Part 10

45 20 7
                                    

Keyra tersenyum tipis, dia menganggukan kepala yang membuat Taerin, Taeho, dan Yeon bingung apa maksud dari anggukan yang Keyra tunjukkan.

"Apa maksudmu noona? Aku tidak mengerti bahasa isyarat yang kau tunjukkan," celetuk Yeon bingung.

Oh ayolah, Keyra adalah tipe orang yang gengsinya setinggi langit. Mau mengatakan sesuatu saja harus dipikirkan sematang mungkin. Mereka bertiga memang tidak peka.

"Iya iya. Aku akan coba mengikhlaskan kepergian Taerin nantinya. Memang berat untukku, tapi setidaknya hal itu bisa membuat Taerin bahagia. Aku akan bahagia jika dia juga bahagia," ucapan Keyra membuat Taerin ingin menangis.

Taerin menghampiri Keyra dan memeluknya. Dia juga akan meminta tolong pada Jimin supaya bisa membantu ketiga temannya itu, siapa tahu Jimin mau membantunya.

Pagi itu mereka isi dengan perbincangan ringan dan sedikit candaan agar tidak menimbulkan kecanggungan di antara mereka.

* * * * *

Sekitar pukul sepuluh pagi, Jimin terbangun dari tidurnya. Untung sekarang hari Minggu, jadi dia tidak perlu tergesa-gesa pergi ke kampus. "Taerin kau dimana," panggil Jimin. Dengan langkah tak beraturan Jimin berjalan keluar dari kamar. Taerin yang sedang duduk manis di sofa menoleh ke belakang. Hazelnya menangkap sosok Jimin yang berdiri di depan pintu kamar sambil mengucek matanya.

Jimin duduk di samping Taerin, muka bantal Jimin terlihat sangat lucu dengan rambut berantakannya. "Kya mandilah! Kau sangat bau!!" teriak Taerin. Jimin mengernyit, dan kemudian terlintaslah ide jahil di otak Jimin.

"Hm, bau ya? Kalau ini bagaimana," ujar Jimin lalu mengangkat kedua tanganya ke atas. Ia mendekat pada gadis itu, membuat si gadis memekik tak karuan. "Jimin!!" teriak Taerin, Jimin tertawa puas melihat wajah kesal Taerin. Dia kembali ke kamarnya dan membersihkan diri.

Sejujurnya, tadi Taerin hanya bercanda mengatakan hal itu. Dia bahkan tidak bisa merasakan aroma apa-apa, bagaimana dia bisa tahu tubuh Jimin bau.

"Walaupun aku tidak bisa mencium aromanya ... tapi aku yakin tubuhnya itu memang bau," gumamnya.

Setelah berkunjung ke bangunan tua Taerin langsung pulang ke apertemen Jimin. Dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutnya tidak bisa ditunda-tunda lagi untuk menyampaikannya pada Jimin

Dua jam lebih Taerin menunggu Jimin selesai dengan rutinitas paginya. Entah apa yang dia lakukan di kamar mandi sampai selama ini. Apa mungkin dia tertidur di kamar mandi? Tapi tidak mungkin, Jimin tidak seperti Jungkook yang sangat suka berlama-lamaan di dalam kamar mandi. Apalagi hanya untuk mencuci pakaian, Jimin lebih memilih pakai jasa laundry daripada turun tangan sendiri.

"Aku jadi merindukan Jungkook, huft ... kira-kira apa yang sedang dia lakukan di hari Minggu ini. Apa dia sedang berolahraga seperti biasanya," terkanya.

Tanpa disadari dari balik pintu kamar, Jimin mendengarkan semua ocehan Taerin. Sedalam itukah cinta Taerin terhadap Jungkook, batin Jimin. Di sini bukan hanya Jimin yang menjadi pihak dengan hati yang tersakiti. Tetapi semua pihak merasa tersakiti karena dipermainkan oleh takdir. Jika bisa diibaratkan, mereka seperti pion dalam permainan catur. Maju menunggu si pemain memainkan pionnya.

Tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi, Jimin keluar dari kamar dan berjalan menghampiri Taerin. Wajahnya memperlihatkan senyuman yang sedikit dipaksakan. Taerin sadar akan hal itu, namun dia berusaha agar tidak mengganggu usaha Jimin yang ingin terlihat baik-baik saja.

Jimin memiringkan kepalanya, menatap wajah yang disuguhkan tanpa senyuman. Ada apa dengan gadis di sampingnya, kenapa terlihat murung seperti itu. Tidak ingin merasa penasaran akhirnya Jimin bertanya.

"Kau kenapa? Apa ada masalah?" Pertanyaan Jimin membuat Taerin menggeleng.

"Tidak ada. Aku hanya ingin memberi tahu rencanaku padamu," balasnya.

Jimin mengerutkan keningnya, rencana apa yang di maksud Taerin. "Katakan saja. Aku pasti mendengarkannya," ucap Jimin santai. Dia memang sangat peka, berbanding terbalik dengan Taerin.

Taerin mulai menjelaskan rencana yang telah ia buat untuk mengambil tubuhnya dari sang kekasih. Mungkin sedikit berbahaya, tapi tidak menutup kemungkinan rencana yang ia buat akan berjalan lancar. Taerin juga meminta tolong pada Jimin agar membantu ketiga temannya yang terjebak di bangunan tua. Jimin mana bisa menolak permintaan Taerin, dia akan berusaha semaksimal mungkin supaya bisa membantu roh-roh yang terjebak di bangunan tua.

Di sisi lain, seorang wanita paruh baya sedang memandang ke arah Sungai Han. Duduk di kursi panjang yang tersedia sambil menikmati aroma bunga yang dia pegang di tangannya. Bunga yang melambangkan kematian bagi masyarakat dari negara-negara bagian Asia Timur.

Dia adalah penjual bunga yang pernah secara tidak sengaja bertemu dengan Taerin. "Kematiannya semakin dekat. Apa Tuhan menginginkan mereka untuk selalu bersama? Hm ... mengapa takdir selalu mempermainkan gadis malang itu," gumamnya.

Si penjual bunga melihat ke kursi panjang yang terletak tidak jauh dari dirinya. Di sana ada seorang pemuda tengah memegang secarik kertas berisikan coretan tangan. Dia perhatikan betul wajah pemuda itu dan sedikit mengulas senyuman ketika matanya melihat dengan sangat jelas wajah pemuda tersebut.

"Entah mengapa orang-orang lebih memilih bunga mawar untuk menunjukkan rasa cintanya," ucap si penjual bunga sembari membenarkan bunga dagangannya.

Beberapa orang yang tengah bersantai di sana beberapa kali menghampiri si penjual bunga dan beberapa dari mereka lebih banyak yang membeli bunga mawar. Bukankah bunga mawar memiliki duri yang tajam, bisa saja mereka membuat kulit pasangan mereka tertusuk durinya.

Si penjual bunga terkekeh kala menyadari pemuda yang sempat ia pandang mengeluarkan senyuman kecil saat melihat polaroid yang terpasang apik di bagian belakang ponselnya. Tapi seperdetik kemudian senyuman itu pudar dan digantikan oleh tetesan air mata.

Penjual bunga cukup prihatin memandangnya. "Bunga mawar mewakili cinta yang menyakitkan. Kelopak bunganya memang terlihat sangat indah, tapi duri pada tangkainya cukup menyakitkan saat dipegang," gumamnya.

To be continued....

(Yuk supportnya, tinggal beberapa part lagi ending nih)

Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang