❇️ 8 ❇️

7K 1.1K 250
                                    

🌌🌌🌌

"Dukun kesayangan kita ada dimana, Yang?" Tanya Haechan saat melihat teman sekosannya sedang menjemur pakaian.

"Di kamarnya ada gak?"

"Lah dodol, kalau dia ada di kamarnya gue gak mungkin nanya ke elu," jawab Haechan dan duduk di kursi rotan yang ada di teras.

"Mau ngapain emang nyari si dukun?"

"Mau pinjem duit."

"Butuh berapa? Gue ada tuh."

"Engga ah, gue mau sekalian minta ramal ke Renjun. Waktu itu gak jadi soalnya."

"Kak Mark lagi?"

"Hooh. Sayang banget ya Renjun gak buka jasa pelet juga," ujar Haechan.

"Goblok. Dia itu astrologer bukan dukun, anjir! Kalau bodoh jangan totalitas napa," jawab Yangyang sambil menyipratkan air bekas cucian.

"Terserah gue lah. Eh, eh, itu mobil siapa?" Tunjuk Haechan pada sebuah mobil fortuner hitam yang berhenti di depan kosan. Yangyang menoleh kemudian mengendikkan bahu. Dia juga gak tahu itu mobil siapa.

Pintu mobil terbuka dan Yangyang serta Haechan melongo saat seorang pria tampan dengan balutan jas hitam turun untuk membukakan pintu penumpang.

"Lah anjir, si Renjun," ucap Haechan saat melihat sahabat mungilnya yang turun dari mobil.

"Kayaknya doi ayah si kembar bukan, sih?" Tanya Yangyang saat melihat pria yang berjalan di sebelah Renjun.

"Kayaknya. Siapa lagi coba sugar daddy yang lagi deket sama Renjun kalau bukan dia."

"Hai, guys!" Sapa Renjun.

"Dari mana, Njun?"

"Habis makan siang sama Om Jeno. Oh iya, Om Jeno kenalin ini sahabat-sahabat saya. Yang lagi duduk di kursi itu Haechan dan yang baru beres ngejemur namanya Yangyang," ucap Renjun memperkenalkan mereka pada Jeno.

Mereka berdua tersenyum dan menganggukkan kepala sopan. Jeno juga melakukan hal yang sama.

"Lee Jeno," ujarnya.

"Om itu ayahnya si kembar ChenJi bukan?"

"Iya. Kalian kenal anak saya?"

"Kenal dong. Siapa sih yang gak kenal sama mereka berdua apalagi saya sama Yangyang satu jurusan sama mereka," jawab Haechan.

"Oh, kalian kakak tingkatnya?"

"Iya, Om."

"Saya titip Chenle sama Jisung, ya. Kalau mereka nakal tolong laporin ke saya."

Renjun tertawa. "Hahahaha malahan mereka yang bawa pengaruh buruk buat Lele sama Jwi, Om."

"Eh, Anda jangan sembarangan ngomong, ya. Udahlah, gue sama Yangyang mau masuk dulu. Permisi Om Jeno," ujar Haechan dan menarik Yangyang pergi dari sana. Jeno hanya tersenyum tipis pada mereka berdua.

"Gila, wangi bener itu Om Jeno," bisik Yangyang saat dirinya tak sengaja lewat ketika mengambil ember yang berada di dekat Jeno.

"Parfumnya mahal cuy. Beda sama kita yang belinya kebanyakan dioplos alkohol."

"Anjir miris tapi bener, hahaha."

Kembali pada dua sejoli, Renjun sekarang hendak menawarkan Jeno untuk mampir ke kosannya.

"Mau dibuatin teh dulu, Om?"

"Gak usah, Ren. Habis ini saya ada meeting lagi. Lain waktu aja, ya."

[✓] Astrologer || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang