❇️ 29 ❇️

6K 732 100
                                    

Vote Juseyo~

🌌🌌🌌

Bunyi alarm berdering. Tangan Renjun berusaha mengambil ponselnya dan mematikan alarm. Pria manis itu menoleh ke samping dan mendapati suaminya masih tertidur lelap.

"Mas Jeno, yuk bangun," ujarnya sambil merapikan poni Jeno yang terlihat sudah agak panjang.

"Jam berapa sekarang, Dek?" Tanya Jeno dengan suara seraknya. Ia menutup mulut kemudian menguap dan duduk untuk mengumpulkan nyawa.

"Jam 6. Mas Jeno ada rapat jam setengah 8, 'kan?"

Jeno hanya mengangguk pelan. Ia langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dahulu. Renjun pun ikut bangun dan melipat selimut serta merapikan bantal. Kemudian ia membuka tirai dan jendela agar udara pagi dapat masuk ke kamarnya.

"Hari ini Mas yang masak, ya," sahut Jeno saat ia baru keluar kamar mandi.

Renjun menoleh kemudian mengangguk. "Aku mau nyiapin baju buat Mas Jeno dulu."

"Sini sebentar coba," ucap Jeno sambil memberi gestur tangan agar Renjun berjalan mendekatinya.

"Kenapa, Mas?" Tanyanya bingung.

Dahi Renjun dikecup oleh Jeno saat pria manis itu telah berdiri di hadapannya. "Selamat pagi, Sayang. Semangat menjalani aktivitas dan semangat juga kuliahnya, ya," ujar Jeno sambil memeluk tubuh mungil sang suami.

Renjun tertawa kecil kemudian mendekap erat Jeno. "Selamat pagi juga, Mas! Semangat kerjanya ya biar bisa jajanin aku! Hehehe."

"Jadi Mas itu suami atau sugar daddy kamu sebenernya, hm?"

"Dua-duanya! Mas Jeno bisa jadi suami dan sugar daddy aku, tergantung kondisi aja," jawab Renjun kemudian mencium kedua pipi Jeno bergantian.

"Kalau gitu, give me your lips, Baby," pinta Jeno sambil mengelus bibir merah muda Renjun. Dengan sedikit berjinjit, Renjun mengecup bibir Jeno dan melumatnya perlahan. Mereka menikmati ciuman itu sampai akhirnya ada gedoran pintu dari luar.

"Kayaknya Mas mendingan kasih Jwi sama Lele rumah sendiri gak, sih? Mereka seneng banget ngeganggu kita," ucap Jeno saat pagutan tersebut lepas.

Renjun memukul pelan lengan Jeno. "Gak boleh gitu. Mereka iseng juga pasti nurun dari sifat Mas Jeno."

"Kata siapa? Mas gak iseng, tuh."

Bola mata Renjun hanya bergulir malas mendengar jawaban Jeno. Ia pun berjalan untuk membuka pintu dan terlihat dua anak tirinya sudah berdiri di depan kamar sambil tersenyum lebar.

"Selamat pagi, Papi~" ujar mereka kompak.

"Pagi, kembar~ Kenapa udah bangun jam segini?" Tanya Renjun heran karena biasanya si kembar baru bangun pukul tujuh.

"Kita abis bikin sarapan loh, Pi. Ayo buruan ke ruang makan," ajak Chenle menarik tangan Renjun untuk duluan pergi.

"Ayah mana, Pi?" Tanya Jisung agak sedikit berteriak karena Papinya sudah lumayan jauh berjalan.

"KAMAR!"

"Ngapain tanya-tanya Ayah?" Sahut Jeno yang baru keluar kamar.

"Dih, cuma nanya doang emangnya salah? Ayah abis ngapain sama Papi? Jutek amat."

"Kamu ganggu Ayah."

"Oh, ya? Bagus dong. Aku 'kan emang sengaja," jawab Jisung sambil cengengesan. "Aku harus jagain Papi dari manusia mesum kayak Ayah."

[✓] Astrologer || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang