Part 03

88 62 3
                                    


Matahari mulai menjalankan rutinitasnya di pagi hari. Membangunkan penghuni bumi dengan kehangatan sinarnya yang sangat menyilaukan mata. Sudah dua hari setelah kejadian di mana Jimin akan melakukan aksi bunuh dirinya, tetapi berhasil dihentikan oleh Taerin.

Selama dua hari itu pula, Taerin tinggal di apartemen Jimin. Bukan apa-apa, tapi Jimin ingin Taerin tinggal bersamanya dan menemaninya agar dia memiliki teman yang bisa diajak mengobrol selain teman manusianya. Lagi pula, di apartemen Jimin hanya tinggal sendiri, jadi tidak ada alasan untuk Taerin menolak tawaran Jimin.

Meski belum mengenal Taerin terlalu lama, Jimin selalu merasa nyaman saat berada didekat gadis itu. Untuk Taerin sendiri, dia adalah sosok yang ramah dan senang berinteraksi jadi mudah saja baginya untuk tinggal bersama Jimin berdua. Toh selama ini juga dia hanya tinggal di sebuah bangunan tua yang sudah tak berpenghuni. Hanya ada hantu di sana, sebagian dari mereka merupakan korban dari kecelakaan kerja.

Pagi mereka kini diawali dengan sebuah teriakan melengking dari kamar Jimin. Taerin yang tadinya sedang berada di ruang tengah terlonjak kaget dan buru-buru menghampiri Jimin di kamarnya.

"Yak kenapa kau berteriak di pagi yang indah ini eoh!?" teriaknya seketika berubah saat melihat ada hantu lain di dalam kamar Jimin. Mata hantu itu merah, beda halnya dengan Taerin yang bermata normal seperti manusia pada umumnya. "Jimin, cepat menjauh dari dia!!" Taerin menatap tajam ke arah Jimin yang sedang ketakutan di sudut kamar.

Jimin yang mendengar titahan Taerin langsung berlari ke arahnya. Keringat dingin turut menghiasi wajah rupawan Jimin yang sudah berpakaian lengkap ala anak kuliahan. "Ta-Taerin, d-dia tadi dia mau mencekikku," ujar Jimin terbata-bata akibat rasa takut yang terus menjalar diseluruh tubuhnya. Padahal dia kira hanya bisa melihat Taerin saja, tapi nyatanya tidak.

Taerin tidak menggubris ucapan Jimin, dirinya terus terfokuskan pada sosok hantu di depan sana yang sangat menyeramkan. Mata merah, tubuh penuh darah, dan tidak lupa pakaian yang sudah tercabik-cabik tak beraturan.

"Apa yang membawamu datang ke sini?" tanyanya pada hantu itu. Sedangkan lawan bicaranya hanya diam dengan lidah yang terus menjulur keluar. Tatapan nyalang tidak henti-hentinya dia lemparkan pada Taerin, seakan kehadiran Taerin di sana membuat dirinya naik pitam. "Kutanya sekali lagi, apa yang membawamu datang ke sini dan mengganggu penghuni apartemen ini!?" Pekik Taerin sudah mulai geram menghadapi sosok yang dengan lancangnya masuk ke dalam apartemen Jimin.

Hantu itu terus diam, Taerin yang sudah tidak tahan lagi melihat hantu itu menyuruh Jimin mengambil garam di dapur. "Taburkan pada tubuhnya, jangan lalai atau kau yang akan disakiti olehnya," titah Taerin menginstruksi. Jimin menurutinya, dan setelah menabur garam, hantu bermata merah itu menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.

Taerin tersenyum melihat cara yang pernah ibunya katakan untuk mengusir roh jahat dengan menggunakan garam berhasil. Padahal dulu dia selalu bilang cara itu sangat tidak masuk akal, tapi lihatlah sekarang. Dia menggunakan cara tersebut dan tersenyum bangga setelah mengetahui hasilnya secara langsung. "Dia sudah pergi. Cepat selesaikan ritual pagimu itu, lalu pergi ke kampus," gumam Taerin sambil berkacak pinggang. Taerin memandang Jimin seperti seorang ibu yang menyuruh anaknya pergi ke sekolah. Jimin mendesis sembari meletakan botol garam dapur di tangannya ke tempat semula.

"Huh, aku sangat terkejut melihat hantu seram tadi muncul tiba-tiba di dalam kamarku. Apa dia temanmu?" Taerin yang sedang melayang di udara seketika mendelik horor mendengar ucapan ngasal Jimin. "Jika dia temanku untuk apa aku mengusirnya? Akan lebih baik jika aku membiarkan hantu itu mencekikmu sampai kau menjadi hantu seperti diriku," cicit Taerin. Jimin tertawa ringan dan menggelengkan kepala melihat respon yang gadis itu berikan.

* * * * *


S

ekarang Jimin sedang dalam perjalanan menuju kelasnya di sebuah kampus besar di Kota Seoul. Tidak lupa di sebelahnya ada Taerin yang menatap kagum interior kampus yang kelewat megah, pasti isinya anak konglomerat semua. "Woah, aku baru tahu ada kampus sebagus ini di Seoul," ujar Taerin membuat Jimin terkekeh gemas.


Beberapa menit kemudian Jimin sudah berada di kelasnya, di sana juga sudah ada dosen yang mengisi kelas pagi hari ini. Sekilas semuanya berjalan lancar, tetapi tidak di menit-menit terakhir.

Saat dosen sedang menjelaskan materi, Jimin tidak bisa fokus sama sekali karena Taerin yang terus bergentayangan di dalam kelas. Dan beberapa kali berbuat jahil pada penghuni kelas seperti meniup wajah mereka dan menjatuhkan sesuatu yang membuat mereka semua terkejut. Si pelaku hanya tertawa senang melihat akibat dari ulahnya.

Bukan hanya terkejut, mereka juga dibuat merinding dengan suasana kelas yang tidak biasa karena kehadiran Taerin di sana. Si pelaku hanya tertawa senang melihat akibat dari ulahnya. Benar-benar hantu yang menyebalkan.

Kelas hari ini telah berakhir, di dalam kelas hanya menyisakan Jimin yang sedang membereskan buku-bukunya sambil mengoceh tidak jelas. Taerin bahkan sampai dibuat bungkam karena tidak diberi kesempatan untuk berbicara. "Apa kau tidak bisa diam saat sedang berada di dalam kelas eoh? Mereka menjadi tidak tenang karena ulahmu tahu," gerutu Jimin.

Taerin hanya terkekeh mendengar ocehan Jimin yang terlihat menggemaskan di matanya. "Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi hehehe," gumam Taerin. Jimin menggelengkan kepala dengan tingkah polah Taerin. Tapi walau begitu, dia juga ikut dibuat tertawa melihat kelakuan hantu itu.

Mereka keluar dari kelas dan berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobil Jimin. Wajah mereka terlihat berseri. Tapi beberapa detik kemudian, wajah berseri Taerin berubah menjadi tanpa ekspresi.

"Kenapa Taerin. Apa ada yang membuatmu terganggu?" tanya Jimin yang menyadari perubahan sikap Taerin. Taerin menoleh ke arah Jimin dengan tatapan serius "Jiminie, lebih baik kau lewat jalan lain saja, jangan lewat jalan dekat taman," pintanya.

Jimin mengernyit bingung "Tapi kenap-" ucapan Jimin terhenti karena Taerin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. "Ck kebiasaan," cibirnya.

Jimin masuk ke dalam mobil, dia melajukan mobilnya dan keluar dari area kampus. Dia juga mengikuti apa yang Taerin katakan tadi untuk memilih jalan pulang yang lain. Dalam perjalanan pulang, Jimin selalu bertanya-tanya kemana Taerin pergi. Dan, kenapa dia hilang secara tiba-tiba, juga menyuruhnya pulang melewati jalan yang berbeda.

Pasti ada alasannya. Tidak mungkin dia pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu jika tidak ada apa-apa, batin pria Park itu.

Baru saja Jimin masuk ke apartemennya tapi dia tidak merasakan keberadaan Taerin. Dia kira Taerin sudah lebih dulu sampai karena menghilang begitu saja meninggalkan dirinya. "Aish kemana dia, kenapa tidak ada di apartemen? Dasar hantu menyebalkan," gerutunya kesal. Jimin melenggang pergi menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Dia berpikir sederhana, mungkin Taerin masih dalam perjalanan pulang.

Setelah selesai mandi, Jimin keluar dari kamarnya dan berniat untuk menonton acara TV. Tetapi, baru beberapa menit dia menyalakan TV, dirinya dibuat terkejut bukan main saat melihat berita yang disiarkan secara langsung di sebuah acara TV. Kecelakaan besar yang menelan banyak korban telah terjadi di jalan yang biasa ia lalui saat pergi ataupun pulang dari kampus. Jimin mematikan TV-nya. Keringat dingin keluar dari pelipis pria itu, dia terlihat syok melihat tayangan berita di TV barusan.

"Jadi ini alasan Taerin melarangku melewati jalan itu," ucap Jimin bermonolog. Dia seperti baru saja selamat dari mimpi terburuknya. Dan itu semua berkat Taerin.

Hari sudah mulai gelap, tapi Taerin belum juga kembali sedari tadi. Wajah Jimin terlihat sangat gelisah, dia takut terjadi sesuatu pada gadis itu. Bahkan Taerin tidak mengatakan kemana dia akan pergi, hal itu semakin membuat Jimin bertambah cemas.

To be continued....

Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang