🌌🌌🌌
Beberapa hari setelah kejadian, Chenle dan Jisung masih mendiamkan Jeno. Mereka sarapan seperti biasa tapi tidak ada obrolan yang menyelingi. Saat pamit untuk pergi ke kampus pun mereka hanya mencium tangan Jeno sekilas dan berlalu begitu saja.
Jeno hanya menghela napasnya pasrah. Dia tahu anak-anaknya pasti bakalan lama dibujuk. Maka dia pun pergi ke kantor dengan pikiran yang runyam. Sebagai sekretarisnya, Jaemin tentu sadar jika bosnya itu sedang dalam kondisi tidak baik.
"Masih tetep sama, Jen?"
"Iya. Gue udah bikin si kembar sama Renjun kecewa," jawab Jeno pelan.
"Udah coba ketemu Renjun?"
"Udah cuma katanya dia gak bisa diganggu. Tapi kemarin gue gak sengaja ketemu sama Renjun di cafe lagi bareng keponakan gue."
"Kok malah ribet, sih? Terus si kembar gimana? Masih ngediemin elu juga?"
"Iyalah. Lu tahu sendiri gimana mereka kalau marah atau kecewa."
"Haduh, coba aja nanti pas mereka pulang kuliah elu jemput. Ajak makan bareng atau pergi kemana gitu," kata Jaemin dan Jeno hanya menganggukkan kepala saja mendengar sarannya. Ia hanya bisa berharap semoga masalah ini cepat selesai.
🌌🌌🌌
"Renjun~ Kok hari ini banyak diem, sih?" Tanya Eric saat mereka sedang makan siang di kantin. Si mungil yang ditanya seperti itu hanya diam saja.
Hyunjin yang juga ada di sana cuma memberi tatapan heran. Memang tidak biasanya Renjun murung seperti ini. Karena yang ia tahu, Renjun adalah anak yang ceria.
"Ren, mau es krim?"
Renjun tersenyum kecil. "Makasih tapi gak usah repot-repot. Gue lagi gak mau apa-apa," ucapnya menolak tawaran Hyunjin.
"Oh iya, Ren, kabar lu sama Om Jeno gimana?" Tanya Eric. Ia kira jika bertanya seperti itu akan menaikkan mood Renjun tapi saat melihat wajah Renjun semakin murung, Eric bisa langsung tahu jika penyebab mantan gebetannya itu murung adalah karena Jeno sendiri.
"Ren, gue gak tahu ini ada apa sebenernya tapi kalau ada masalah, lu gak bisa lari gitu aja. Gue tahu elu anak yang kuat jadi gue juga yakin kalau elu pasti bisa selesaiin masalah ini baik-baik," kata Eric sambil menggenggam tangan Renjun. Dia juga menyunggingkan senyumnya pada Renjun.
Hyunjin juga menepuk-nepuk pundak Renjun. "Betul, tuh. Renjun yang gue kenal gak gampang sedih kayak gini. Ayo, semangat dong. Apa perlu kita senam dulu biar elu semangat?"
Renjun tertawa kecil. "Ngapain sih harus sampai senam segala. Gak nyambung."
Hyunjin dan Eric tersenyum senang. "Nah gitu dong, ceria. Gue 'kan jadi enak lihatnya," jawab Eric.
"Iya enak lihatnya tapi bisa dong itu pegangan tangannya dilepas. Aku nih yang gak enak ngelihatnya," sahut Hyunjin sambil melirik kedua tangan sang kekasih masing menggenggam tangan Renjun.
Renjun menunjuk Eric dengan dagunya. "Salahin pacar lu, Bro. Oh iya, tawaran es krim masih berlaku?"
"Masih. Mau rasa apa?"
"Mangga," jawab Renjun.
"Oke, tunggu, ya. Kamu mau beli juga gak?" Tanya Hyunjin pada Eric.
"Engga, ah. Cepet buruan pergi, aku mau berduaan sama Renjun."
Hyunjin berdiri kemudian memegang dagu Eric. "Awas aja ya kamu. Lihat aja nanti," jawabnya kemudian pergi dari sana setelah mencuri satu kecupan dari bibir Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
FanfictionJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...