Chapter 1

408 49 24
                                    


Brak

"Apa yang kau lakukan, Park?!"

Suara geraman rendah sarat akan kemarahan memasuki indra pendengaran Park Jimin. Dia langsung berdiri dan membungkukkan badannya 90° dengan sopan kepada wanita didepannya. Setelahnya, gadis itu menegakkan tubuhnya sembari menyisipkan anak rambutnya yang tak sengaja terjatuh kesisi wajahnya saat ia membungkuk tadi.

Dengan sedikit gemetar karena aura gelap wanita dihadapannya, Jimin bertanya, "Apa maksud anda Pengacara Choi?"

Mata wanita itu memicing tajam. Dia berusaha menyudutkan Jimin hanya dengan tatapannya, tetapi tidak bisa. Jimin hanya membalas dengan menatapnya bingung juga takut-takut.

"Kau tidak sadar dengan apa yang baru saja kau lakukan, gadis sok pintar?" desisnya. Wajah Pengacara Choi tersebut benar-benar memerah karena marah membuat Jimin meneguk ludahnya susah payah.

Jimin berpikir sesaat, barangkali ia lupa. Ya, antara semua kecerobohan yang dimiliki salah satunya adalah pelupa. Akhirnya Jimin mengingatnya setelah beberapa detik, "A—ah. Apakah ini tentang aku yang membantu sekelompok fakir miskin supaya bisa mendapatkan hak-nya yang layak?"

Pengacara Choi berdecak marah. Tangannya bersedekap dada diikuti ketukan cepat kakinya pada lantai mengkilap yang diinjaknya, tanda ia sekarang tengah berada pada puncak kemarahannya, "Bagus kalau kau ingat!"

"Lalu, ada apa dengan itu?" Jimin menyahut lagi dengan bertanya.

"Kau pikir siapa kau hingga bisa membawanya ke hukum? Kau pikir perbuatanmu itu BENAR?!"

Jimin mengernyitkan dahinya tak mengerti. Bukankah itu adalah salah satu tugasnya? Ia hanya membantu masyarakat yang membutuhkan haknya untuk dikembalikan. Coba beritahu, dimana letak kesalahannya? batin Jimin.

"Apa salahnya jika aku membantu mereka diluaran sana yang sedang melolong meminta tolong?"

"Kau masih bersikap keras kepala rupanya! Memangnya kau mengharapkan apa dari mereka? Mereka tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan kepadamu! Mereka hanya orang-orang miskin yang menyusahkan!!!" bentak Pengacara Choi tepat didepan wajah Jimin hingga gadis itu memejamkan matanya erat.

Dirasa hembusan nafas wanita didepannya sudah tidak terasa disekitar wajahnya, ia membuka maniknya perlahan-lahan. Dapat dilihat, wanita itu masih mencoba mengatur nafasnya yang memburu, "Apakah kau melakukannya karena kau miskin? Kau ingin uang dari orang-orang yang lebih miskin darimu? Lihatlah, betapa menjijikkannya dirimu!" dengan tersengal-sengal, Pengacara Choi tersebut masih terus mengeluarkan amarahnya.

Tubuh Jimin membeku diiringi dengan ia yang menundukkan kepalanya seraya tersenyum sedih. Dia tau dia hanyalah orang miskin, tapi bukankah sangat keterlaluan hingga berbicara seperti itu?

Di sisa-sisa keberaniannya, ia mengangkat kepalanya dan menatap Pengacara Choi dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, "Demi Tuhan! Aku hanya ingin membantu mereka, aku pun tak mengharapkan apapun dari mereka." Jimin berhasil menjelaskan maksud dari tindakannya, dan juga— "karena aku pernah tau bagaimana rasanya menjadi mereka, maka kali ini aku ingin membantu mereka!" sahutnya lagi sedikit tegas.

"Ck. Jangan bersikap seperti kau ini seorang terdakwa, bocah!" remehnya, "Dan juga berhenti mengambil kasus seperti ini! Mereka yang miskin biarkan saja! Kalau ingin kaya, seharusnya mereka bekerja! Bukannya malah memanfaatkan hukum yang ada dengan meminta kompensasi? Cih, mereka terlihat sangat rendahan!"

Tak tahan dengan sikap angkuh wanita didepannya, Jimin pun berusaha membujuknya agar setuju mengambil kasus ini. Jimin tak lupa, jika setiap tindakannya, orang didepannya ini harus memberi setuju terlebih dahulu.

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang