Part 02

103 67 6
                                    


Di sebuah apartemen dua makhluk yang berbeda itu sedang duduk di balkon menikmati dinginnya malam. Membiarkan angin menerpa wajah rupawan mereka, meski salah satu dari mereka tidak bisa merasakan sentuhan angin itu. Hujan sudah berhenti sejak dua jam yang lalu, jadi mereka bisa menikmati malam bersama di balkon setinggi 17 lantai.

Beberapa jam yang lalu, lebih tepatnya saat seorang gadis cantik sedang mencari seseorang untuk dimintai bantuan. Seorang polisi yang sedang patroli di sekitar sana menggunakan mobilnya berhenti sejenak dan keluar dari dalam mobil.

Gadis itu yang melihat sang polisi tentu saja merasa senang. Dia buru-buru menghampiri sang polisi dan merasuki tubuh polisi tersebut tanpa meminta izin terlebih dahulu pada si pemilik tubuh. Bagaimana bisa dia melakukan hal semacam itu? Tentunya bisa karena dia adalah roh dari orang yang sudah tiada. Seperti hantu-hantu yang ada di dalam film. Dia belum bisa pergi dari dunia manusia karena masih ada sesuatu yang belum dia selesaikan.

Sosok hantu itu membawa Jimin pulang dengan perantaran tubuh si polisi. Kebetulam di saku Jimin terdapat dompet yang berisikan uang dan beberapa kartu, termasuk kartu identitas. Jadi dia tahu Jimin tinggal disalah satu apartemen yang ada di Kota Seoul. Dan dengan sigap dia membopong pria yang sedang tidak sadarkan diri itu, cukup berat, walaupun tubuhnya terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan tubuh si polisi.

* * * * *

Jimin selalu mencuri pandangan pada hantu cantik di sampingnya itu. Wajahnya pucat, tapi tidak membuatnya terlihat menyeramkan. "Siapa namamu? Kenapa kau mencegahku bunuh diri?" tanyanya memecahkan keheningan di antara mereka. Si hantu yang sibuk dengan dunianya sendiri berhembus jengah "Aku Lee Taerin. Aku mencegahmu karena aku gadis baik, jika tidak kau pasti sudah bertemu malaikat maut sekarang," ujar Taerin tanpa menatap lawan bicaranya. Jimin merolingkan matanya sebal. Ternyata gadis hantu di sampingnya ini tidak berbahaya, tetapi sifatnya sangat menyebalkan.

Tadi Jimin sempat kaget dan panik mendengar cerita dari Taerin yang mengatakan bahwa dia, gadis cantik itu, adalah sesosok hantu. Jimin bahkan sampai melemparkan barang-barang didekatnya untuk mengusir Taerin. Tapi tidak mempan, walaupun barang-barang yang Jimin lempar mengenai Taerin, barang itu tembus tanpa meninggalkan luka pada gadis tersebut. Iyalah tembus, dia itu hanya jiwa tanpa raga, wujudnya saja hampir transparan.

Mengingat tingkah dan wajah konyol Jimin yang ketakutan hanya akan mengundang tawa keras Taerin. Untungnya dia bisa meyakinkan pria itu bahwa dia tidak berbahaya. Tetapi sesudah mempercayai ucapan Taerin, Jimin palah dibuat jengkel. Bagaimana tidak jengkel. Ucapan Taerin terkadang membuat Jimin merasa tersindir, bahkan nada-nadanya terdengar seperti mengejek.

Taerin menoleh ke arah Jimin sambil menyunggihkan senyumannya. "Kau sedang ada masalah?" tanyanya. Jimin menunduk, enggan untuk menatap gadis itu "Ah itu... Hanya masalah percintaan". Taerin mengangguk paham, dia mengerti perasaan yang sedang Jimin rasakan. Cinta memang mendebarkan, tetapi tidak dapat dipungkiri juga kalau cinta juga dapat membuat hati seseorang merasa tersakiti. Manusia bisa digambarkan sebagai tokoh game dalam sebuah permainan. Mereka tidak memainkan tetapi malah dipermainkan oleh perasaan yang dinamakan cinta.

"Hei boy, patah hati itu hal yang wajar, tapi jangan sampai kau kehilangan nyawa hanya karena masalah seperti itu ... ahaha," ucap Taerin disertai kekehan ringan. Jimin menatap manik Taerin dengan tatapan sendu. "Ck, tapi aku berpacaran dengannya sudah sangat lama, rasanya sulit jika harus melepaskan dia begitu saja," ujarnya lirih. Rasa sakit kembali ia rasakan pada ulu hatinya. Sangat pilu sampai dia sendiri tidak bisa mengutarakannya dengan kata-kata.

Mengingat dulu dia berjuang mati-matian untuk meluluhkan gadis pujaannya. Siapa yang tidak kecewa jika perjuangan yang selama ini selalu dijalani, hanya mendapatkan rasa lelah saja. Setiap perjuangan pasti selalu ingin dihargai. Tapi semua tergantung pada orang yang kita perjuangkan. Sakit memang, takdir tidak selalu sama dengan ekspektasi yang kita inginkan.

Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang