Apalagi Kak Roti juga mantannya Papi~" timpal Jisung. Seru sekali mengompori ayahnya.
"Loh kok malah makin memperkeruh suasana, sih?" Protes Renjun.
"Biar seru, Pi. Aku kangen ngisengin Ayah," jawab Chenle sambil cengengesan sekarang.
"Iya tuh, lagian Ayah bilang cuma pergi satu minggu tapi kok jadinya tiga minggu, sih," sahut Jisung kesal.
Jeno menghela napasnya. "Maaf. Ayah juga 'kan gak tahu kalau urusannya bakal lebih lama."
"Urusan ranjang lebih tepatnya. Kalau masalah kerjaan, lima hari juga sebenernya udah kelar," lanjut Jeno dalam hati.
Chenle yang lagi diam tiba-tiba menjentikkan jari. "Ah, iya! Aku mau ngomong serius sama Ayah."
"Apa? Kamu punya pacar?"
"Bukan. Jadi gini, aku sama Jwi berencana buka kafe. Boleh, gak?"
"Boleh aja tapi kamu yakin bisa ngurusnya? Soalnya Ayah cuma mau kasih modal, urusan yang lain harus kamu sama Jwi yang atur. Sekalian menerapkan ilmu yang kalian dapet selama kuliah," jawab Jeno.
Jisung dan Chenle saling berangkulan. "Amanlah soal itu. Kita bisa jamin semuanya baik-baik aja. Jadi Ayah setuju, 'kan?" Tanya Jisung.
"Setuju. Iya 'kan, Pi?" Jeno bertanya pada Renjun yang hanya menyimak mereka saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
FanfictionJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...