Part 04

87 59 11
                                    

"Hei boy, kau belum tidur?" tanya Taerin yang tiba-tiba muncul di depan Jimin. Jimin yang sedang duduk menunduk di sofa depan TV langsung mendongakan kepalanya, matanya berbinar saat melihat sosok yang sedari tadi ia pikirkan muncul dihadapannya.

"Kau ini darimana saja eoh? Kau tahu?! Aku sangat mencemaskanmu bodoh!!" Runtuh sudah pertahanan Jimin. Matanya yang sedari tadi memerah menahan air mata yang hampir tumpah dari kelopak matanya, kini air mata itu jatuh begitu saja tanpa izin dari si empu. Taerin yang melihat air mata Jimin perlahan turun mengalir di pipi gembul pria tersebut sontak menjadi gelagapan tak karuan.

"Yak kau kenapa eoh? Apa kau sakit?!" Jimin menghapus kasar air matanya. Dia menggeleng samar dan mengulas senyum tipis pada gadis menyebalkan dihadapannya.

Ingin sekali Jimin membawa sosok di depan itu ke dalam dekapannya. Namun dia sadar, dunia mereka berbeda, bahkan untuk menyentuh Taerin saja dia tidak bisa. "Aku mencemaskanmu, berita kecelakaan di jalan itu membuatku tak tenang," lirih Jimin. Sudah Taerin duga, Jimin pasti sangat syok setelah mengetahui tentang kecelakaan tadi sore.

Melihat Taerin yang masih diam dan belum menjawab pertanyaan pertamanya membuat Jimin bingung. Gadis itu jadi tidak banyak bicara setelah datang kembali, apa telah terjadi sesuatu pada Taerin. "Kau belum menjawabku Taerin, kau dari mana saja?" Jimin mengulangi pertanyaannya tadi.

Taerin menghela nafas berat, apakah dia harus bilang pada lelaki dihadapannya. Atau harus terus memendam semuanya sendiri. "Setelah melihat kecelakaan tadi sore aku pergi sebentar untuk mencari keberadaan tubuhku," gumamnya terdengar miris.

Jimin terdiam sejenak, dia tahu apa yang sedang Taerin rasakan saat ini. Semua manusia yang sudah tiada pasti akan sedih dan tidak tenang karena tubuhnya yang tidak disemayamkan dengan layak. Sama seperti Taerin yang tidak akan bisa pergi sebelum tubuhnya ditemukan dan disemayamkan dengan layak. Apa aku harus membantunya? Tapi jika aku membantunya, aku akan kehilangan dia, batin Jimin termenung.

Sikap Taerin memang selalu membuat Jimin nyaman. Siapa sangka Jimin mulai menyimpan perasaan pada hantu cantik itu. Wajah jelitanya bahkan mampu menghipnotis para lelaki yang melihatnya. Tak heran jika Jimin bisa cepat move on dari sang mantan.

Mungkin jika Taerin masih hidup, dia akan menjadi incaran banyak orang. Entah itu tertarik karena parasnya, atau pun tertarik pada sikapnya yang bisa di bilang idaman para laki-laki, walaupun kadang menyebalkan.

Melihat wajah sedih Taerin membuat Jimin tak tega, seperti ada yang hilang dari sosok Taerin. Wajah cerianya yang berubah menjadi memelas, seakan beban gadis itu sangatlah besar. "Huft, mau aku bantu," tawar Jimin. Taerin mendongak menatap sayu manik pekat milik Jimin. Rasanya dia memiliki sebuah harapan baru untuk menemukan raganya yang entah berada di mana sekarang.

"Jiminie kurasa ini akan sedikit sulit karena aku tidak ingat secara detail. Yang terakhir kali aku ingat adalah perkataan oppaku" Taerin terus mondar-mandir tidak jelas di depan Jimin. Di luar hujan turun sangat deras, bukannya tidak bisa fokus karena suara hujan, justru Taerin merasa terbantu oleh hujan. "Memangnya apa yang oppamu katakan?" Jimin makin dibuat penasaran.

Taerin menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya dia tidak begitu yakin jika orang yang kakaknya panggil adalah seseorang yang membawa tubuhnya. "Oppaku bilang dia akan memberi tahu kekasihku agar bisa melihatku untuk yang terakhir kalinya," jawab Taerin seakan-akan menjadi tombak yang berhasil menusuk dada bidang Jimin.

Tubuh Jimin melemas kala mendengar kata 'kekasih' terlontar dari mulut kecil Taerin. Ternyata dia memiliki kekasih, batinnya. Jimin termenung sesaat sampai akhirnya dia tersadar dari lamunannya karena Taerin memanggil namanya. "Kau baik-baik saja?" tanya Taerin cemas. "A—ah iya, aku baik-baik saja. Emm apa mungkin k—kekasihmu yang membawa tubuhmu saat itu?" Lelaki itu berusaha menahan sesak di dadanya dan sesekali memasang senyum palsu.

Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang