🌌🌌🌌
Tok tok tok
"Njun?" Panggil Haechan sambil mengetuk pintu berulang-ulang. Bahkan Eric baru kali ini melihat Haechan terlihat cemas sekali pada kondisi sahabatnya. Biasanya dia hanya melihat Renjun dan Haechan yang bertengkar saja.
"Dia masih tidur mungkin."
"Masa, sih?" Tanya Haechan. "Gue coba buka pintunya aja siapa tahu gak dikunci."
Haechan memutar knop pintu dan ternyata pintu langsung terbuka. "Lah, gak dikunci beneran." Mereka pun masuk ke kamar dan mendekati seseorang yang sedang tertidur di dalam selimut.
"Lu jagain dia aja disini. Gue lupa belum beliin pizza. Kalau bisa, dia gak perlu tahu apa yang terjadi," ucap Haechan.
Eric menganggukkan kepala. "Sip. Gue juga ngerti kok. Ya udah, sana lu pergi."
"Anjir, kok malah ngusir?! Jangan bilang lu belum move on dari Renjun dan sekarang mau modus ke dia?!"
"Ngaco! Hati gue sekarang udah terisi full sama Hyunjin!" Jawab Eric sambil menendang kaki Haechan.
"Biasa aja dong! Udah ah, gue cabut dulu. Bye!"
🌌🌌🌌
Sebuah mobil BMW terparkir sempurna. Seorang pria dengan balutan jas berwarna merah marun dan sebuah kacamata hitam pun turun dari mobil.
Na Jaemin. Pria yang daritadi kerjaannya hanya tebar pesona di depan mahasiswa dan mahasiswi yang melintas sungguh membuat geger satu kampus. Kalau Jeno lihat, mungkin kepala sekretarisnya udah digeplak karena bikin kesel.
"Lah, biang keroknya satu fakultas sama si kembar ternyata," gumam Jaemin saat melihat gedung yang tidak asing di penglihatannya.
Dia pun berjalan masuk bak seorang model. Jaemin akan langsung menghampiri orang yang dicarinya setelah tadi ia pergi ke gedung rektorat untuk meminta semua data dan jadwal mahasiswi tersebut. Alasan kenapa dia bisa semudah itu meminta data karena Lee Company memiliki kekuasaan hampir 70% di kampus ini. Ya, apalagi jika bukan karena sebagai donatur tetap yang dapat membuat Kampus Neo terlihat berjaya seperti sekarang.
Bruk!
"Duh, maaf," ucap Jaemin sambil menolong seseorang yang baru saja ia tabrak. Dia memegang tangan orang itu dan membantunya berdiri.
"Iya, gapapa. Ini salah saya juga karena jalan buru-buru," jawabnya sambil menepuk-nepuk area celana.
Jaemin menunduk kemudian melepaskan kacamata hitamnya agar dapat menilik wajah orang di depannya. "Eh sebentar, kayaknya saya pernah lihat kamu, deh."
Orang itu mendongak karena dia saja merasa asing dengan Jaemin tapi kenapa pria itu malah bilang pernah melihatnya.
"Dimana?" Tanyanya dan mata orang itu langsung membelalak.
Jaemin menjentikkan jari. "Tuh 'kan, kamu kayak yang kaget lihat saya. Berarti iya kita pernah ketemu. Kalau gak salah, kamu yang waktu itu datang ke coffee shop gak pakai alas kaki bukan, sih?"
"Hehe, iya. Waktu itu sepatu saya disembunyiin terus saya dapet dare beliin kopi. Jadi ya gitu, deh."
Jaemin tertawa. "Lucu banget. Oh iya, kenalin saya Na Jaemin."
"Liu Yangyang."
"Yang-yang?" Ulang Jaemin ragu.
"Iya, Yangyang."
Wah, Yangyang sekarang rasanya mau koprol aja. Akhirnya dia bertemu dengan pria tampan yang dijumpainya waktu itu dan bahkan langsung diajak kenalan.
AAAAA! JANGAN-JANGAN DOA RENJUN ITU MANJUR?! COWOK INI BENERAN BAKAL JADI JODOH GUE?!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
Fiksi PenggemarJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...