Part 07

57 24 4
                                    

FLASHBACK

Jungkook sedang berada di dalam mobil ditemani oleh sebuah buku diary yang berada dipangkuannya. Tidak bisa dipungkiri betapa bahagianya dia hari itu. Orang tuanya sudah memberikan restu padanya untuk menikahi Taerin, kekasihnya. Dia mencantumkan kebahagian yang tengah dia rasakan dalam bentuk tulisan panjang yang menggambarkan sebahagia apa dirinya kala itu.

"Besok aku akan melamarnya, dan setelah dia lulus, aku akan menikahinya ehm," gumam Jungkook.

Senyum merekah terbit begitu saja, seakan senyuman yang dia ukir menjadi ungkapan bahwa dirinya sedang dilanda kebahagiaan. Jungkook menutup buku diary miliknya setelah selesai mengoles garisan tinta di dalam sana. Dia menaruh buku itu di dalam laci dashboard mobil, lalu setelahnya dia pergi ke sebuah toko untuk mengambil cincin yang sudah dia pesan beberapa hari lalu.

Jungkook pulang saat hari sudah malam, besok pagi dia akan berangkat ke rumah Taerin yang berada di Kota Gosan. "Taerin sayang, aku akan membuatmu bahagia. Kau milikku dan aku milikmu, selamanya," ucap Jungkook.

Senyum manis Jungkook terus terpancar dari wajah tampannya. Dia mungkin dikenal sangat dingin, tapi jika itu menyangkut gadisnya, dia akan berubah menjadi pria yang sangat hangat dan penuh kasih sayang.

Dia keluar dari mobil dan hendak masuk ke dalam kediamannya. Baru saja tangannya memegang gagang pintu, tetapi deringan ponsel di dalam sakunya membuat dia menghentikan aktifitasnya.

Jungkook terpaku, tubuhnya menegang saat si penelpon membuka suara dari sebrang sana. "H-hyung jangan bercanda, tidak lucu tahu," ucapnya pelan. Suara Jungkook bergetar, dia berada di antara percaya dan tidak percaya pada kata-kata yang baru saja Taemin ucapkan. Sesekali tawa renyah keluar dari mulut Jungkook.

"Dengarkan baik-baik voice note ini, setelah mendengarnya terserah kau mau percaya atau tidak," ucap Taemin dari seberang sana. Tak lama kemudian Taemin mengirim sebuah voice note berdurasi satu menit. Jungkook buru-buru membukanya, semoga saja apa yang Taemin ucapkan hanya omong kosong belaka.

Deg ... Jungkook mematung mendengar isi voice note tersebut, matanya mulai memanas bersamaan dengan rahang yang mengeras. "Brengsek!! Apa yang kau lakukan pada gadisku eoh!!" teriaknya setelah mengangkat telepon kedua dari Taemin. "Aku hanya membantu malaikat maut mengerjakan tugasnya, hahaha!" Tawa jahat Taemin menggelegar di telinga Jungkook. Taemin mengirimi sebuah foto dan sebuah lokasi pada Jungkook, setelah itu sambungan diputus secara sepihak oleh Taemin.

Kini Jungkook tengah dilanda emosi, matanya memerah saat melihat foto gadisnya bersimbah darah. Dia berlari kembali ke mobilnya dan menjalankan mobilnya. Menyalakan GPS dan bergerak ke tempat yang Taemin beri tahu.

Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat tersebut karena letaknya yang berada di pinggiran kota. "Aku tidak akan mengampunimu Lee Taemin! Menyakiti gadisku, sama saja kau memanggil ajalmu," geram Jungkook.

Dirinya sedang dikuasai amarah saat ini, urat-urat di tangan dan leher Jungkook menonjol. Wajah pria itu memerah ketika mengingat gambar Taerin yang bersimbah darah. Dia membawa mobil dengan kecepatan tinggi, tidak peduli jika ia melanggar lampu merah berkali-kali. Yang ada dipikirannya sekarang adalah keadaan sang kekasih. Semoga saja dia tidak terlambat setibanya sana.

Sesampainya di tempat yang Taemin beri tahu, Jungkook langsung masuk ke dalam bangunan tua itu. Pandangannya menangkap sesosok gadis yang tergeletak lemas dengan genangan darah di lantai. Dia berlari menghampiri Taerin dan memangku kepala sang kekasih di pahanya.

"Ta-Taerin? Sa-sayang, bangun eoh! Kumohon bangun hiks, jangan pernah meninggalkanku sayang hiks," pinta Jungkook. Dia terus menepuk pelan pipi gadisnya. Air mata Jungkook bercucuran melihat kekasihnya terbaring tidak berdaya.

Tanpa pikir panjang, Jungkook membopong tubuh Taerin dan memasukkannya ke dalam mobil. Jungkook melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat di Kota Seoul. "Sayang kamu harus bertahan hmm? K-kita akan segera sampai di rumah sakit, bertahanlah," tutur Jungkook, dia terus menggenggam tangan Taerin dengan satu tangannya, berharap Taerin masih bisa bertahan.

Sesampainya di rumah sakit Jungkook berlarian dengan tangan menggendong tubuh sang kekasih. "Dokter tolong kekasihku!! Dok, kumohon selamatkan dia. Berapa pun biayanya, kumohon selamatkan dia!" teriaknya. Para perawat membawa Taerin yang ada di bankar ke dalam ruang UGD. Sedangkan dokter berusaha menenangkan Jungkook yang tengah khawatir dan meminta Jungkook menunggu di depan ruangan.

"Tuhan kumohon selamatkan gadisku, selamatkan kekasihku. Aku tidak mau kehilangan dia hiks." Jungkook terus merapalkan doa untuk sang kekasih.

Pagi harinya, Taerin menjalankan operasi besar, tapi keadaan Taerin sama sekali tak mengalami perubahan setelah operasi dilaksanakan. Mata indah Taerin masih tertutup rapat layaknya putri tidur dicerita dongeng. Keadaannya kritis, dia masih berada di ambang kematian. Kini Taerin sudah dipindahkan ke ruang rawat, tapi tetap dalam pengawasan yang ketat. Jungkook sama sekali tidak beranjak dari ruang rawat Taerin, dia selalu setia berada di samping gadisnya.

"Sayang aku keluar sebentar ya? Suster akan menjagamu di sini. Aku janji hanya 15 menit saja, tidak lebih," ujar Jungkook mengelus lembut kepala Taerin. Dia mengecup sekilas tangan dingin kekasihnya, lalu meninggalkan sang kekasih bersama seorang perawat yang ditugaskan khusus untuk merawat Taerin.

Beberapa menit kemudian Jungkook kembali ke ruangan Taerin setelah mengambil buku dan sebuah paperbag. Tapi dirinya dibuat bingung saat melihat dokter dan perawat berlarian panik ke ruang rawat kekasihnya. Jungkook sontak ikut panik, dia berlari dan bertanya pada salah satu perawat.

"Apa yang terjadi!?" Jungkook bertanya dengan suara yang tinggi membuat sang perawat sedikit ketakutan. "Nona Taerin sangat kritis tuan, dia kejang-kejang lagi seperti kemarin malam, maaf," jawab perawat tersebut. Jungkook terduduk lemas di kursi, dia mengusap wajahnya kasar. Dia melihat Taerin yang sedang ditangani oleh dokter dari balik pintu kaca. Air matanya menetes kembali, sangat menyakitkan ketika melihat orang yang disayanginya dalam keadaan yang amat memprihatinkan.

Tidak lama setelah itu, dokter keluar dari ruangan Taerin "Bagaimana dokter? Kekasihku baik-baik saja, kan?" tanya Jungkook dengan suara memburu. "Untuk saat ini nona Taerin baik-baik saja. Tapi dia tidak boleh lengah dari pengawasan kami, " balas si dokter. Jungkook bernapas lega, setidaknya nyawa Taerin masih bisa tertolong.

Matahari mulai meninggi, panasnya lebih menyengat dari sebelumnya. Jungkook tertidur di kursi samping ranjang rumah sakit dan menjadikan buku sebagai bantalan. Tidak lama dari itu, dokter datang untuk memeriksa keadaan Taerin, tapi ada yang janggal di sini.

"Kenapa tubuh nona Taerin sangat pucat dan dingin," gumam dokter tersebut. Dia meraih tangan Taerin, tapi dia sangat terkejut saat tidak merasakan denyut nadi dari tangan Taerin. Dokter mendekat ke atas mengecek detak jantung dan hembusan napas Taerin "T-tidak mungkin," kejutnya.

Jungkook terbangun karena merasakan pergerakan di sekitarnya. Dia mengucek matanya sambil melihat sekeliling. "Loh dokter? Kenapa selang infusnya dilepas?" tanya Jungkook kala melihat semua alat yang melekat di tubuh Taerin dilepas. "Maaf tuan, kami sudah berusaha sebisa kami. Tapi nona Taerin sudah tidak bernapas, dia sudah menghembuskan nafas terakhirnya beberapa saat yang lalu," ucap sang dokter.

Bugh. Satu pukulan pria berjas putih itu dapatkan dari tangan berotot Jungkook. "Beraninya kau mengatakan itu!! Dia tidak mungkin meninggalkanku bodoh!!" bentaknya. Jungkook menarik kerah baju dokter itu sampai tubuh sang dokter sedikit terangkat ke atas.

Baku hantam pun tidak dapat dihindari lagi. Jungkook melayangkan pukulan kerasnya pada dokter itu sampai membuat wajah sang dokter mengeluarkan darah. Semua perawat yang ada di dalam ruangan Taerin sudah berusaha menghentikan Jungkook, tapi nihil. Tenaga Jungkook seakan bertambah meski seharian ini dia belum menyentuh makanan sedikit pun.

"Dia tidak mungkin meninggalkanku hiks, tidak mungkin!! Kalian pasti salah!! Taerin tidak mungkin meninggalkanku sendiri hiks!!" teriak Jungkook histeris. Bahkan dokter yang menangani Taerin sudah dibuat lemas akibat pukulan Jungkook. Bukannya tidak bisa melawan, tapi sang dokter membiarkan Jungkook melampiaskan semua perasaannya yang kehilangan sosok Taerin.

To be continued....

















Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang