🌌🌌🌌
"Om Jeno yakin besok mau ketemu sama orang tua saya?" Tanya Renjun saat mereka sedang makan siang di salah satu restoran. Ini sudah hampir dua minggu semenjak mereka baikan. Dan untungnya semua berjalan baik-baik saja.
Renjun mencoba untuk percaya pada kata-kata Jeno. Lagipula ada Chenle dan Jisung yang mendukungnya. Selain itu ada para sahabatnya yang selalu berdiri di belakangnya dan akan membantunya jika ada hal buruk yang terjadi.
Jeno dengan mantap menganggukkan kepala. "Yakin. Terlalu mendadak, ya?"
"Engga, sih. Emangnya Om Jeno gak sibuk?"
"Demi ngejar kebahagiaan masalah kerjaan bisa dikerjain nanti, Ren. Lagian kalau cuma ditinggal beberapa hari ada Jaemin yang bisa ngurus semuanya."
"Uhm, kalau gitu saya tanya Ayah sama Bunda dulu, ya," izin Renjun sambil mengeluarkan ponselnya dari tas.
"Iya."
Renjun pun mencoba chat kedua orang tuanya. Nasib mujur mungkin sedang berpihak pada Jeno karena Yuta dan Winwin tidak mempunyai rencana kemana-mana tiga hari ke depan. Bahkan mereka berdua pun menyuruh Renjun dan Jeno sekeluarga (re : Chenle dan juga Jisung) agar menginap.
"Kata mereka bisa kok, Om. Mau nginep juga gak?"
"Boleh?"
Renjun tersenyum dan mengangguk. " Ya boleh dong. Bunda yang nyuruh barusan."
"Um, saya lihat dulu jadwalnya Chenle sama Jisung, ya. Kalau mereka bisa nanti kita nginep."
Mendengar jawaban Jeno maka Renjun hanya menganggukkan kepalanya. Dia meminum jus yang hanya tinggal tersisa sedikit lagi sambil memainkan ponselnya untuk membalas chat dari Haechan yang bertanya ia masih dimana.
"Renjun, apa kamu gak mau ngerubah panggilan ke saya?" Tanya Jeno sambil sedikit mengerucutkan bibirnya.
Si manis mendongakkan kepala untuk melihat ayah si kembar. "Emangnya Om Jeno mau dipanggil apa, hm???"
"Asal jangan Om atau Bapak. Panggil Kakak, Mas, atau Aa' gitu. Mau langsung panggil nama juga boleh. Sayang atau Babe juga gak masalah, sih."
Renjun tergelak mendengar permintaan Jeno yang menurutnya sangat lucu. Dia tertawa hingga suaranya tidak terdengar. Melihat Renjun seperti itu, Jeno malah malu sendiri. Apa permintaannya ini berlebihan sampai harus ditertawai.
"Ya udah kalau kamu ngerasa aneh. Panggil aja saya Om selama-lamanya," kata Jeno kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Melihat para pegawai restoran yang sibuk berlalu lalang mengantarkan makanan.
"Ulululu ngambek, nih~" jawab Renjun sambil menggenggam tangan Jeno. "Jangan ngambek gitu dong, Mas Jeno~" pintanya dan menunjukkan deretan gigi rapinya karena tersenyum lebar.
Kepala Jeno menoleh kemudian ia tersenyum senang saat menatap Renjun. "Kamu mau panggil saya kayak gitu?" Tanyanya.
"Iya atau mau yang lain?"
"Gak usah. Saya suka yang itu," jawab Jeno sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Renjun mengacungkan jempolnya. "Oke Mas Jenoku!"
🌌🌌🌌
"Le, Jwi, kalau tiga hari ke depan gak masuk kuliah gimana?" Tanya Jeno saat mereka sedang santai bermain game bersama.
"Mau kemana emangnya, Yah?"
"Ke rumah orangtuanya Renjun."
"Lamaran?!" Pekik Chenle karena kaget dengan rencana ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Astrologer || NoRen
FanfictionJaman sekarang masih ada yang percaya sama ramalan astrologi? Ada. Malahan dia juga yang jadi tukang ramalnya. Huang Renjun adalah astrologer kebanggaan kampusnya. Dia hebat ngeramal nasib orang lain tapi malah bingung buat ngeramal nasibnya sendir...