Part 06

77 44 11
                                    

Seharian ini Taerin menghabiskan waktunya untuk melihat-lihat isi rumah sang kekasih. Saat dia hendak meninggalkan kamar Jungkook, langkahnya terhenti begitu melihat pintu kamar yang ada di sebelah kamar Jungkook. Bukan keberadaannya yang menarik perhatian Taerin, tetapi tulisan yang ada di pintu itu, yang membuat dirinya merasa penasaran.

"My Love LTR," baca Taerin terheran-heran. Pikirannya kini kalut akan pertanyaan-pertanyaan yang membuat hatinya tersentil.

Tapi sebelum kesalahpahaman terjadi, pandangan Taerin sudah lebih dulu teralihkan pada angka di bawah tulisan itu.

"09-03-1999? Bukankah itu angka kelahiranku, lalu LTR? L-Lee Taerin!?" Terkejut bukan main saat dia mengetahui arti tulisan tersebut. Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia menembus masuk ke dalam sana.

Mata Taerin sontak membulat lebar ketika melihat pemandangan yang ada di dalam ruangan itu. Dia menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Ternyata selama ini?

"J-Jungkook yang menyembunyikan tubuhku!!" teriaknya tanpa suara. Dapat dia lihat tubuh aslinya yang terbaring tak bernyawa di atas kasur bertaburkan kelopak bunga mawar. Taerin mencoba mendekat, semakin dekat hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan langkahnya.

Bibir pucat kering, rambut terurai, dan dress putih yang ternodai oleh darah kering menjadi pemandangan yang sekali lagi menyayat relung hati Taerin. Sepertinya sudah ada yang menggantikan pakaiannya, tapi darahnya merembes ke dress tersebut.

"Apa Jungkook yang menggantikan pakaianku," gumamnya pada diri sendiri.

Tangan kanan Taerin terulur mengusap pipi cubby yang sering mendapatkan cubitan gemas dari sang kekasih. Meski tak terasa saat menyentuh pipi itu, tangan kanan Taerin merasakan getaran hebat. Wajah membiru, penuh oleh bekas luka goresan yang diberikan sang masih membekas kentara.

"Aku tidak ingin membalasnya, tetapi oppa harus menebus semua perbuatan yang telah dia lakukan," lirih Taerin, air matanya kembali menetes. Lagi dan lagi, air mata itu berubah menjadi transparan dan menyatu dengan udara.

Di apartemen, Jimin baru saja memasuki ruang tamu, tetapi hazelnya tidak menemukan sosok yang dia cari. "Dimana Taerin? Taerin-ah aku pulang, kau di mana!!" teriak Jimin. Dia mencari di setiap sudut apartemennya tetapi nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Taerin di apartemen.

"Aish kemana dia! Tidak biasanya dia pergi tanpa memberi tahuku terlebih dahulu," gerutu pria bermarga Park tersebut.

Dia sudah selesai membersihkan tubuhnya tapi Taerin tidak kunjung datang. Hal itu membuat perasaan Jimin menjadi gelisah "A-apa dia pergi ke rumah Jungkook?" Feeling Jimin terus mengatakan bahwa hantu cantik itu berada di kediaman Jungkook. Jimin semakin diselimuti rasa khawatir, dia takut akan terjadi hal buruk yang menimpah Taerin.

Hari semakin gelap, Jimin yang sudah kelelahan menunggu akhirnya tertidur di sofa depan TV. Angin malam berhembus masuk, bersamaan dengan kepulangan Taerin yang masuk melalui jendela.

"Jendela masih terbuka? Apa Jimin belum pulang dari kampusnya," ujar Taerin. Dia melayang di udara dan pergi ke ruang tamu di mana Jimin tertidur layaknya seekor kucing yang meringkuk kedinginan.

"Hahahah, kenapa dia tidur di sofa. Kya! Jimin!" Pekikan nyaring dari Taerin membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri. Bahkan Jimin langsung mengambil posisi duduk saat mendengar pekikannya, padahal mata Jimin masih tertutup rapat.

Taerin duduk di lantai dengan tangannya yang dia jadikan sebagai tumpuan untuk menumpu dagu. Matanya terus mengikuti gerak-gerik si pria yang sedari tadi menatapnya seolah-olah sedang menginterogasi dirinya. Taerin hanya diam, menunggu Jimin memulai pembicaraan lebih dulu.

"Kita seperti orang bodoh yang terus bertatapan tapi tidak ada topik yang ingin dibahas," cibir Taerin dengan bibir yang dimanyunkan. Dia kesal karena Jimin hanya diam tak berkutip sama sekali.

"Huft, tadi aku mendapat informasi penting tentang Jungkook," ujar Jimin mengambil tempat di samping Taerin.

Mendengar nama Jungkook disebut, Taerin langsung duduk menghadap Jimin dengan tatapan serius. "Jungkook kerja sambil kuliah, dan dia berada di kampus yang sama denganku. Temanku yang satu kelas dengannya bilang, bahwa Jungkook berubah. Dia memang orang yang selalu dingin pada siapa pun, tapi sedikit terbuka pada temannya itu". Jimin mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak menatap manik teduh Taerin.

"Sejak mendapat kabar tentang kekasihnya, sikap Jungkook jadi lebih dingin dan tertutup. Dia tidak pernah berbicara pada temannya lagi," imbuh Jimin menjelaskan semua yang temannya ceritakan mengenai Jungkook.

Sebelum melanjutkannya lebih dalam, Jimin menatap sekilas gadis di sampingnya, berharap gadis itu tidak terpukul mendengar berita yang dia sampaikan.

"Sebelum mendapat kabar itu. Jungkook pernah bilang pada temannya kalau ia harus bekerja demi bisa mendapat restu dari orang tuanya agar bisa menikahi gadis kesayangannya ... dan gadis itu adalah kau," ucapnya. Jimin menunduk saat mengucapkan kalimat terakhir.

Dia tidak sanggup. Sosok yang berhasil merebut hatinya, ternyata memiliki cinta yang sangat besar pada pacar prianya. Dan juga sebaliknya.

Taerin juga ikut menunduk, dia bisa merasakan apa yang Jungkook rasakan. Tetapi tidak bisa merasakan apa yang sedang Jimin rasakan saat ini. "Jungkook memang pernah bercerita tentang hal itu padaku. Itu adalah syarat dari orang tua kami," lirih Taerin.

Jimin memejamkan mata, merasakan sesak yang teramat menyakitkan di balik dada bidangnya. Dia pria yang sangat lemah jika sudah menyangkut tentang dunia cinta.

Sebisa mungkin Jimin menahan gejolak panas di hatinya. Dia berusaha tegar di depan Taerin dan memasang senyum palsu agar Taerin tidak curiga. Jimin kau pasti kuat! Batin Jimin menyemangati dirinya sendiri.

Mata sayu Jimin menatap lurus ke depan sana. Melihat tiap inci wajah Taerin yang seakan-akan telah menjadi candu yang tidak akan bisa terobati.

"Taerin kau tahu apa yang terjadi pada Jungkook setelah dokter menyatakan kau tidak bisa diselamatkan?" tanya Jimin menajamkan tatapannya pada Taerin. Bahkan Taerin sampai dibuat tersentak mendapatkan tatapan tajam dari seorang Park Jimin.

To be continued....

(Part selanjutnya bakal ada flashback, jadi ditunggu ya. Jangan lupa supportnya biar makin semangat buat berkarya)






Sweet Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang