Jungkook menghempaskan tubuh bongsornya pada sofa empuk yang terdapat di ruang tamu mansion Jeon. Setelah menyampirkan jasnya pada punggung sofa, ia menggulung lengan kemejanya sebatas siku hingga otot-otot lengannya terpampang nyata. Dia memejamkan mata sembari bersandar sambil meregangkan saraf-saraf tubuhnya yang kaku, karena sempat lelah sesaat saat jalan dan bersenang-senang seharian tadi bersama sang kekasih dan temannya."Jungkook?" panggilan seseorang agaknya membuat ia terkejut dan secara refleks langsung menegakkan tubuhnya. Minimnya cahaya disana membuat Jungkook mengernyit untuk mencari saklar lampu, sebab memang ini sudah tengah malam, jadi seluruh lampu mansion hampir dimatikan semuanya.
Klek
"Papa?"
Tuan Jeon sepertinya baru saja dari dapur, terbukti dari tangannya yang menggenggam satu gelas cangkir berisi kopi berwarna hitam pekat. Beliau berjalan pelan menghampiri sang anak bungsu seraya melepas kaca mata bacanya untuk disimpan dalam saku kemejanya, "Kau nampak lelah, Jungkook-ah!" katanya.
"Aku? Tidak." gumam Jungkook. Mata bulatnya mengamati pergerakan sang papa yang sudah duduk disampingnya dan menyesap kopi yang masih banyak terdapat kepulan asap panas diatasnya seusai meniupnya pelan. Jungkook mengalihkan pandangannya saat suasana hening.
Pemuda itu akan beranjak, tapi perkataan pria yang jauh lebih tua darinya menghentikan niatnya. Jungkook mengernyit saat Tuan Jeon berucap, "Kau terlihat sangat lelah untuk ukuran seseorang yang tidak bekerja seharian ini!"
"Bukankah aku sudah bilang jika aku tak lelah?"
"Aku papa kandungmu, Jungkook! Aku tau bagaimana perubahan anak-anakku sekecil apapun itu. Papa tau kau lelah!"
Jungkook mendengus main-main dan menatap seseorang yang sedarah dengannya itu dengan tajam, "Kalau kau mengerti aku, kenapa tebakanmu salah? Aku sedang bahagia. Kau tak tau? Ah, bukan tak tau. Tapi, kau tak pernah paham dengan apa yang dirasakan anakmu ini, Tuan Terhormat Jeon!" tawa sarkastik menyembur dari belah labium tipis pemuda tampan.
"Aku tau! Daripada terus menghabiskan waktu dengan orang-orang itu, kenapa kau tak memperdalam ilmu hukummu saja, hah? Kau harus segera menjadi hakim ketua dan menggantikan ayahmu ini, Jungkook!" atensi Tuan Besar di mansion itu sepenuhnya diberikan pada Jungkook. Rautnya yang kaku dan tegas, menatap sang anak nyalang.
Jungkook tertawa, merasa perkataan papanya sangat lucu sekali, "Kau bahkan bisa langsung mengangkatku menjadi hakim ketua hanya dengan kau melepaskan beberapa uangmu untuk kantor hukum sialan itu. Mereka pasti akan menerimanya dengan tangan terbuka!"
Tuan Jeon yang berdiri dari tempatnya sukses menghentikan tawa Jungkook yang masih tersisa, "Jangan meremehkan hukum, Jungkook!"
"Aku mana pernah meremehkannya. Tapi, bukankah perkataan ku tadi benar? Ini akan terlihat mudah jika orang kaya seperti kita yang mendaftarkan diri kita. Nah, akan berbeda jika orang tak mampu yang merasakannya. Mereka sudah benar-benar niat dihukum, tapi tak pernah diperlakukan selayaknya. Berbeda sekali perlakuannya dengan orang-orang berada yang hanya main-main dengan hukum demi kepentingan pribadi!"
Bug
Jungkook yang tak mempunyai pikiran papanya akan memukulnya pun seketika terkejut. Ia tidak siap, akibatnya badannya terhuyung. Untung saja dia tak sampai tersungkur.
"Kau gila?!" teriak Jungkook kesal. Tangannya sibuk mengusap rahang pipinya yang pasti akan lebam habis ini. Pukulan papanya tak main-main ternyata.
"Terlalu sering bersama si Kim dan Park itu membuatmu melupakan kewajiban mu sebagai anak di keluarga Jeon! Bergaul dengan mereka tak menguntungkan apapun, Jungkook! Sadarlah! Yang kita butuhkan adalah uang agar bisa menyambung kehidupan!" kata Tuan Jeon berusaha menyentuh pundak tegap sang anak yang kini nafasnya sedang naik turun.
Jungkook menyentak kasar tangan papanya, "AKU TIDAK BUTUH UANG! KAU PIKIR HANYA UANG SAJA BISA MEMBUATKU BAHAGIA, HAH?!" Jungkook maju selangkah guna mendekati sang papa, ia tersenyum sinis, "Apa kau pernah berpikir bagaimana perasaanku? Bagaimana perasaan orang-orang yang telah kalian curangi demi kepentingan pribadi?!"
Bug
"KAU BELUM JERA JUGA?! SUDAH KUBILANG BERAPA KALI, MENGAMBIL KASUS ITU HANYA MEMBUATMU LUPA DIRI! INI SUDAH BERLALU, JUNGKOOK! DAN HAKIM SUDAH MEMUTUSKAN. KAU TIDAK BISA MENGELAK LAGI!"
"AKU BISA!"
"JEON JUNGKOOK?!"
Manik mata Jungkook memerah, bibir bergetar nya mengeluarkan suara, "Kalau bisa memilih, aku lebih baik tidak dilahirkan dari pada harus hadir ditengah-tengah keluarga sialan seperti kalian! Dasar menjijikkan!"
^^^
Jungkook mengusap potret seseorang yang sedang tersenyum lebar didalam sebuah pigura berukuran 5R yang selalu disimpan dibawah bantal miliknya. Senyuman wanita setengah baya yang masih cantik itu sungguh menenangkan hati Jungkook. Jika ia diliputi kemarahan dan ia susah untuk mengendalikan, maka cukup menatap potret itu, hatinya menghangat. Ya, hanya sosok itu selain Jimin yang mampu melunturkan sikap dingin Jungkook. Hanya mereka berdua juga yang mampu membuat Jungkook melunturkan egonya dan memperlihatkan betapa rapuhnya ia.
"Ibu, aku merindukanmu!" isakannya tertahan diujung tenggorokan. Jemari besarnya mengusap pelan kaca penghalang foto sosok itu, seolah-olah ia sedang menyentuh wajah si empu secara langsung, sebab elusannya terlihat lembut dan hati-hati.
Tak memperdulikan jika ia belum membersihkan badan dan mengobati lukanya, ia meluruh kelantai dan bersandar pada dinding sembari mendekap benda tadi dengan erat.
Di sisa kesadarannya yang hampir terenggut sepenuhnya oleh alam mimpi, Jungkook bergumam yakin sekaligus berjanji pada dirinya sendiri.
"Aku berjanji, aku pasti akan menyelamatkanmu, ibu! Kumohon tunggu aku! Aku rindu pelukanmu! Hiks."
chapter khusus jungkook nih🤗
ada yang udah tau kah, maksud jungkook tuh apa ya sebenernya? 🤔 dia keliatan bertekad banget, sampe ada yang iming² uang diabaikan😌
because, jaman sekarang... money is life? hmm, right?
iya sih, nggak munafik juga, semua pasti butuh uang untuk biaya kehidupan... tapi apakah uang bisa dijadikan tujuan utama sampai harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya?😌rasa ingin nyempil diantara mereka📈
tapi ntar takut dikata pelakor, jadinya📉
kenak mental breakdance duluan, hiks😭
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
FanfictionGadis cantik itu ingin menjadi seorang pengacara yang benar-benar bisa membela terdakwa yang tidak bersalah. Sayangnya ia tidak sepintar itu, lebih tepatnya ia yang anak yatim tidak mampu untuk bisa menjadi seorang pengacara handal. Dia merasa sanga...