Chapter 3

204 27 31
                                    


Seorang pemuda nampak menahan amarahnya dengan kedua telapak tangan yang terkepal di masing-masing sisi tubuh besarnya. Kim Taehyung. Nama pemuda tampan itu. Pemuda itu mengetatkan rahangnya kala merasa sepertinya ia akan kalah lagi dalam sidang kali ini.

Tidak, tidak. Jangan sampai dirinya kecolongan lagi untuk yang kesekian kali.

"Dalam ponsel terdakwa, tidak ditemukan bukti jika terdakwa pernah menghubungi Tuan Lee. Di lokasi tempat kejadian yang dilaporkan pun, CCTV tak menampakkan ada Nyonya Hwang dan Tuan Lee saat itu!"

"Tidak mungkin tidak pernah! Aku pernah melihat mereka berdua bersama waktu itu!" sanggah Taehyung cepat.

"Mana buktinya? Kau tak lupa kan, Jaksa Kim yang terhormat? Hukum sangat membutuhkan bukti yang jelas. Bukti yang terlihat. Bukan bukti dari omong kosong! Itu fitnah namanya!"

"Aku tidak membicarakan omongan kosong!" sahutnya tak terima, "Aku membicarakan yang sebenarnya! ah, kenapa Tuan Lee harus kritis diwaktu yang tidak tepat!" di awal kalimat, ia memberikan nada penuh ketegasan. Tetapi di akhir kalimat, ucapannya menjadi pelan menyerupai gumaman pelan yang tak terdengar, sarat akan penyesalan yang mendalam.

"Lihat? Kau tidak mempunyai apapun untuk dibuktikan, kan?" senyuman pengacara tersebut terlihat mengejek dimata Taehyung. Hampir saja ia akan melemparkan dokumen setebal 400 halaman kearah wajah menyebalkan si pengacara tersebut. Dan untung saja, akal Taehyung masih berguna dengan baik membuat ia mengurungkan niat baiknya tadi.

"Baik. Untuk hari ini sidang dicukupkan. Minggu depan akan dilanjutkan untuk sidang kedua!"

Setelah itu, terdengar suara palu diketukkan pada benda dari kayu dan berbentuk bulat yang memang dikhususkan untuk tempat palu diketukkan disana.

Jika dilihat dari helaan nafas penuh kelegaan para peserta sidang yang hadir, sepertinya mereka adalah kerabat dekat dari terdakwa Nyonya Hwang. Juga Nyonya Hwang yang langsung tersenyum penuh kemenangan menatap para hadirin tersebut sebelum ia digiring untuk menetap di sel penjara dalam waktu sementara, tanpa tau malu jika tahanan kini adalah julukan yang tersemat dalam namanya.

Tenang saja, tak lama lagi ia akan merasakan udara bebas kembali, itu pikirnya.

Taehyung merosot kan badannya dan melirik orang-orang yang mulai beranjak dari sana dengan malas.

"Ah, hari yang melelahkan!"

^^^

"Jangan merasa menang terlebih dahulu! Ini masih sidang pertama!" ketika ruang sidang sudah mulai kosong yang hanya menyisakan dirinya, Pengacara Choi, dan seorang pemuda lainnya lagi, Taehyung berucap pada Pengacara Choi dengan nada pelan dan tajam saat mereka tak sengaja bersitabrak antar manik mata.

Sedangkan sang pengacara yang ditatap tajam barusan langsung menyeringai, "Baru sidang pertama saja kau sudah kalah. Apalagi di sidang-sidang berikutnya, hm? Dasar bocah, kau sama saja seperti Park Jimin! Tidak berguna!"

"Jangan bawa-bawa kekasihku, sialan!"

"Oh oh. Calon hakim ketua Jeon Jungkook! Daripada menghabiskan waktumu untuk berkencan, lebih baik dalami ilmu hukummu!"

Pemuda tampan lainnya- Jeon Jungkook berdecih singkat dan menatap Pengacara Choi dengan remeh, "Tidak. Malas. Aku tidak suka berbisnis dalam hukum!"

Sebenarnya, Pengacara Choi itu saat ini sedang mengumpati habis-habisan kedua pemuda rupawan itu dalam hati. Jika diladeni, dua bocah sok suci itu pasti akan terus menyerangnya, karena mereka tak mau kalah. Dan sekarang ia sedang malas berdebat. Dia masih harus menyimpan sisa-sisa energinya untuk nanti, sebab ia ada urusan penting juga setelah ini-

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang