Taemin yang dari bawah sana menyadari dirinya sedang diperhatikan menoleh ke arah jendela kamar Taerin. Dia menyeringai jahat ketika menangkap basah dua orang pria yang tengah melayangkan tatapan tajam padanya. Dia bergumam tanpa suara seolah mengatakan 'Let's play'.
Sedangkan di atas sana Seokjin sudah dilanda kepanikan setelah melihat seringaian yang Taemin perlihatkan. Namun Jimin hanya memasang ekspresi datar saja melihatnya. Mengingat sosok Taemin lah yang membunuh Taerin, rasa takut dalam diri Jimin seakan terhempas begitu saja.
Polisi dan ambulans belum ada yang datang, tidak ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. "Aku tidak akan membiarkan dia," geram Jimin menggertakan giginya.
Langkah besar Jimin membuat Seokjin tercengang, apa-apaan Jimin ini. Taemin membawa pistol, bisa saja dia melukai orang-orang yang ada didekatnya. Kenapa Jimin jadi nekat seperti ini. "Jimin jangan gegabah, dia membawa senjata. Kau mau cari mati menghadapi dia dengan tangan kosong, eoh!" bentak Seokjin menahan pergelangan tangan Jimin.
Mata Jimin melirih ke arah tangan Seokjin yang mencekal tangannya. Dia tidak mendengarkan ucapan Seokjin, ia hempaskan cekalan tangan Seokjin dan bergegas ke lantai bawah.
"Nyalinya besar sekali. Apa dia kerasukan Taerin," gumam Seokjin menatap heran punggung Jimin yang semakin menjauh.
Sementara itu di lantai bawah Taemin mendobrak kuat pintu utama kediaman Jungkook hingga membuat pintu tersebut rusak. Dia melangkah masuk ke dalam rumah megah milik kekasih adiknya. Tatapan maut dari Taemin membuat suasana semakin mencengkeram. Ditambah lagi seringaian jahat yang sesekali terukir kecil di wajahnya.
Tapi bagaimana bisa Taemin mengetahui tempat tinggal Jungkook. Bukankah Jungkook dan Taerin tidak pernah memberi tahu siapa pun sejak awal, bahkan orang tua mereka. Sepertinya kedatangan Taemin bukanlah kabar yang baik untuk mereka semua. Apalagi dengan membawa senjata api seperti itu. Apakah sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini. Hm, entahlah.
"Tidak disangka ... ternyata anak kecil itu bergelimang harta juga ya, sampai-sampai bisa memiliki rumah semegah ini," gumam Taemin berdecak kagum melihat isi rumah Jungkook.
Taemin mengitari ruangan luas yang berisi interior-interior mewah. Setiap sudut di rumah Jungkook terdapat foto sang adik, jadi bisa dia tebak secinta apa Jeon Jungkook pada adiknya yang telah tiada. Bisa-bisanya pria seperti Jungkook tidak pernah berpaling sedikit pun dari satu gadis.
Pria bermarga Lee itu masih asik melihat-lihat isi rumah Jungkook, sampai tidak sadar ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya sejak awal masuk ke dalam kediaman Jungkook.
Jimin menatap datar kakak dari Lee Taerin, sedangkan Seokjin yang ada di sampingnya terus waspada pada Taemin. "Apa yang sedang kau cari, Lee Taemin," celetuk Jimin.
Atensi Taemin teralihkan oleh suara Jimin, dia menatap Jimin remeh. "Wah apa ini? Jungkook menyuruh kalian menjaga adikku ya? Hm," ucap Taemin disertai senyuman miring. Jimin tertawa kecil mendengar ucapan Taemin barusan. "Apa ada seorang kakak yang membunuh adik kandungnya sendiri?" tanya Jimin semakin menantang.
Tawaan keras Taemin menggema di ruangan itu membuat Seokjin dan Jimin menatapnya aneh. Dia benar-benar gila, batin Seokjin.
Taemin menggelengkan kepalanya, dia tidak suka meladeni orang-orang tidak berguna seperti mereka berdua. Dia memilih pergi dari sana dan berniat naik ke lantai atas di mana kamar Taerin berada. Belum sampai melewati Jimin dan Seokjin tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Seokjin.
Tatapan Taemin menajam, dia paling tidak suka diusik, apalagi dihalangi seperti sekarang. "Maaf, tapi Anda tidak boleh bersikap lancang seperti ini di rumah orang lain," cegat Seokjin berusaha mungkin untuk mengulur waktu sampai polisi datang.
Bukankah mereka berdua juga sama seperti Taemin? Masuk ke rumah orang tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada si pemilik rumah. Lupakan itu, kembali lagi pada ketiga pria ini. Jimin tidak tinggal diam saja, dia berusaha menghubungi kembali polisi yang sedang dalam perjalanan, berharap mereka datang lebih cepat sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
Bugh! Satu pukulan Seokjin dapatkan dari kepalan tangan Taemin hingga dirinya terhempas dan membentur dinding. Jimin yang melihat Seokjin dipukul buru-buru menghampiri Seokjin. Mendapatkan kesempatan itu, Taemin meneruskan langkahnya menaiki tangga.
"Hyung kau tidak papa?" tanya Jimin khawatir. Seokjin menggeleng pelan sembari memegangi kepalanya yang mengeluarkan darah. "Aku tidak papa. Cepat kau cegah dia, jangan sampai dia berbuat macam-macam pada tubuh Taerin," pekik Seokjin. Jimin mengangguk, dia beranjak dari sana dan pergi menyusul Taemin.
Taemin sudah sampai di kamar Taerin, dapat dia lihat tubuh sang adik yang terbaring tak bernyawa di atas kasur. "Hmm ... ternyata kau masih ada di sini ya. Appa sudah pergi menjemputmu, tapi ternyata kau masih di sini ... hahaha," ucap Taemin berjalan mendekati kasur yang di tempati sang adik.
Dia menodongkan pistolnya ke arah Taerin dan bersiap menembaknya ketika sudah bener-benar dekat. "Kau diperlakukan layaknya seorang putri yang tertidur lama karena kutukan. Di dalam dongeng itu kisahnya berakhir bahagia, tapi sepertinya di kisah ini ... ceritanya akan berakhir dengan sangat menyedihkan," ucap Taemin tanpa memiliki belas kasih sedikit pun.
Dia menarik pelatuknya dan ingin melepaskan tembakannya tepat di kepala Taerin. Tapi sebelum itu, Jimin datang dan menepis tangan Taemin sampai pistolnya terlepas dari tangan Taemin.
"Apa kau tidak puas menyiksanya sampai dia kehilangan nyawanya! Bahkan di saat dia sudah tidak bernyawa, kau masih ingin menyakitinya? Di mana jiwa kemanusiaanmu Lee Taemin!!" bentak Jimin. Amarahnya sudah menggebu-gebu sampai tidak bisa menahannya lebih lama lagi.
Tapi sepertinya Taemin tidak peduli dengan ucapan Jimin, dia malah melayangkan tinjuan pada wajah Jimin. Tidak hanya itu, dia memukul tubuh Jimin berkali-kali hingga cadangan oksigen dalam tubuh Jimin mulai berkurang. Jimin berusaha mengumpulkan tenaganya dan membalas pukulan yang Taemin berikan. Mereka semakin membabi buta, saling memukul satu sama lain tanpa ada yang mau mengalah.
Di kala Jimin sedang lengah, Taemin mengambil pistolnya yang terjatuh ke lantai tanpa Jimin sadari. Jarak mereka lumayan berjauhan dengan Jimin yang masih sibuk meraup oksigen.
Taemin mengarahkan pistolnya ke arah Jimin dan bersiap menembak dada Jimin. "Sepertinya kau mencintai adikku. Aku akan membantumu agar bisa bersama dengan adik sialanku itu ... sampai jumpa," ucapan Taemin disusul dengan bunyi tembakan yang dilepaskan. Tidak hanya sekali, tapi tiga kali sampai-sampai Seokjin dan polisi yang sedang menaiki tangga buru-buru menghampiri mereka.
Mata Jimin terpejam erat kala mendengar suara tembakan dari Taemin. Bahunya melemas ketika suara itu sudah tidak terdengar lagi. Tapi tunggu. Ada yang aneh di sini. Kenapa dia tidak merasakan rasa sakit sedikit pun. Apa dia sudah menjadi hantu seperti Taerin?
To be continued....
![](https://img.wattpad.com/cover/274190576-288-k427324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Rain
FanfictionMenceritakan roh seorang gadis yang berkeliaran di dunia manusia. Dirinya tidak bisa pergi ke alam baka dengan tenang karena jasadnya yang belum ditemukan setelah sekian lama. Dan, di saat ia sedang berjalan-jalan menikmati suasana hujan, dirinya be...