❇️ 20 ❇️

5.5K 885 225
                                    

🌌🌌🌌

Haechan, Yangyang, dan Seungmin yang lagi nongkrong di depan kosan sambil makan nasi goreng terkejut melihat mobil milik Jisung datang.

"Lah kok udah balik? Masa acaranya cuma setengah jam?" Tanya Haechan dan hanya dibalas gelengan kepala oleh dua orang lainnya. Terlihat Renjun dan si kembar sudah turun dari mobil.

"Hai, Njun! Gimana acara—"

"Gue ke kamar dulu, Yang," potong Renjun sambil berlari masuk.

"—nya?" Lanjut Yangyang dan melihat bingung sahabatnya itu.

"Ini ada apa, Le?" Tanya Seungmin yang merasa situasinya tidak cukup baik.

"Tunggu Kak Njun cerita sendiri aja deh, Kak. Aku sama Jwi pamit pulang, ya. Byebye," jawab Chenle setelah tersenyum tipis. Mereka berdua pun masuk ke mobil dan pergi dari sana.

"Ini kenapa sih, anjir?!" Pekik Haechan frustasi.

"Permisi."

Mereka bertiga menoleh dan melihat Jeno yang sekarang datang kesana dengan napas memburu dan ekspresi yang cukup panik.

"Kenapa, Om?" Tanya Seungmin.

"Renjun ada?"

"Baru aja pulang, Om. Ini ada apa, sih?" Tanya Haechan.

Bukannya menjawab, Jeno malah meminta hal lain. "Boleh saya ketemu sama dia?"

Haechan menghembuskan napas kasar dan menyuruh Yangyang masuk ke dalam untuk bertanya pada Renjun. Hanya sebentar, Yangyang keluar lagi kemudian menjawab.

"Dia lagi gak bisa diganggu, Om."

Mendengar jawaban Yangyang maka pria dengan horoskop Taurus itu pun mendesah kecil. Tentu saja Renjun tak akan mau menemuinya setelah apa yang terjadi.

"Nah, sebelum pergi Om Jeno bisa cerita dulu gak ada apa?" Pinta Haechan sekali lagi.

"Duduk dulu aja, Om," suruh Seungmin sambil menunjuk satu kursi rotan yang tersisa.

"Mau nasi goreng gak, Om? Atau kwetiau?" Tanya Yangyang menawarkan saat melihat Jeno sudah duduk.

"Gak perlu, makasih. Saya masih kenyang."

Saat ia menjawab seperti itu malah terdengar suara perut yang keroncongan. Yangyang tersenyum kecil. "Gak usah malu, Om. Jadi mau nasi goreng atau kwetiau, nih? Mumpung abangnya masih disini."

"Kwetiau aja, deh," jawab Jeno sungkan. Dia merasa tidak seharusnya terdengar lapar di situasi yang cukup panas ini.

"Pedes gak, Om?"

"Sedikit."

"Oke. Bang! Kwetiau satu pedesnya dikit aja, ya!" Pinta Yangyang sedikit berteriak.

"Siap, Yangyang!"

"Nah sambil nunggu, Om Jeno bisa dong cerita ini ada apa."

Jeno melihat mereka bertiga satu per satu kemudian menunduk. "Saya tadi telat datang ke resto karena pegawai di kantor tiba-tiba ngajak party buat ngerayain proyek besar yang berhasil. Bukan karena lupa tapi saya ketahan sama beberapa kolega yang ada di sana. Padahal saya juga inget untuk bertemu dengan Renjun, cuma karena banyak ngobrol bareng kolega yang ada saya malah gak bisa pergi. Saya baru bisa pergi dari sana setelah Jaemin nyamperin."

"Duh, Om Jeno gimana, sih," jawab Haechan sedikit kesal mendengar alasannya. Yangyang menyenggol kaki Haechan dan menyuruhnya diam karena sepertinya Jeno belum beres cerita.

Jeno mengacak rambutnya kemudian menatap mereka bertiga. "Ya, saya juga tahu ini kesalahan fatal. Saya tahu kalau saya kurang tegas tapi saya juga tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Apalagi ternyata pestanya itu dadakan banget dan para pegawai saya sengaja membuat kejutan. Dari kantor, saya langsung pergi ke resto karena siapa tahu Renjun masih ada di sana. Tapi sewaktu sampai, pelayannya bilang kalau dia baru aja pergi. Dan tanpa babibu lagi, saya langsung pergi kesini. Saya juga tahu kecil kemungkinannya Renjun mau ketemu tapi apa salahnya dicoba dulu."

Yangyang menggaruk-garuk rambutnya yang tak gatal kemudian menatap Jeno. "Uh, gimana ya, Om. Renjun itu anaknya gampang putus asa. Jujur aja, dari awal sebenernya juga dia ragu waktu Om Jeno deketin tapi kita selalu ngeyakinin dia kalau Om Jeno pasti gak main-main. Dan setelah ada kejadian ini, saya yakin kalau Renjun itu mikir Om Jeno cuma main-main aja. Apalagi dia pasti tahu Om Jeno lupa datang karena malah sibuk party. Wah, udah, deh."

"Terus saya harus gimana? Saya juga gak bermaksud bikin dia kecewa. Si kembar pun kecewa sama saya sekarang," ucap Jeno sambil mengacak-acak rambutnya.

"Mending Om Jeno makan dulu, deh. Tuh kwetiaunya udah jadi," suruh Haechan sambil menunjuk sepiring kwetiau di atas meja.

"Menurut saya sih Om Jeno kasih tahu dulu si kembar. Setelah mereka udah maafin soal ini, baru deh ke Renjun. Siapa tahu si kembar bisa bantuin Om Jeno lagi, 'kan?" Kata Seungmin.

"Gitu, ya?"

"Iyalah! Duh, saya gak nyangka Om Jeno bisa ngelakuin hal bodoh kayak gini. Maaf ya, Om. Habisnya beneran bodoh banget, sih," sahut Haechan tak main-main.

Jeno hanya diam mendengar pernyataan blak-blakan Haechan. Tidak ada niatan untuk menyangkal karena memang benar adanya dia merasa seperti itu.

"Om Jeno beneran serius sama Renjun, 'kan?"

Jeno langsung tersedak mendengar pertanyaan Haechan. Yangyang buru-buru masuk kosan untuk mengambilkan minum.

"Minum dulu, Om," ucapnya sambil menyodorkan gelas.

Sambil terbatuk-batuk, Jeno pun menegak airnya dan menepuk-nepuk dadanya sendiri. "Haduh, saya kaget sama pertanyaan kamu. Ya iyalah saya serius. Kalau engga, ngapain juga saya sampai panik kayak gini."

Haechan mengendikkan bahu. "Siapa tahu Om Jeno hanya main-main. Karena kalau itu beneran terjadi, saya gak akan segan buat mukul Om Jeno sekarang juga."

"Saya serius sama Renjun. Saya juga mengizinkan kamu buat pukulin saya kalau cuma main-main," jawab Jeno bersungguh-sungguh.

Mereka bertiga pun mengangguk. "Ya udah deh, habis makan Om Jeno mending pulang dulu aja. Biar kita yang ngasih tahu Renjun pelan-pelan. Cuma, Om Jeno jangan terlalu berharap banyak sama kita. Dia anaknya agak keras kepala soalnya."

Jeno tersenyum hangat. "Makasih banyak. Makasih juga karena kalian mau percaya sama saya."

"Tapi ini semua gak gratis, Om," jawab Yangyang.

Jeno berhenti tersenyum dan melihat ke arah Yangyang. "Kamu mau apa? Saya bakal turutin semua."

Yangyang malah cengengesan sambil mengusap tengkuk. "Hehehe gak susah kok, Om. Saya hanya mau semua informasi soal Mas Jaemin. Bisa?"

"Aduh, si bucin," ejek Haechan mendengar permintaan Yangyang.

Jeno tertawa dan mengangguk. "Bisa, bisa. Kamu tanya aja semua dan saya bakal jawab sebisanya."

🌌🌌🌌

Oke, tenang kawan-kawan. Jangan galak-galak, Om Jeno juga waktu itu ada di situasi yang cukup membingungkan. Lagian gak mungkin Om Jeno menyakiti kesayangannya ❤️

Ih, tapi lucu juga deh liatnya, udah lama gak lihat orang marah-marah 💞💞 terakhir di book A Cute Moments (◠‿・)—☆

-Auva✨

[✓] Astrologer || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang